12. Topeng

35 22 56
                                    

-Mengapa semesta selalu meringkas hal yang indah?-

Hasil dari rapat kemarin bersama orang-orang penting, rasanya kakiku lemas dan ingin terduduk begitu saja. Namun entah mengapa hanya melihat pesan dari Azzam yang memberikan semangat untukku, aku menjadi semangat menjalankan tugasku dengan baik dari awal sampai akhir.

Aku tidak mengenal orang-orang penting dihadapanku kemarin, yang aku lihat hanya beberapa orang paruh baya yang sangat menyeramkan. Namun dibalik itu, mereka bertepuk tangan dan mengapresiasi public speakingku.

Sebetulnya hanya sakit mental pun menyiksa, mengapa sekarang luar dalam pun kurasakan.

Tak ada masalah yang menimpaku, aku tak punya musuh atau apapun itu. Mengapa aku seperti orang yang ditusuk jarum berkali-kali di setiap malam tiba?

Penyimpanan wajah masih banyak di dalam lemari. Aku memakainya di setiap pagi. Karena malam adalah wajah asliku yang sangat buruk untuk dilihat. Mata sembab dan rambut acak-acakan adalah penampilanku dimalam hari.

Termenung dan mungkin diotak ku terdapat pasar. Aku tak tau ada apa dengan diriku, mengapa bayangan bayangan mengerikan lalu selalu melintas dan bahkan muncul disepanjang malam?

Bisakah aku pergi ke lautan Amazon dan berteriak di sana?
Bisakah aku melupakan kejadian itu satu hari saja?

Bahkan selalu lelah bila tersenyum palsu dihadapan semua orang. Mengapa aku tak memperlihatkan saja jika aku sedang sedih? Bodohnya aku.

Malam ini cuaca sangat dingin dan aku memakai sweater pemberian Azzam. Aku terdiam di balkon kamarku melihat langit yang terlihat sangat gelap, hanya bintang-bintang yang menerangi gelapnya langit.

Sama halnya denganku yang gelap, lalu Azzam datang sebagai bintang memberiku penerang.

~flashback on~

"Ayahh, lihat! glizel dapet nilai selatuss pelajalan matematika!"

"HM."

"Mas, lirik bentar dulu bisa gak sih."

"Bentar ya, ayah sibuk. Mau dibelikan hadiah apa nak?" paruh baya itu masih fokus dengan laptopnya tanpa melirik kearah Grizelle kecil.

"Mau peluk."

Ayahku menghentikan kegiatan mengetik dilaptopnya dan melihat ke arahku.
"Sama ibu dulu ya nak. Ayah sibuk, nanti kalau ayah ada waktu luang, kita pergi ke laut Amazon!"

Mataku mulai berkaca-kaca dan akhirnya membasahi kertas ujian yang terlihat jelas angka 100 dengan warna merah.

"Ud-udah ya griz, sama ibu dulu yaa. Tuh ayah udah janji mau ngajak kita liburan ke Amazon. Horee!" kini ibu membawaku pergi dari ruangan ayah seraya tersenyum.

"Jangan cemberut dong, horee dulu! Ibu ada dongeng baru loh. Mau dengar gak?"

Aku dan ibu melangkah pergi meninggalkan ruangan kerja ayah dirumah. Aku percaya jika ayah menepati janjinya.

Karena lelaki akan berjanji pada ucapannya.

~flashback off~

"Seharusnya dulu , gue gak harus percaya omongan lelaki."

Tok tok tok

//

Aku menuruni tangga menemui papa, mama yang ingin bicara denganku setelah bi Ayu memberitahuku. Tak lupa kak Monata pun dipanggil olehnya.

Sampailah di ruang tamu, aku duduk diantara kak Monata dan papa.

"Papa bangga punyamu Griz! Papa bilang, kamu pasti bisa." ucap papa tersenyum bangga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GRIZELLE (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang