04. luka-liku

105 111 28
                                        

-Aku benci pertengkaran, aku benci perdebatan, aku benci permusuhan, aku benci perkelahian-

.
.

Hatiku gak enak, ada apa?

Sore pun tiba, dimana janji Azzam akan datang ke rumahku untuk menjenguk dan memberikanku hadiah yang aku pun penasaran hadiah apakah itu?

Sekarang, mamah udah pulang karena katanya hanya mengecek agensi miliknya dan kak Monata dari pagi tadi gak ada kelas dan diam dirumah.

Udah agak deg-degan. Dan mudah-mudahan papah pulang malam seperti biasanya ataupun pulang besok. Tapi sepertinya tidak, karena sebelum berangkat, papa bilang dia akan sebentar hanya untuk menemui tamunya dikantor.

Semoga tamunya ingin bicara sampai malem yekan. Berdoa aja deh..

Karena napas tak karuan, aku beri tahu kak Monata tentang kedatangan Azzam kesini. Dia tak kalah panik denganku yang hampir bercucuran keringat, padahal di kamar kak Monata terdapat AC.

Dengan bersamaan, notif dari
GRUP FAMILLY dan ZAMVIN, berbunyi.

Grup familly: -ni ayah lagi dijalan, mau nitip makanan gak? 16.30
ZAMVIN: -aku otw sekarang ya, nunggu bus nih dihalte. 16.30

Setelah melihat ponsel masing-masing, Kak Monata melirik kearah ku dengan wajah yang panik, begitupun aku. Bingung,, apa yang harus kita perbuat.

Kenapa dunia ini harus banget mempertemukan mereka kembali?
Meskipun Azzam berkata gak apa-apa kalau bertemu dengan papa, tapi hatiku benar-benar gak enak.

Kak Monata puya ide , dia membalas pesan dari papah di grup.

'ini pah, kakak sama Griz mau martabak manis 2, es rumput laut 2, terus sayur tahu dari BI Tini spesial ya pah.'

Dan disambung olehku menjawab 'iya pah,lagi ngidam nih hehe.'

Papa yang didalam mobil membuka chat dari grupnya dan sedikit bingung, karena tidak biasanya mereka memesan sebanyak ini. Demi anak, papa pun rela putar arah untuk membeli apa yang mereka pesan.

Masalah papa beres dan kemungkinan besar, Azzamlah yang datang terlebih dahulu ke sini.

Dengan cepat, aku menelepon Azzam untuk menanyakan dimana keberadaannya sekarang?

Ternyata, dia masih menunggu bis yang entah kapan datangnya. Aku menawarkan go-pal atau kak Monata menjemput Azzam disana, tapi dia menolak karena dia yang ingin menjenguk ku dan dia juga lah yang bermodal untuk kerumahku.

Aku meng-iyakan dan menutup teleponnya.

Kalian tau? Kami berdua seperti orang yang dikejar psikopat dan bersembunyi darinya. Kak Monata benar-benar panik dan ingin menjemput Azzam dihalte bis.

Oke! Meskipun Azzam menolak, kak Monata nekat menjemputnya.

//

Sial, di halte sepi dan tidak ada keberadaan Azzam disana. Benar saja, Azzam sudah naik bis menuju rumahku, bersamaan dengan papah yang sudah membelikan makanan yang diinginkan anak-anaknya.

Mampuss...

Aku menuruni tangga menuju ruang tamu. Aku benar-benar tidak tahu siapa dulu yang akan mengetuk pintu? Ataukah mereka berbarengan?

Aku tau papa sangat benci lebih dari kata benci kepada Azzam hanya karena masalah yang dulu. Kalau saja mereka dipertemukan,, maka..?

GRIZELLE (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang