"Tuh cewek beneran mantan lo, Rad?" tanya Jeremy di tengah-tengah waktu bersantai sebab seluruh rangkaian acara telah semua terlaksana. Kebetulan ia nemang sempat melihat dan mencuri dengar percakapan yang terjadi antara Radya dan juga seorang perempuan yang dipanggil Karen itu.
Radya yang tengah berjongkok di sebelahnya seraya memegang sebotol air mineral lekas mendengkus malas. Lantas ia menarik satu tali masker hitam yang dikenakannya untuk minum sejenak. Oleh karena lelah sehabis bekerja juga rasa kesal yang menumpuk, air langsung habis setengahnya dalam waktu cepat. Usai kembali menutup botol seraya mengusap bibir dengan punggung tangan, embusan napas panjang pun laki-laki itu loloskan. Namun, alih-alih memberi jawaban pada Jeremy, yang Radya lakukan setelahnya malah melamun lantaran pikiran yang begitu kacau saat ini.
Apakah semesta benar-benar tengah mengajaknya bercanda sekarang? Sebab setelah sekian lama waktu berlalu, hal paling terakhir yang Radya inginkan malah betulan terjadi hari ini. Seolah hanya dengan melihat sosoknya dari jauh belum cukup, kini ia dan Karen benar-benar dibuat bersinggungan hingga interaksi pun tak dapat terelakkan. Jika saja bukan Karen yang terlebih dahulu menyadari keberadaannya, dapat dipastikan Radya akan mengabaikan perempuan itu sepenuhnya. Namun, yang terjadi adalah sebaliknya, dan ia tidak bisa berbuat apa-apa. Terlebih lagi karena posisinya saat ini bukanlah seorang tamu.
Sekali lagi Radya meloloskan napasnya dengan berat. Ia kembali meneguk air, barulah dirinya membalas, "Sejujurnya gue ogah anggap dia sebagai mantan." Suara musik yang menggema dalam ballroom membuat ia harus sedikit menaikkan volume suara.
"What? Nggak salah denger gue? Gimana bisa dengan spek kayak begitu nggak lo anggap sebagai mantan?" Rasa heran terselip dalam vokal Jeremy.
Mendengar itu, Radya lekas mendongak pada Jeremy yang berdiri di sampingnya. Kedua matanya menyorot tajam. "Kalau nggak tau apa-apa kagak usah banyak bacot," sahutnya dengan ketus.
"Ya ilah, Rad, gue cuma tanya juga. Sewot bener lo," ujar Jeremy yang diakhiri oleh dengkusan kasar. Namun, oleh sebab penasaran, ia kembali melontarkan tanya, "Tapi, ngeliat sikap lo yang kayak begini, gue rasa ini cewek udah bener-bener bikin lo sakit hati."
Radya hanya terdiam, dan Jeremy dapat langsung tahu bahwa jawabannya adalah benar.
"Gue tebak, pasti lo yang mutusin duluan," tukas Jeremy setelahnya.
Kali ini, Radya akhirnya kembali bersuara dengan mengaku, "Udah nggak ada yang bisa dipertahanin, dia juga nggak ada ngerasa bersalah sama sekali. Jadi lebih baik gue yang mundur duluan." Ada jeda sejenak yang laki-laki itu gunakan untuk menarik napas dalam sambil kembaki menghadap ke depan. "Tapi yang dia ceritain ke orang-orang malah dia yang jadi korban. Lo liat aja sendiri gimana muka temen-temennya pas ngeliat gue tadi."
Dengan hadirnya Karen di sini sebagai teman dekat dari orang yang berulang tahun, tentu saja orang-orang terdekatnya yang lain pun tampak batang hidungnya. Radya tidak mengenal baik satu per satu dari mereka, tetapi sebaliknya, mereka seolah tahu betul soal Radya dan apa yang telah dilakukannya kepada Karen sehingga hanya tatapan tak suka yang ia dapatkan. Radya sudah betul-betul muak dengan semua ini. Tapi sekali lagi ia katakan, dirinya tak bisa berbuat apa-apa karena keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through the Lens [END]
RomanceKetika bertugas sebagai seksi dokumentasi dalam acara festival musik di kampusnya, lensa kamera milik Mahameru Faradya tak sengaja menangkap objek lain berupa seorang gadis yang tanpa disangka mampu menarik perhatiannya dalam sekejap. Rasa penasaran...