2. Giving Help

181 14 3
                                    

Tanpa menyadari dosanya, Pak Al menyuruhku mengikutinya. " Kok bisa bisanya dia tega ngelihat siswa perempuan membawa tumpukan buku, sementara dia hanya membawa dua buah spidol." gumamku.

Aku belum cukup hafal denah sekolah ini, sambil mengikuti orang menyebalkan yang ada didepanku, aku berusaha menghafal setiap ruangan yang aku lewati.

Pak Al belok ke kiri ke sebuah ruangan yang tertera nama "R. Wakasek" di atas pintu masuknya. Ruangannya besar dan terdapat beberapa meja, sepertinya bukan cuma Pak Al yang menempati ruangan ini. Mungkin karena masih jam pelajaran ruangan ini kosong penghuni, jadi hanya ada kami berdua.

"Pak, ruang wakasek itu ruang apa?" tanyaku yang tidak tahu menahu artinya.

"Ruang wakasek itu, ruang wakil kepala sekolah. Taruh di sini bukunya.." jawab Pak Al sambil menunjuk sebuah meja.

Di meja itu terdapat satu laptop, di sebelah kirinya ada dua buah novel tebal. Aku tidak melihat apa apa yang menunjukkan bahwa dia guru matematika.

"Loh, Pak Al wakil kepala sekolah?" aku terkejut ketika Pak Al menyebut ruangan wakil kepala sekolah.

"Bukan, saya disini sebagai anggota tim kurikulum. Kalau wakil kepala sekolah dibidang kurikulum itu Pak Agnius."

"Ooo, gitu." kataku singkat setelah mendengar penjelasannya.

"Ya udah pak ya, saya balik ke kelas dulu." tambahku.

"Iya, terimakasih  sudah bantuin saya." lagi lagi dia tersenyum penuh kehangatan walaupun terdapat sedikit sifat kelicikan.

"Iya pak." jawabku. Aku berbalik dan langsung berjalan keluar.

" Eh, tunggu tunggu." tiba tiba dia memanggilku, 'duh apalagi sih.' gumamku dalam hati.

"Apalagi pak?" tanyaku lesu.

"Nama kamu siapa?"

"Vio pak.."

"Oke, udah udah kembali sana ke kelasmu!"

'Gak jelas banget nih orang, abis manggil ngusir.' tak henti-hentinya aku menggerutu sebal dalam hati.

****

Waktu istirahat kedua, aku bermain basket di lapangan bersama dua laki laki temen sekelasku, mereka adalah Agiz dan Ghil, diikuti gerombolan anak X IPS yang mengajak bertanding 3 lawan 3 kami setuju dengan ajakannya.
.
.
.

Aku sangat terkejut disela-sela permainan, tanpa sadar ternyata Pak Al memerhatikanku dari kejauhan bersama dengan salah seorang guru lain.

'Eh kok aku ge-er sih'. Ku buang pikiran itu jauh-jauh, barangkali dia hanya menonton pertandingannya.

Dimitri Allanson (point of view)

,Tugas kurikulum yang menumpuk, membuatku letih hari ini, jam mengajar juga sangat padat. Dua novel yang ku bawa dari rumah sudah selesai ku baca. Mungkin keluar ruangan bisa mengurangi beban.' gumamku sambil melihat ke arah jam yang tertera di laptop yang ada dihadapanku.

Saat kulangkah kaki keluar, ternyata ada Pak Nicole yang sedang membaca papan pengumuman tepat di depan "R. Wakasek".

"Pak Nicole!" sapaku yang hampir mengagetkannya.

"Eh Pak Al, ada apa pak? kecapekan?" Pak Nicole langsung tahu kalau aku letih gara gara banyak tugas.

"Iya nih pak, jadi saya keluar ingin menghirup sedikit udara." candaku, sambil melanjutkan obrolan kami.

Kebetulan ada sebuah pertandingan kecil di lapangan basket, lumayan untuk menghilangkan sedikit penat bekerjaAkhirnya kami berdua menonton pertandingan ituMataku langsung fokus pada seorang siswi perempuan yang berada disalah satu tim. Ternyata dia Vio anak yang tadi.

"Lihat pak ada yang perempuan ternyata" kata Pak Nicole sambil menunjuk ke arah Vio.

"Bahkan lumayan juga cara bermainnya dibandingkan dengan yang laki-laki" tambahnya.

"Oh iya pak, kebetulan itu siswa-siswa yang saya ajar tadi." jawabku dengan melihat terus ke arah Vio. 'Kok aku jadi ingin tahu tentang Vio' gumamku.


Kritik dan Saran sangat dibutuhkan😊

Thanks for read

My Math Teacher - SMA LOVE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang