9. Agree?

97 9 6
                                    

Vio POV

Ekstrakurikuler dilaksanakan setiap hari Jumat. Namun baru pertama kali ini ekskul dimulai setelah tiga minggu aku bersekolah di SMA Tworench.

Aku mengikuti salah satu ekskul yang paling populer di SMA yaitu basket. Sejak di bangku SMP aku sudah beberapa kali mengikuti turnamen bola basket dan tak jarang timku meraih juara.

Pulang sekolah dihari Jumat pukul 12.00 jadi sekalian aku tidak pulang untuk mengikuti ekskul jam 13.00, aku juga sudah membawa pakaian olahraga lengkap dengan sepatu juga.

Tepat pukul 13.00 ekskul basket dimulai dengan pemanasan, ditengah terik matahari yang menyengat kulit, aku  berlari mengelilingi lapangan basket sebanyak tiga kali bersama teman teman ekskul basket yang lain.

Priiiit

"Ayo semua kumpul disini!" Suara peluit yang menggelegar diikuti dengan suara Pak Tristan pelatih ekskul putri yang tak kalah dengan suara peluitnya, memanggil kami untuk mendekat kearahnya.

"Semua berpasangan dua dua ya, cari temen masing masing. Kalo sudah kita akan melakukan beberapa tekning passing yang benar...."

Saat Pak Tristan menjelaskan teknik teknik itu, aku melirik ke sana kemari mencari pasangan yang tepat. Rinai teman seperjuanganku di tim basket SMP sudah bersama teman barunya yang dari tadi melingkarkan tangannya dilengan Rinai.

'kita itu mau basket, bukan mau nyebrang' kataku dalam hati.

Seseorang menepuk bahuku dari belakang, spontan aku langsung menoleh.

"Eh, lo sama gue ya?" Kata orang yang belum terdeteksi namanya.

Dari pakaian dan sepatu basket yang dipakainya menunjukkan kalau dia jago bermain basket.

"Oke deh gue sama lo, mmm.. btw gue Vio lo siapa?" tanyaku sambil mengulurkan tangan.

"Gue Nabila, panggil aja Nabil." Katanya dengan membalas uluran tanganku.
.
.
.
Dan benar saja, saat kami melakukan chestpass, Nabil mengoper bola dengan tenaga yang super.

Kami sudah melakukan beberapa kali passing, saat passing yang terakhir aku tidak bisa menangkapnya, bola basket itu menggelinding ke arah lobi. Aku berlari ke lobi untuk mengambil bola itu dan saat itu juga aku melihat Pak Al berjalan ke arah yang sama.

Aku terkejut saat Pak Al mengambil bola itu. Tanpa basa basi aku mengambil bola yang masih dipegang Pak Al dengan senyuman terimakasih.

deg!

"Tunggu dulu." Katanya yang tiba tiba memegang pegelangan tanganku saat aku berbalik ingin ke lapangan basket lagi.

Jantungku berdetak lebih cepat apalagi saat aku mengingat chat terakhir Pak Al kemarin.

"Tangannya berkeringat ya." Lanjut Pak Al melepaskan tangannya.

"Iyalah pak, namanya juga olahraga ada apa pak kok nyegah saya balik ke lapangan?"

"Kemarin kenapa gak balas chat saya?" Tanya Pak Al yang membuatku bingung ingin menjawab apa.

Flashback on~

Pak Al: enggak jelek kok, menurut saya cantik. Maksud saya nilainya yang cantik

Saat aku membaca balasan chatnya yang mengejutkan jantungku. "ngomong apaan sih orang ini?" kataku dalam hati sambil tersenyum.

Vio: Nilai cantik itu kayak gimana pak?

Pak Al: Ya cantik, kamu beneran pingin tau nilainya? Nanti kecewa

Vio: Berapa sih pak?

Pak Al: Kamu dapet 77, itu nilai kembar artinya nilai cantik.

Baru sekarang aku tau kalau nilai kembar itu termasuk nilai cantik.

Vio: Ada ada aja pak heheh, makasih pak saya udah dikasih tau nilainya
Vio: Ternyata usaha saya belum berhasil

Pak Al: Iya sama sama
Pak Al: Berarti usahanya kurang maksimal itu. Ayo belajar yang lebih giat!

Vio: Iya pak. Oh iya, buku paket matematika yang dari perpustakaan sekolah kok enggak lengkap pak ya?

Pak Al: Iya, emang materi dibuku itu kurang lengkap. Makanya Pak Al ngasih kalian catetan tambahan.

Vio: Tapi enggak nyaman pak kalo enggak ada buku panduannya.

Pak Al: Sebenernya ada yang super lengkap, tapi harus beli dulu di toko buku

Vio: Ya nanti saya beli aja buku yang super lengkap itu, buku itu penerbitnya apa pak?

Pak Al: Gini aja deh, besok pulang sekolah saya anter ke toko buku. Sekalian saya juga mau beli novel.

Vio: Pak Al suka baca novel?

Pak Al: Iya suka banget malahan.

Vio: Pak Al mau nganter saya?

Pak Al: Iya emangnya saya bercanda, kalau perlu saya beliin juga. Anggap aja jalan-jalan juga

deg!

'jalan jalan?' gumamku masih gak percaya sama chat Pak Al ini.

Kalau dilihat dari tampangnya Pak Al itu orangnnya dingin, tapi ternyata suka ngegoda gak jelas kayak gini.

"Dia bercanda apa gimana sih, di satu sisi aku lumayan seneng, disisi yang lain aku kebingungan dengan tingkah Pak Al" gumamku sambil memandangi layar ponsel.

Tak lama kemudian Pak Al mengirim chat susulan.

Pak Al: Gimana? Setuju ya?

Tanpa membalas chatnya aku langsung mematikan data ponselku. Aku bingung harus membalasnya apa.

Flashback off~

Aku masih berpikir alasan apa yang tepat untuk menjawab pertanyaannya.

"Emmm.... Hp saya kemarin langsung mati pak karena batrainya habis." Kataku berpura pura.

"Pantesan kok langsung off whatsappnya. Tapi gimana bisa enggak?"

Untungnya Pak Al gak curiga kalau aku bohong, tapi kali ini aku bener bener enggak bisa menjawab pertanyaannya.










Kritik dan Saran sangat dibutuhkan😊

maaf update kemalaman
maaf udah lama enggak update
maaf juga agak gak jelas ceritanya
sekali lagi author minta maaf, mohon dimaklumi ya
maklum pemula😅

Thank's for read

My Math Teacher - SMA LOVE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang