CHAPTER 22 : PINNACLE OF HAPPINESS

189 13 0
                                        

"Ayolah, Na. Masa Lo ga mau, bantuin kakak Lo ini?" rengek Nova dihadapan adik keempatnya.

Gadis berambut pendek yang tengah berbaring tengkurap di atas ranjang hingga kepalanya keluar dari kasur itu tak bergerak sama sekali. Dia hanya acuh tak acuh sejak tadi.

"Bukannya gak mau, Kak ... tapi gue lagi gak mood. Sumpah, dah. Lagian biasanya kalo gue mood, gue jabanin kok. Mau berapa lagu juga," sahut Nana masih bertahan dengan posisi anehnya.

Nachita Yuananda memang begitu, kalau lagi bad mood. Uring-uringan. Pasti tingkahnya semakin freak. Gaya rebahannya pun ikut freak. Kalian bisa tebak kan alasan dia bad mood? Iya, benar. Apalagi kalau bukan karena rindu pada sang kekasih tercinta.

"Na, malem ini cafe lagi rame banget. Ada yang booking khusus dan minta Lo nyanyi. Satu lagu doang kok," bujuk Nova berdiri tepat di hadapan Nana yang memilih menyembunyikan wajahnya dibalik bed cover. "Please, Na. Gue mohon-mohon nih, sama Lo."

Sang kakak tertua terlihat sangat memelas memohon pada Nana untuk ikut ke cafe dan mengisi live music disana. Nana menghela nafas panjang. Nova ini tau betul kelemahannya. Seorang Nachita Yuananda tidak pernah tega menolak permintaan seseorang jika sudah memohon mohon seperti itu. Apalagi ini kakaknya.

Sang Polwan merubah posisinya menjadi terlentang di atas tempat tidur dengan kaku. Wajahnya datar dan rambutnya berantakan. Ia menatap kosong ke arah Nova. "Choco Nougat Toast Satu Box," cetus Nana dengan nada datar mengajukan persyaratan.

Nova tersenyum cerah, lalu mengulurkan tangannya pada sang adik. "Deal!"

Nana menerima uluran tangan itu, tapi dia malah menjadikan kakaknya tumpuan untuk bangkit dari kasur, hingga membuat gadis yang lebih tua itu limbung. Untung saja dia tidak jatuh akibat ulah konyol Nana, sementara sang pelaku malah berlalu ke kamar mandi.

Dengan helaan nafas panjang sambil mengusap dada tabah, Nova mencoba tersenyum walaupun terpaksa. "Gak papa, Nova. Sabar ini demi kelancaran pelaksanaan dan kebaikan bersama," bisik gadis bermata coklat itu pada dirinya sendiri.

"Lima menit, Na! Gue tunggu di bawah. Dandan yang cakep!" seru Nova kearah kamar mandi.

"Jangan cerewet! Ntar gue berubah pikiran," balas Nana dari dalam kamar mandi.

Nova hanya bisa pasrah sambil menggelengkan kepala. adiknya ini memang agak lain. Tak mau buang waktu, si sulung lalu memutar langkah dan keluar dari kamar Nana.

****

"Segala kekurangan, Semua kelemahan
Kau jadikan cinta...
Tanpamu Aku tak bisa berjalan...
Mencari cinta sejati, Tak ku temukan...
Darimu Aku bisa merasakan...
Kesungguhan hati...
Cinta yang sejati...
Karnamu... Dikirim Tuhan Untuk melengkapiku...
Tuk jaga hatiku....
Karnamu.....Hasrat terindah
Untuk cintaku....
Takkan cemas, Ku percaya kamu....
Karena kau jaga Tulus cintamu...
Ternyata... Ternyata...
(Ooh ternyata...)
Ternyata... Kamu yang kutunggu..."

PROK PROK PROK....

"YAAAAAAYY HUUUUUU..."

Seperti biasa. Akhir dari penampilan Nana selalu disambut dengan tepuk tangan meriah, sorak sorai, dan siulan siulan dari para pengunjung cafe yang sebagian besar adalah penikmat musik. Tentunya mereka semua sangat menikmati penampilan Nana tadi. Di satu sisi. Para saudari Nana saking bertukar kode di belakang.

"Kak Nop! Udah belum?" Vina menyenggol lengan Kakak tertuanya.

"Belom," jawab Nova gelisah sambil celingak-celinguk ke kiri dan kanan.

ANNOYING KOMANDAN {END} ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang