09

39 6 2
                                    

"Kembalilah, aku akan melanjutkan ceritanya". Ujarku sembari menepuk kasur yang terbuat dari untaian kain nan lembut tepat didepanku.

Alvida kecil mengangguk kegirangan dan segera saja ia kembali berbaring didepanku. Dengan diliputi rasa keingintahuan ku, aku kembali mencoba menyentuh dan mengusap kepalanya dengan harapan tidak menembus seperti yang aku lakukan ketika pertama kali bertemu Alvida beberapa saat yang lalu.

Tapi tetap saja, tidak sesuai harapan. Tanganku menembus kepalanya. Benar saja, ada sedikit rasa yang tak dapat dideskripsikan jauh didalam hati. Sesuatu seperti terheran atau kekecewaan dalam hati. Tapi biarlah, apapun yang terjadi aku akan memeperkenalkan Alvida kecil ini pada dunia luar melalui cerita petualangan seorang Bajak laut Luffy dengan kawan-kawannya.

Terlihat Alvida kecil begitu tertarik menikmati jalannya cerita yang ku lukiskan secara mendetail, ditandai dengan raut wajahnya yang berubah di setiap kejadian dengan situasi yang berbeda. Dia tampak bersemangat dengan senyuman tulusnya itu. Lelucon yang dibuat Luffy, Chopper dan Usop ditambah dengan penggambaran wajah marah Nami pada kelakuan mereka bertiga sesekali membuatnya tergelak ditempatnya. Ketegangan ketika Luffy dengan gear 4 nya melawan Don Quixote Doflamingo sukses membuatnya ternganga ketakutan dengan tubuh yang terdiam tegang. Tak jarang Alvida kecil menanggapi cerita tersebut dengan beberapa pertanyaan atau sekedar tertarik dan menanggapi nya dengan komentar polosnya. Sejenak ia seperti melupakan kemarahan margareth.

Sadar atau tidak alvida seperti tidak mendengar suara langkah kaki dari luar. Tapi menurutku, ini cukup terdengar jelas. Aku menghentikan ceritaku secara tiba-tiba dan tentu saja itu membuat Alvida kecil bertanya-tanya dan menyuruhku untuk melanjutkan ceritanya kembali. Namun aku tak menghiraukan nya, sebab berdirinya sosok laki-laki berbadan tinggi dengan perawakan yang besar tepat diantara ruas pintu kiri dan kanan sudah cukup membuatku merasa linglung ditambah dengan kepalan kedua tangannya yang terlihat begitu kuat. Lubuk hatiku berkata, apa ia akan melukai Alvida kecil ini? Tolonglah, dia hanya anak kecil tidak berdosa.

Alvida berdiri dengan tergesa gesa,ketakutan mewarnai wajahnya"ayah..?"kata alvida bingung.

Aku juga memperhatikan laki laki di ambang pintu itu.ingatanku sontak melayang ke masalalu.bayangan seorang pria kejam yang mengusirku dari rumah.benar orang itu lah ayah alvida.

Dia berjalan menuju kasur dengan marah.matanya yang tajam menuju alvida.

"A-ayah ada apa"kata alvida bingung.

'plaak...'

Aku tercengang tangan ayah alvida menghantam pipi kecil alvida.

"Bicara dengan siapa kau?"katanya.

"A-aku tak bicara dengan siapa siapa ayah"kata alvida kecil ketakutan.

"Jangan bohong,suara mu terdengar jelas"kata ayah alvida marah.

Matanya memandang sekitar.memindai kamar dengan teliti.ada jejak tekad yang jelas disana.

"Ku kira kau anak yang baik.tapi pada akhirnya kau menjadi seperti ini"kata ayah alvida.

"Ayah apa yang kau bicarakan"
"Keluarlah dari rumah"kata ayah alvida.
"Ta-tapi kenapa?"alvida bingung.
"Aku mendengar dari pelayan kamu sering bicara sendiri di kamar."

Seketika tubuh alvida kecil membeku.

"Ba-bagaimana ayah  bisa berpikir begitu"

"Pergilah sudah jelaskan,aku tak ingin memiliki anak yang gila"kata ayah alvida jijik.
Alvida tak percaya dengan apa yang di lihatnya di berusaha meyakinkan ayahnya"lihat lah ayah ada mi...mia?"

Alvida menoleh ke arahku.tapi anhnya ada kebingungan disana.

"Mia?"katanya

"Alvida?"kataku menghampiri alvida.

pelayaran:ninja dan bajak lautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang