"Bund, itu mobil siapa?" tanya Dara, begitu melihat dari jendela ada mobil asing yang terparkir di halaman rumah mereka.
"Eh- ada tamu?" tambah Zia pula.
Bunda pun berdiri untuk membuka pintu dan melihat keluar. Sebuah mobil Jeep Wrangler Rubicon terparkir di halaman. Tak lama kemudian dia dapat melihat, putri keempatnya keluar dari mobil itu, lalu seorang pria yang duduk di kursi kemudi. Berlari tergesa-gesa untuk membantu Nana keluar dan membimbingnya berjalan masuk ke dalam rumah.
"Itu Mas Arkan sama Abang." Zia mempersilahkan mereka masuk. Apalagi melihat Nana di papah oleh Sang Komandan membuat Bunda, Dara dan Zia bertanya-tanya.
Arkan mendudukkan Nana di sofa ruang tamu, lalu kemudian mengambil posisi di samping gadis itu.
"Zi, bikinin minum buat Pak Arkan," titah Sang Bunda.
"Oke, bund," balas Zia yang segera bergerak ke dapur.
"Eh- Nggak papa, Bu. Nggak usah repot-repot," kata Arkan menatap bunda canggung.
Bunda tersenyum hangat pada Pria itu. "Gak papa, Pak. Gak repot kok."
Sang perwira di buat tidak enak jadi nya. Niatnya hanya mengantar Nana, tapi kenapa malah jadi kayak ngapel begini? Di tambah mengantarkan anak gadis orang dalam keadaan seperti sekarang.
"Sebelumnya saya mohon maaf, Ibu. Saya mengantarkan Nana dalam keadaan seperti ini," ucap pria itu dengan nada bicara sopan.
"Kak Na kenapa?" Dara memberanikan diri bertanya, karena tadi melihat kakaknya seperti kesulitan berjalan.
"Gak papa. Tadi kecelakaan kecil doang di jalan gara gara ngantuk," jelas Nana dengan tenang.
Bunda memicingkan matanya mendengar penjelasan anak nya itu. "Kecelakaan gimana?" tanya wanita itu.
"Tadi rada ngantuk, Bund. Terus ada yang nyalib, jadi nya oleng deh," jawab Sang anak. "Untung nya ada Pak Arkan yang nolongin Nana, Kalo nggak. Ya... gak tau deh nasib Nana. Gak bisa bisa bangun. Mana posisinya dihimpit motor pula," tambah gadis itu lagi seraya menatap ke arah komandan nya.
Bunda menoleh ke arah pria tampan itu. Kali ini dia yang tidak enak, karena merasa selalu merepotkan Arkan perihal anak gadis nya itu. "Pak Arkan terimakasih banyak, ya? Ini sudah kedua kalinya bapak menyelamatkan Nana, dan saya gak tau harus bilang apa lagi. Saya benar benar ga enak sama bapak."
Arkan tersenyum hangat. "Gak masalah, Bu. Kan saya sudah bilang sebelumnya, bahwa Nana adalah tanggung jawab Saya. Sesuai janji saya pada Zia juga, Iya kan Zia?"
Zia yang sedang menata minuman di atas meja mengangguk yakin, lalu tersenyum menatap Sang Perwira. "Mas Kaden, keren!"
"Ekhem... sweet banget. Udah jadian, nih?" goda Dara dengan jail seperti biasa, membuat Nana mendelik ke arahnya.
"Apaan sih, Dar?" Nana salah tingkah.
"Iyaa kak. Kemarin Zia di kasih PJ nya Ropang," celetuk Zia dengan polos.
Nana melotot ke arah adik bungsunya yang duduk di samping bunda itu.
"Wah, parah sih. Masa Zia doang di kasih PJ? Dara kok enggak? Gimana ini, Ndan?" Dara makin gencar menggoda pasangan tersebut.
"Dara..." tegur bunda membuat Dara menghentikan aksi nya, dan duduk anteng di samping Sang bunda.
"Ini nih Pj nya," ujar Arkan seraya menyodorkan bungkusan hihanghoheng tadi pada Dara.
Sang gadis berambut panjang menatap pemberian pria itu, bergantian dengan mata elang Arkan.
"Ambil dong!" titah Arkan lagi membuat Dara tersadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNOYING KOMANDAN {END} ✓
Ficción General"Aiptu Nachita Yuananda." "Kamu tanggung jawab saya, mulai sekarang dan seterusnya." "Sampai ketemu besok atau di waktu tertentu. Kapanpun itu. Saya akan selalu menunggu saat kita ketemu lagi dengan Euforia yang sama." Kisah cinta sepasang Abdi nega...