📷 chapter t h i r t y f i v e

1.6K 198 22
                                    

Usai melakukan ritual bersih-bersih, Radya melipir sejenak ke dapur guna memeriksa isi kulkas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Usai melakukan ritual bersih-bersih, Radya melipir sejenak ke dapur guna memeriksa isi kulkas. Minuman yang tersisa di sana hanyalah tiga kaleng coca-cola sementara sisanya adalah bahan-bahan makanan yang tinggal tersisa sedikit. Memang sudah tiba waktunya untuk belanja bulanan, itulah mengapa Radya tidak menemukan keberadaan Bi Ajeng--yang belum kembali dari supermarket--sesampainya ia di rumah. Lantas laki-laki itu pun meraih dua kaleng minuman tersebut. Beruntung pula ia masih menemukan sebungkus keripik kentang dari lemari khusus makanan ringan. Setelahnya, ia segera beranjak menuju lantai dua.

Tinggal beberapa langkah menuju kamarnya, mendadak Radya ragu-ragu oleh sebab presensi seorang Alsanira Mahika di dalam sana. Mengingat hanya ada mereka berdua di rumah, Radya takut Alsa akan merasa tidak nyaman, yang juga menjadi salah satu alasan mengapa ia segera meninggalkan gadis itu sendirian untuk pergi mandi. Namun, Radya pun tak mungkin hanya berdiri di luar sembari menunggu kepulangan Bi Ajeng. Laki-laki itu pun menghirup napas berat. Akhirnya ia putuskan tetap masuk ke kamar.

Pemandangan pertama yang Radya dapati usai tiba di ambang pintu adalah Alsa yang terduduk di atas karpet bulu dengan guling di pangkuan, menghadap ke arah TV yang menampilkan sebuah film--yang tidak Radya ketahui judulnya. Gadis berambut sebahu itu tampak begitu fokus sampai-sampai tidak menyadari kehadiran manusia lain. Melihat itu, sudut-sudut bibir Radya lekas tertarik. Sepertinya ia sudah tidak perlu khawatir lagi sekarang.

Radya kemudian menghampiri Alsa dan menaruh camilan serta kaleng minuman yang ia bawa di hadapan sang gadis. Barulah saat itu atensi Alsa berhasil teralihkan. Sepasang mata bulatnya tampak berbinar, entah karena Radya atau film yang ditontonnya. Bibirnya pun lekas membentuk sebuah kurva.

"Eh, lo udah beres ternyata," tutur Alsa. "Maaf ya, Bang, gue malah nonton duluan."

"Kan emang gue yang nyuruh tadi, daripada lo bosen nungguin gue," sahut Radya. Kemudian diraihnya satu kaleng coca-cola dan ia gerakkan perlahan. "Suka soda?" Radya bertanya pada Alsa yang segera dijawab dengan sebuah anggukan. Lantas laki-laki itu pun membuka minuman kaleng tersebut sebelum ia serahkan kepada Alsa.

"Makasih, Bang."

"Hm. Lo lanjut aja nontonnya."

"Lo nggak ikut nonton?"

"Nanti, nyusul."

"Ih, aneh. Padahal lo sendiri yang ngajakin."

Rada hanya tersenyum tipis seraya bangkit. Ia lantas meraih handuk yang tersampir di bahu untuk menggosok-gosok rambut hitamnya yang masih sedikit basah. Sementara itu Alsa kembali terlarut dalam film sambil menikmati minuman. Ia bahkan tidak ragu membuka bungkus keripik kentang dan memakannya meski Radya tidak berkata apa-apa. Gadis itu benar-benar sudah terlampau nyaman.

Sebelum bergabung dengan Alsa, Radya sempatkan diri untuk mengecek sejenak ponselnya. Ada beberapa notifikasi pesan masuk, tetapi hanya satu yang segera menarik perhatian. Sebuah pesan yang diterima sejak lima belas menit lalu, dari seseorang yang akhir-akhir ini sudah jarang menghubunginya.

Through the Lens [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang