08. Seleksi Seni

112 107 50
                                    

-Apapun kondisinya, solusinya tetap CEMUNGUT-

Seharusnya aku tak perlu membayangkan keceriaan full sehari. Nyatanya, kemarin sore aku tak dapat bertemu dengan Azzam. Karena papa yang memang sangat akrab dengan Abinawa, mengingat orangtua kita CEO dan berteman.

Hal itu sangat kecil harapan untuk bisa bertemu dengan calon mertua. Sebisa mungkin aku memikirkan alasan atau cara untuk bisa keluar dari rumah.

Triing!

Aku membuka layar ponselku terdapat nama yang sangat ingin ku temui hari ini.

Zamvin: maaf ya grizz, aku harus pergi ke warnas dulu. Katanya lagi banyak pelanggan, mereka kewalahan karena kurang pegawai. Maap ya untuk sekian kalinya.

Kesal? No!

Aku kesal pada diriku sendiri, mengapa aku sangat bodoh hanya sekedar pergi dan beralasan apapun itu.

Mungkin sekarang aku berada di rumah Azzam bersama ayahnya.
Tertawa bersama, makan bersama.

Mengapa aku hanya diam bersama cucunguk itu dan hanya bisa menunggu mereka pulang entah sampai kapan, karena papa yang terus mengajak mereka berbicara denganku yang hanya merespon yes no yes no.

Sudahlah, mungkin memang benar Azzam ke warnas karena ramai pelanggan.
Bagaimana jika itu hanya tipuan belaka?
Bagaimana jika ia marah karena harus menungguku sangat lama?

Sungguh, tak ada hari yang pantas buatku.

Lupakan hari lalu. Dan kini aku dan Azzam tengah mempersiapkan seleksi seni.

Dan seleksi seni dimulai setelah istirahat pertama.

Seperti biasa dibawah pohon beringin terdapat dua jenis makhluk hidup yang saling tertawa kecil. Siapa lagi kalau bukan topik Chandra yang kita bahas.

Chandra memang anak random yang tak hentinya membuat orang lain tertawa.

Kini, topik beralih pada seleksi seni yang dimulai hari ini. "Aku gugup banget Zam." kataku seraya menghembuskan nafas ringan.

"Gapapa, kamu harus optimis dan semoga bisa mengawikili sekolah,, Semangat!" demi apapun, aku ingin menjerit karena dia merangkulku.

Hal seperti itu juga membuatku kembali lega dan optimis. Lagipula ini hanyalah seleksi bukan lomba asli.

Hari ini semua peserta mengikuti seleksi dengan pakaian berbeda. Karena harus menyesuaikan tema.

//

"Don, lu mau ikut seni apa?" tanya Azzam yang memasukkan beberapa buku kedalam tas.

"Ah, gue mah lukis aja lah. Serba gak bisa gue mah, tapi kalo lukis sabi kali. Lu gitar ya?" jawab Doni dan bertanya yang dijawab anggukan oleh temannya.

Sebelum pergi seleksi, mereka berdua pergi ke kantin untuk membeli sedikit peralatan melukis Doni yang tertinggal di rumah. Tapi ia yakin jika ia membawa semuanya, tapi beruntung hanya sebagian yang tertinggal.

Dengan rasa tak canggung dan tumbuh semangat pada diri masing-masing, menghadapi sleksi ini dan mereka harus jadi perwakilan.

Sampai di kelas, Doni bersiap membawa semua peralatannya begitu juga dengan Azzam yang hendak membawa gitarnya.
Terlihat Azzam yang tercengang melihat gitarnya.

"Hayu gas! Ada apa sih Zam?" tanya Doni yang melihat Azzam degan raut wajah tak bisa diartikan.

Seketika senyuman semangat Doni pudar setelah melihat gitar Azzam yang semua senarnya putus seperti digunting sengaja oleh seseorang.

GRIZELLE (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang