3. To The Teacher's Room

193 12 8
                                    

"Dek, buruan!" teriakku dari halaman rumah.

KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di sekolah dimulai pukul 06.30, sementara jam tangan hitamku sudah menunjukkan pukul 06.20

"Omgkurang sepuluh menit lagi." gerutuku di halaman rumah seperti orang gila.

Breeemm...

Breeemm...

Suara motor CBR berkumandang dengan tidak etisnya.
Motor itu keluar dari garasi, beserta pengemudinya.

"Ayo naik!" suara adikku Zen yang hampir sama seperti suara motornya.

Zen adalah saudaraku satu satunya, dia masih duduk di bangku SMP. Namun kalau dilihat dari postur tubuhnya, seakan akan dia adalah kakakku.

Zen seorang adik yang humoris dan sedikit bandel, berambut hitam pekat, tinggi badannya melebihi tinggiku.

"Lama banget sih!"

"Habis pup makanya lama hehehe.." candanya membuatku sedikit tertawa meskipun sedang marah.

"Pegangan yaa!" kata Zen sambil memacu motornya dengan kecepatan tinggi.

****

Kriiing...

Kriiing...

Bunyi bel menandakan jam pelajaran ke-3 dimulai. Karena Bu Ira yang mengajar biologi sedang sakit, akhirnya jam pelajarannya pun kosong hingga jam ke-4. Namun Bu Ira meninggalkan tumpukan tugas untuk dikerjakan, di mejanya di ruang guru.

Sialnya lagi ketua kelas dan wakilnya sedang mengikuti rapat untuk kegiatan ulang tahun sekolah di lab bahasa, jadi aku sebagai sekretaris mewakili mereka, untuk mengambil tugas di ruang guru.

"Fir, temenenin gue ke ruang guru yuk!, ngambil tugas." ajakku pada Fira.

"Ayo, aku juga bosen di kelas mulu." untungnya Fira juga mau mengantarku.

Ruang guru terletak di samping ruang tata usaha, ruang itu sangat jauh dari kelasku.

Berjalan ke ruang guru bersama Fira serasa berjalan melewati kerumunan orang di pasar, karena dia tidak henti hentinya bicara. Mulai dari membicarakan kelahiran anak kucingnya yang lahir secara normal sampai membicarakan kakak laki lakinya yang mempunyai pacar baru.

"Fir, tunggu sebentar!" seruku pada Fira, karena tali sepatuku tiba tiba lepas.

Dengan sabar dia menungguku mengikat tali sepatuku kembali.

Belum selesai aku mengikat tali sepatu, sebuah telunjuk mendarat di puncak kepalaku dari arah belakang, pasti kerjaannya Fira.

"Fir, lepasin nggak?" tanyaku pelan. Fira emang hobi banget ngeganggu orang.

Tanyaku tidak dihiraukan oleh Fira, dia masih meletakkan jari telunjukknya di kepalaku.

Kesabaranku mulai habis.
"Lepasin Fir!" aku memegang tangannya, berbalik dan berdiri diwaktu yang sama.

deg!

Malu dan sebal menyelimutiku, ternyata dari tadi aku membentak Pak Al, sementara Fira menepi dan diam membisu melihat kami berdua.

"Bisa dilepasin?" tanya Pak Al sambil melihat tanganku yang masih memegang pergelangan tangannya.

"eh" aku melepas tangannya. 'Lagian aku juga tidak sudi.' gerutuku dalam hati.

"Lagian Pak Al ngapain sih?" nada amarahku tidak bisa dibendung.

"Ya kamu itu yang salah, ngikat tali sepatu kok di tengah jalan." Pak Al berbalik menyalahkanku.

"Kan cuma sebentar pak, maaf pak yaaa" aku berpura pura minta maaf dan  terpaksa mengalah karena dia seorang guru. 'kalo mau lewat, jalan juga masih lebar.' gerutuku dalam hati.

"Emangnya kamu mau kemana?, masih jam pelajaran kok berkeliaran." tanya Pak Al.

'Berkaliaran? heh emangnya aku anjing apa.'

"Ini pak, kami mau mengambil tugas di ruang guru." sahut Fira yang dari tadi memandangi Pak Al idolanya.

"Lain kali kalau ngikat tali sepatu jangan di tengah jalan Vio." tanpa menghiaraukan jawaban Fira, dia menyebut nyebut namaku.

"Namamu Vio kan?"

"Iya pak bener, Pak Al kok hafal nama saya?" tanyaku penasaran.

Tanpa ada jawaban dia  meninggalkan kami berdua dengan senyum yang menawan. Aku melirik ke arah Fira yang juga heran dengan tingkah Pak Al.

Kritik dan Saran sangat dibutuhkan😊

Maaf kalau part ini sedikit gak jelas, karena authornya lagi banyak tugas dan ulangan harian tanpa henti. Maaf juga kalau slowly update. Mohon dimaklumi yaa😄

Thanks for read

My Math Teacher - SMA LOVE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang