"Sa, rasanya gue capek banget, deh. Kayaknya, kelas siang entar gue mau skip aja," Kania berujar kala ia dan Alsa sampai di kamar kosnya. Selepas membuka pintu, Kania lekas melempar tote bag secara sembarang ke atas tempat tidur yang kemudian disusul oleh dirinya sendiri. Sang gadis yang sudah berbaring di sana lalu melanjutkan, "Lo mending pesen makannya sekarang aja, Sa, keburu ketiduran gue. Mata gue udah nggak sanggup buat melek lebih lama lagi."
Mendengar itu, Alsa lantas memutar matanya malas. Ia yang baru melepas kaus kaki kemudian duduk bersila di atas karpet berbulu. "Kalau lo udah ngomong begitu, sebelum makanan dateng juga pasti lo udah ketiduran duluan," sahut gadis itu.
"Makanya, cari yang deket-deket aja deh mending, biar nggak kelamaan nunggunya."
"Tapi, lo bilang pengen makan bebek goreng langganan lo itu?"
"Ah, iya juga, lagi BM banget bebek goreng gue, dan tempatnya harus yang itu."
Alsa mendecak pelan. "Ya udah, mending pesennya nanti aja kalau gitu. Lo kalau mau tidur ya tidur aja."
"Lo nggak laper emangnya, Sa?" tanya Kania.
"Gue udah makan sih, sebelum berangkat tadi. Jadinya nggak laper-laper amat."
"Hmm, enaknya yang nggak ngekos. Dari sarapan sampe makan malam pasti nggak pernah ada yang kelewat. Gue sih, boro-boro sarapan. Bangun nggak kesiangan aja udah syukur banget."
Setelahnya Alsa tak bersuara karena ia sendiri pun bingung harus menjawab apa. Apa yang dikatakan Kania memang benar adanya--sebab Alsa sendiri bukanlah anak rantau. Ia tinggal bersama orangtua, dan ada sosok seorang ibu yang masih mau memerhatikan serta menyiapkan segala kebutuhannya dengan senang hati sebelum berangkat kuliah sampai sepulangnya. Oleh karena itu, Alsa tidak benar-benar memahami apa yang dirasakan oleh Kania, tetapi Alsa cukup yakin bahwa mungkin saja kawannya itu merasa iri padanya.
Sejenak Alsa tergeming karena terpikirkan oleh satu hal. Kemudian, ia pun memutuskan untuk mengutarakannya. "Kan," panggil Alsa, "kapan-kapan, lo mau nginep di rumah gue, nggak?"
Seolah rasa kantuknya mendadak hilang, kedua mata Kania yang tadinya tampak sayu kini justru terbuka lebar. "Wow, tiba-tiba?" sahutnya tak percaya. "Dalam rangka apa, nih, lo ngajakin gue nginep di rumah lo?"
"Nggak dalam rangka apa pun, sih. Lagian, lo belum pernah main ke rumah gue juga dari awal kita deket, 'kan?" Ada jeda sejenak. "Nyokap gue malah sempet bertanya-tanya kenapa belum ada satu pun temen kuliah gue yang main ke rumah, sampe-sampe gue dikira nggak punya temen sama sekali di kampus."
Kania tertawa ringan mendengarnya. "Haduh, kasian banget dikira nggak punya temen. Eh, tapi, temen lo juga sebenernya cuma gue sama si Jerami, 'kan?"
"Ih, mana ada!" Alsa melotot tak terima. "Lo kira gue nggak deket sama anak-anak yang lain, apa?"
Terkikik geli, Kania kemudian mengubah posisinya menjadi duduk. "Iya iya, tau kok gue juga. Nanti gue pikir lagi kapan enaknya nginep di rumah lo, oke?" Gadis itu lalu beranjak dari tempat tidur dan berkata, "Gue ke WC dulu bentar ya, Sa. Lo kalau mau rebahan tinggal naik aja ke kasur, nggak usah malu-malu gitu, deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Through the Lens [END]
RomanceKetika bertugas sebagai seksi dokumentasi dalam acara festival musik di kampusnya, lensa kamera milik Mahameru Faradya tak sengaja menangkap objek lain berupa seorang gadis yang tanpa disangka mampu menarik perhatiannya dalam sekejap. Rasa penasaran...