-Kebahagiaanku adalah kehadiranmu dan
Senyumanku adalah energimu-Hari ini hari dimana seleksi seni tiba. Setengah murid sangat berharap dirinya masuk olimpiade seni dan setengahnya hanya menunggu hasil yang apapun itu akan ia terima. Aku adalah siswa yang menunggu hasil akhir apapun itu aku akan menerimanya.
Aku berusaha menghindari Abinawa dan aku mengajak Azzam ke ruang seni budaya dimana pengumuman seleksi seni diumumkan.
"Griz, gimana kalo si Doni bingung mencariku?"
"Oiyah bener juga. Gimana dong?" aku pun merasa bersalah dan lupa jika Doni adalah teman Azzam yang mungkin agak dekat akhir-akhir ini sekaligus patner seleksi seni.
"Yaudah gapapa, udah duduk juga kok. Nanti aku chat." lalu ia tersenyum manis.
"Okee deeh, nanti aku yang bicara padanya kalau ia sudah datang kesini."
Diruangan itu hanya aku, Azzam dan mungkin 3 orang lainnya.
Ya, aku mengajak Azzam sangat awal untuk datang ke ruang kesenian. Karena aku ingin menjauh dari sibangsat.
Tak lama, beberapa murid masuk keruangan yang ditempati kami. Ruangan itu menjadi bising karena sudah banyak murid yang masuk.
Disisi lain, Doni terus mencari keberadaan Azzam manual karena handphonenya mati entah mengapa padahal Azzam telah mengirimkan pesan.
Abinawa dan kedua temannya sibuk mencariku karena takut bila aku akan telat datang ke ruang kesenian. Sangat memperihatinkan, tapi aku sangat risih padanya.
Semua murid telah mengisi bangku kosong disana, namun di sampingku dan Azzam tak ada yang menduduki kursi tersebut.
Doni pun datang dan langsung melihat keberadaan Azzam, ia pun langsung duduk disebelahnya dengan rasa amarah. Karena Azzam tidak pergi bersamanya dan pergi ke ruang kesenian begitu saja tanpanya.
Namun, aku berusaha menjelaskan secara rinci dan membuat Doni mengerti akan hal itu, ia pun meminta maaf karena kesalah pahaman. Dan aku pun meminta maaf karena telah membuat Doni mencari Azzam kesana kemari. Kami bertiga pun berbincang-bincang seperti sudah mengenal lebih satu sama lain.
Kalo Azzam memang sudah kukenal lebih dari kata lebih :)
Tak lama, guru yang berhubungan dengan kesenian pun datang. Satu detik, guru-guru duduk didepan para murid, Abinawa masuk sorang diri.
"Eh Abinawa, silahkan duduk ditempat kosong nak." ucap guru itu menunjuk bangku kosong yang terdapat di sebelah kiriku.
Okeh, semesta maunya apa si?
Abinawa terbelalak melihatku dengan Azzam yang duduk di sampingku. Iapun segera duduk di bangku kosong kiriku. Sekarang posisiku diantara malaikat dan setan.
Azzam dan Abinawa maksudku.
Acara diawali dengan pembukaan dan sambutan-sambutan.
"Lo kemana aja si." ucap Abinawa menoleh ke arahku.
"Gue dari tadi disini kok sama Azzam." jawabku malas.
"Kenapa gak bilang!" dia malah emosi.
"Emang lu siapa?" karena malas berdebat dengannya, setengah badanku menyamping kearah Azzam dan membelakangi Abinawa.
Karena Doni peka, ia pun meminta bertukar tempat denganku. Alhasil aku sangat senang dan kita pun bertukar tempat, dimana Doni yang kini diantara Abinawa dan Azzam.
"Oke! Yang menjadi juara memainkan alat musik modern adalah... Azzam Dewangga dan Fang dagra! Kepadanya dipersilahkan maju kedepan."
KAMU SEDANG MEMBACA
GRIZELLE (HIATUS)
AcakGRIZELLE Seorang wanita yang berjuang menyembuhkan mental health nya dari masa lalu yang sangat buruk baginya. Ia dipertemukan dengan salah satu laki laki yang hidupnya jauh berbeda level dengan wanita itu yang menjadi anak dari seorang CEO. Laki...