"Na, Lo yakin mau masuk hari ini? Itu luka belum kering kering bener, lho?" ucap Mika mengkhawatirkan adik nya.
Zia mengangguk setuju. "Iya... abang kan baru sembuh?"
Nana menoleh sekilas ke arah Mika sambil memasang sepatu. "Yakin dong... masa enggak?" jawabnya dengan santai tanpa beban.
"Ntar kalo kenapa napa, gimana?" cecar Mika pula.
"Gak akan kenapa napa. Lo kan tau adek Lo ini strong," balas Nana lagi.
"Halah... Strong strong! Stres tak tertolong, Iye!" ledek Dara dari meja makan.
"Bacot bocil!" balas Nana melemparkan tatapan tajam nya pada Dara.
"Nanti drop lagi nangees," tambah Vina mewanti-wanti.
"Sorry, ye? Gue kaga pernah nangis. Emangnya elo, dikit dikit nangis! Di bentak dikit mewek. Di kerjain dikit, Bundaaaaa..." balas Nana membully Vinda, dengan ekspresi yang sangat menjiwai. Persis seperti Vina mengadu ke Bunda.
Hal di sambut dengan tawa oleh Zia, Mika, Nova serta Bunda. Akhirnya suasana rumah ini ramai kembali dengan candaan, ledekan dan perdebatan kecil anak anak gadis itu.
Bunda lega di buatnya. Setelah beberapa hari ini rumah sepi, karena anak anaknya kerja dan bergantian menjaga Nana di rumah sakit. Kepulangan Sang anak gadis ke-empat bisa mengembalikan suasana rumah yang hangat.
"Tenang aja. Kalo Nana kenapa napa kan ada yang jagain," kata Nova seraya menatap adiknya itu dengan senyuman lebar.
Mika mengerutkan keningnya menatap Nova. "Siapa, Kak?"
Vina mengangkat tangannya antusias. "Gue tau, gue tau! Pasti Pak Kaden kan?" ucap nya.
"That's right" Nova menjentikan jarinya bangga pada Vina.
Nana mendelik ke arah dua kakak tertuanya itu.
"Fitnah apa lagi ini?" kesal Nana seraya menyantap roti selai kacang nya lahap.
"Halah... kura kura dalam tahu!" celetuk Dara seraya meraih gelas susu nya.
Plak!!
"Dalam perahu bege!" cecar Mika seraya menggaplok lengan adik nya itu.
"Aw.... Sakit, Kak!" keluh Sang adik mengusap usap lengan nya yang memerah berkat keplakan Mika.
"Kebiasaan asbun!" balas Mika dengan tatapan tajam.
Dara hanya memasang wajah julid, sambil 'nyinyinyinyi'. Ke arah Mika yang memiliki kesabaran setipis tisu, dibelah tiga, ditumpahkan air pula.
"Salam ya Na? sama Pak Kaden," goda Bunda menatap Nana ikut-ikutan menggoda.
Nana menghela nafas Panjang. "Nana sama Pak Kaden beda unit Bundaaaa.... Dia Divisi Paminal, kantor nya beda," jelas gadis itu dengan tabah.
"Ya... siapa tau ketemu," tambah Bunda masih dengan senyuman jail nya. "Jodoh kan pasti bertemu."
Nana sudan mulai frustasi dengan keadaan ini. Di tambah ledekan ledekan lain dari kakak dan adiknya.
"Wes, lah. Makin naik matahari , makin ngelantur aja, nih! Mending Nana berangkat sekarang aja deh." Gadis itu berdiri lalu merapikan PDL Brimob nya dan meriah jaket.
"Pamit ya, Bund?" kata Nana seraya mencium tangan Bunda nya.
"Iya, Hati hati." Bunda tersenyum geli melihat wajah gusar Nana.
Nana mengangguk. "Abang berangkat," kata gadis itu seraya mengacak rambut Zia dan Menarik telinga Dara, mengabaikan teriakan melengking anak itu.
"Zia yakin, nanti Abang pasti ketemu Pak Kaden," ungkap Zia sebelum Nana benar-benar menghilang ditelan tembok ruangan.
Nana yang sedang berjalan ke luar hanya berdeham kecil lalu membalas, "Karep mu lah, dek... dek.."
Dari mana jalannya coba, gue ketemu dia? Kantor nya aja beda. Arahnyajiga beda. Aya Aya wae bocil! batin Nana saat dia sampai di luar dan menaiki motornya.
Setelah memasang helm. Nana melajukan motornya menelusuri jalanan Kota Ziorix di pagi yang cerah itu.
****
"Hah... lelah, Pren!" kelub Tya seraya mendudukkan dirinya di samping Karen.
Para polisi dan polwan dari Korps Brimob itu beristirahat sejenak dari kegiatan yang cukup melelahkan.
"Tapi lega, kan? akhirnya selesai," tambah Rana.
"Iya... akhirnya beres," sahut Karen pula seraya menyerka keringat di keningnya dengan tisu.
Hari ini mereka membantu warga gotong royong memulihkan daerah yang terkena bencana banjir tempo hari. Banjir sudah surut, dan para warga berserta aparat pun bahu membahu membersihkan lingkungan, agar kembali bisa di tinggali.
"Liat! Mereka keliatan seneng banget, bisa balik ke rumah masing-masing," ujar Rafi, tersenyum sumringah menatap para warga kampung yang terlihat sangat bahagia, karena bisa kembali ke rumahnya.
Meskipun rasa lelah masih bersarang di raga, tapi melihat kebahagiaan para warga. Rasa lelah mereka seolah terobati dan terbang perlahan-lahan.
"Seenggaknya mereka bisa kumpul dan istirahat dengan nyaman lagi di rumah nya," ucap Nana sambil tersenyum tulus.
Teman temannya pun sama. Mereka merasakan kepuasan tersendiri melihat senyum bahagia masyarakat setempat. Lelah mereka seakan terbayar hanya dengan melihat senyuman itu.
"Ikut seneng jadi nya," ujar Sadam pula.
****
"Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada anggota kesatuan Brimob Ziorix yang telah menjalankan tugasnya dengan baik, Mulai dari proses evakuasi hingga pemulihan kawasan banjir tersebut."
Sore ini dilaksanakanlah Apel di Mako Brimob. Upacara dipimpin oleh Kepala Detasemen Biro Paminal Propam Polrix, Kombes pol Arkan Sadewa, sebagai inspektur upacara. Para anggota Korps Brimob menjadi peserta apel sore itu.
"Untuk itu Kami Mengapresiasi kerja keras kalian, dengan memberikan promosi berupa kenaikan pangkat kepada para anggota yang telah menjalankan tugasnya dengan baik, dan telah berjuang mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan para warga."
PROK PROK PROK~~~~
Terdengar suara tepuk tangan dari para anggota. Perasaan senang, puas dan bangga memenuhi hati mereka karena akan di naikan pangkat nya.
"Saya harap setelah ini kita bisa tetap menjaga integritas dan loyalitas kita terhadap instansi kepolisian Polrix, dan bekerja sama mengamankan negri kita, Mungkin itu saja sekian terimakasih."
Sang Kepala Detasemen menutup Amanat nya, lalu di lanjut dengan rangkaian apel lainnya, seperti doa, penghormatan lalu bubar.
"CIE.... YANG BAKAL NAIK PANGKAT!!" goda Reksi pada teman teman nya, padahal dia sendiri juga bakal naik pangkat.
"Ye... Lo juga ye, anjir!" balas Rafi seraya mengacak rambut rekannya itu.
"Hehehe, congrats guys..." ucap Reksi seraya merangkul Rafi dan Sadam.
"Congrats congrats..." tambah Karen.
"Perlu di rayain gak, nih?" pancing Tya.
"Ya, iya... lah! Masa enggak." sahut Sadam dengan heboh.
"Yok lah, kapan?" tanya Rafi begitu bersemangat.
"Yang jelas Jangan hari kerja, lah. Abis ini gue full shift. Buat bayar shift sakit kemarin," jawab Nana seraya menyandarkan tubuhnya di kursi.
"Weekend aja, weekend!" usul Tya.
"Sabtu malem, gimana?" saran Karen.
"Gasss...." Rafi, Nana, Reksi.
Semua pun setuju. Mereka akan mengadakan pesta kenaikan pangkat, pada sabtu malam alias malam minggu nanti.
Meluahkan rasa bahagia dengan sekedar berkumpul, bercerita. Mengenang segala perjuangan mereka bersama hingga sampai ke titik ini.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNOYING KOMANDAN {END} ✓
Ficción General"Aiptu Nachita Yuananda." "Kamu tanggung jawab saya, mulai sekarang dan seterusnya." "Sampai ketemu besok atau di waktu tertentu. Kapanpun itu. Saya akan selalu menunggu saat kita ketemu lagi dengan Euforia yang sama." Kisah cinta sepasang Abdi nega...