16. I Love You

99 2 2
                                    

"...maaf ternyata memang sedalam ini rasa suka ku menjadi cinta."

- Dimitri Allanson -


Semenjak aku melihat Pak Al dan Bu Wilda saling tertawa, bahkan tidak hanya yang kulihat di ruang wakasek sebulan lalu itu saja, banyak momen dimana mereka sering mengobrol berdua di ruang guru ataupun satu waktu ketika mereka tak sengaja berpapasan di depan kelas.

Sejak hari itu aku memutuskan untuk menghilangkan rasa suka ku ke Pak Al meninggalkannya bersama sebuah momen yang menyakitkan itu, meskipun beberapa kali atau bisa dibilang sering kali Pak Al mencoba menghubungiku lewat chat  bahkan telepon aku tidak pernah menghiraukannya. Sesekali menjawabnya hanya sekedar murid dan guru tidak lebih dari itu.

Menghindari Pak Al di sekolah juga hal yang tidak mudah bagiku, untungnya aku punya berbagai alasan untuk menghindar sampai pada akhirnya Pak Al tidak pernah mencoba mendekatiku lagi, memang aku belum bisa bersikap dewasa menghadapi ini tapi aku tidak mau merasakan yang namanya sakit hati lagi.

"Gimana udah siap Senin depan buat ujian kenaikan kelas?" tanya Arya yang memecah lamunanku.

"Eh bikin kaget aja lo Ar, ya siap dong lagian sekarang hari Jumat masih ada dua hari lagi buat persiapan." jawabku sambil menoleh ke arah Arya yang menyandarkan tubuhnya tepat di sebelahku, kami duduk di kursi panjang tepat di depan kelas.

"Bagus deh kalau gitu, kenapa diluar gak masuk kelas aja?" tanyanya lagi.

"Mumpung guru yang ngajar belum dateng jadi nunggu disini aja lebih enak" karena memang Bu Ira guru biologi jarang masuk ke kelas kami tepat waktu.

"Iya juga sih, di dalem gaduh banget udah kayak alun alun kota aja" canda Arya ditengah obrolan kami berdua.

Dari kejauhan aku melihat Pak Al berjalan menuju kelas X MIA 1 dengan terburu buru, aku belum pernah melihat Pak Al terlambat sebelumnya. 'mungkin karena tugas kurikulum banyak kali ya' gumamku dalam hati.

"Eh nanti lo pulang sama siapa?" tanya Arya.

"Biasa dijemput adik gue"

"Gue anter aja gimana ?sekalian mau ke toko roti deket rumah lu itu"

"Ah gak perlu repot deh Ar" tolakku karena memang aku enggak terbiasa nebeng pulang ke temen cowok.

"Gak repot kok, kan sekalian Vio" desaknya.

"Udah Ar gue juga udah terlanjur tadi chat adik gue, maaf ya gue nolak kebaikan lo"

"Oh gitu santai aja gakpapa kok, lain kali ya" 

"Eh itu Bu Ira ayo masuk!" tambahnya sambil menunjuk ke arah Bu Ira yang berjalan mendekat ke kelas kami.

"Eh itu Bu Ira ayo masuk!" tambahnya sambil menunjuk ke arah Bu Ira yang berjalan mendekat ke kelas kami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*ekspresi kecewa Arya ketika tawarannya di tolak Vio hehe*

****

Jam sudah menunjukkan pukul 16.30 aku masih saja di depan gerbang menunggu kedatangan Zen ditemani gerimis yang dari tadi tak kunjung reda. Suasana sekolah sangat sepi bahkan aku sempat berpikir apa hanya aku yang belum pulang. Dari dalam pos jaga pak satpam sesekali melihatku, kalau dihitung mungkin sudah kesepuluh kalinya pak satpam memastikan aku sudah dijemput atau belum.

Tak disangka sebuah mobil civic hitam yang tak asing berhenti tepat didepanku dengan sesosok manusia di dalamnya yang sudah lama aku hindari.

"Vio cepat masuk" tak butuh waktu lama Pak Al menyuruhku masuk ke dalam mobilnya.

"Maaf pak saya sudah minta jemput adik" jawabku dengan sedikit membungkuk.

Tak ada aba-aba pak satpam keluar dari pos jaganya menghampiri Pak Al yang tetap dimobilnya. Entah percakapan apa yang mereka diskusikan. Namun dengan langkah tegas pak satpam itu mendatangiku.

"Sudah tidak apa-apa non masuk saja biar diantar pulang, saya sudah bilang ke pak guru kalau kamu sudah lama nunggu jemputan tapi tidak dijemput-jemput." kata pak satpam sambil mendekatiku.

"Loh pak saya sudah minta jemput" rasa tubuh ini menolak ajakan pak satpam untuk masuk ke mobilnya Pak Al.

"Udah ayo gak papa non masuk saja" tambah pak satpam sambil membukakan pintu mobil Pak Al.

'udah bener-bener tadi gue menghindar, malah pak satpam muncul' gerutuku dalam hati saat sudah masuk ke dalam mobil.

"Terimakasih ya Pak Tono" kata Pak Al dengan senyumnya yang menawan hati.

"Iya iya pak hati-hati di jalan" suara pak satpam yang memudar seiring menjauhnya mobil yang kami tumpangi.

"Kenapa selalu menghidar dari saya?" tanpa basa basi Pak Al terus mencecarku dengan pertanyaan pertanyaannya.

"Why?"

"Saya minta tolong jawab pertanyaan saya.."

"Kenapa chat saya juga gak pernah kamu balas?"

"Tolong jawab Vio, biar saya tahu salah saya dimana."

Aku hanya diam saja sampai aku sadar ketika mobil kami berhenti di parkiran alun-alun kota.

"Kenapa pak Al berhenti disini? saya ingin pulang." jawabku sambil berusaha membuka pintu mobil.

"Jawab dulu pertanyaan saya, saya sangat sedih dan kacau ketika kamu menghindari saya seperti ini Vio" Suara Pak Al melembut ketika meraih tanganku yang terus berusaha membuka pintu mobil yang terkunci.

"Kenapa Pak Al masih mencari saya? bukankah Pak Al sudah menjalin hubungan dengan Bu Wilda? hal itu yang membuat saya ingin melupakan Pak Al." jawabku sambil membalas tatapan dalam yang diberikan Pak Al.

Aku hanya melihat senyum Pak Al ditengah momen seserius ini.

"Ada yang lucu ya?" tambahku.

"Saya paham sekarang kenapa waktu itu saya bilang mau ngantar kamu pulang tapi kamu saya tungguin di parkiran gak datang-datang, kamu lihat saya waktu bantu Bu Wilda? " Kata Pak Al.

"Iya, dari itu saya sedih lihat Pak Al bercanda sama Bu Wilda di ruangan Pak Al." Jawabku dengan malu.

"Saya sangat cemas dan selalu ingin tahu tentang kamu, sampai akhirnya ada kesempatan bicara seperti sekarang."

"Maaf Vio, Bu Wilda itu hanya rekan kerja saya saja. Memang orangnya sering minta bantuan ke saya tapi saya tidak melihat apapun dari Bu Wilda yang membuat saya tertarik, saya tertariknya sama kamu." Tambah Pak Al dan penjelasannya yang membuat hati tenang sekaligus gugup setengah mati.

Aku hanya bisa menatap Pak Al dengan perasaan rindu yang luar biasa dalam, ternyata mereka tidak menjalin hubungan seperti yang aku kira.

"Dan sepertinya saya tidak menyukai kamu lagi.." ucapnya yang membuat raut muka ku berubah sadis dan ingin memukul orang yang tepat berada didepanku ini.

"Tapi saya sudah cinta kamu..." Pernyataan yang tak terduga keluar dari mulut laki-laki yang aku rindukan setiap harinya.





Kritik dan Saran sangat dibutuhkan😊

Thanks for read❤

My Math Teacher - SMA LOVE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang