09. Piring Kaca

126 111 105
                                    

-Ada kesedihan pasti ada keceriaan-

Sleksi seni diumumkan 2hari lagi. Sejujurnya aku tak mau terpilih menjadi perwakilan sekolah, karena malas. Apalah dayaku yang didorong Azzam dan Keluarga untuk bisa menjadi perwakilan. Maka dari itu aku menampilkan yang sangat terbaik kala itu.

Awas saja kalau aku terpilih bersama Abinawa, aku akan teriak di lautan amazon.

Dari seleksi seni sampai saat ini, belum ada waktu bersama Azzam. Alasannya karena Azzam ingin kerja lebih giat lagi.
Memangnya aku mengganggu pekerjaanya? Kurasa tidak. Aku hanya mengirimi pesan 'cemungut' beberapa kali. Apakah itu sama saja dengan mengganggu? Baiklah.

Merasa bosan, aku pergi ke dapur mencari makanan yang ada. Didapur terdapat bi Ayu yang sedang mencuci piring.

"Eh bi, permisi saya mau ambil dulu makanan. Ada makanan apa nih bi?" tanyaku serayas senyum.

"Iya non, itu dikulkas ada semuanya. Tapi kalo cemilan yang non suka ada di kulkas ke 2. " jawabnya sambil melakukan kegiatannya.

Aku mengangguk dan membuka kulkas yang kedua diantara kulkas pertama dan ketiga. Setelah menemukannya aku mengambil semangat, karena ini cemilan kesukaanku.

"Nih bi udah ketemu, makasih ya."

Karena ponsel pun tidak merubah moodku menjadi tidak bosan, aku memutuskan disini bersama bi Ayu memperhatikannya karena merasa deja vu.

-flashback on-

"Ibu, bagaimana kalau tidak belsih?" kataku Grizelle kecil yang masih tidak bisa menyebutkan huruf R. Membantu mencuci piring bersama ibu di kamar mandi.

"Kalo Grizelle melakukannya dengan fokus dan teliti, niscaya bakal bersih nak." jawabnya dengan penuh senyuman.

"Sepelti ini bu, bagaimana calanya?" tanyaku meyakinkan bahwa mencuci piring seperti ini.

Ibu menoleh dan tertawa kecil setelah melihat ku mencuci piring dengan cara yang salah.

-flashback off-

Aku akan membantu Bi Ayu setelah menghabiskan cemilan kesukaanku ini. Datanglah dua orang satpam dirumahku yakni pa Cecep dan pak Cucup. Mereka upin-ipin yang tak bisa dipisahkan.

"Eh ada non Griz." sapa pak Cecep membawa piring kaca kosong dan hanya tulang ayam yang menjadi sisa. Begitu juga dengan pak Cucup yang sepertinya mereka sedang makan bersama diruangan satpam.

Aku tersenyum, mereka melangkah menuju wastafel terdapat bi Ayu yang melakukan tugasnya. " Udah Bi, sisanya aku aja yang cuci." tawarku yang masih mengunyah karena cemilan kesukaanku.

Prangg!

Piring pak Cecep melayang dan terjatuh kelantai menyebabkan piring tersebut pecah berkeping-keping dengan suara yang nyaring terdengar. Hal ini karena pak Cucup yang melihat serangga kecil yang sedang terbang menggunakan sayapnya tepat dibelakang tubuhku.

Pak Cucup sangat phobia dengan serangga yang terbang. Maka dari itu ia sangat takut dan tak sengaja menyiku bahu pak Cecep yang di sebelahnya mengakibatkan piring yang dibawanya terjatuh karena pergerakan secara tiba-tiba.

Semua orang mundur beberapa langkah agar tidak terkena pecahan kaca piring yang menjauh satu sama lain. Berbeda denganku yang masih ngebug melihat ini. Cemilan yang kupegang pun terjatuh tak sadar.

"Suara itu?"

"Suara yang paling kubenci seumur hidup." batinku mengingat kejadian lalu.

"Non?" tanya bi Ayu memundurkan tubuhku dan mencoba mencairkan lamunanku.

GRIZELLE (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang