[03]. SUPPORT

40 8 1
                                    

SEMUANYA terlihat duduk berhadap-hadapan mendengarkan cerita Bunda. Bukan cerita sebelum tidur, melainkan cerita mengenai Regar yang selamat dan diculik. Bunda juga menceritakan mengenai kecelakaan yang menimpa dirinya dan Renata.

"Terus luka Renata ngga parah kan tan?" tanya Saras. Sungguh ia sangat khawatir dengan sahabatnya itu. Karena semenjak kejadian naas yang menimpa Regar, Renata selalu menolak ketika ia ajak main keluar. Sepilu itulah hidup Renata setelah kehilangan separuh jiwanya.

"Ngga kok. Cuma luka ringan." sahut Bunda menoleh ke Saras.

"Soal Regar, gimana tan? udah ada kemajuan belum?" tanya Melvin.

Bunda terlihat menunduk sembasi menggeleng lemah. Sementara Mama yang berada disamping Bunda langsung mengusap punggung lemah itu dan membawa ke pelukan hangatnya. Bunda benar-benar sangat butuh dukungan dari mereka semua untuk menguatkan hati.

"Paling ngga, kita udah tau Regar masih berada diantara kita. Tante tenang aja, kami pasti bantuin nyari kok." sahut Jimmy dan diangguki oleh teman-temannya.

Persahabatan mereka berlima terbilang masih belia. Dimulai dari masa orientasi siswa di SMA Moran dahulu. Kala itu Febri terlihat dikerjai oleh kakak kelas sampai bercucuran keringat ditengah lapangan. Sampai akhirnya Regar memainkan bola basket sampai mengenai kakak kelas itu dan berakhir sama dengan Febri.

Untung saja Jimmy cepat datang dan membohongi kakak kelas itu bahwa MOS sudah berakhir dan siapapun yang melanggar akan diberi hukuman langsung oleh wakil kesiswaan.

Sementara untuk Asrafi dan Melvin, mereka bergabung ke tim basket sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Dan berakhir menjadi solid diantara kelimanya sampai sekarang.

***

Febri baru saja tiba dirumahnya diantar Asrafi. Sudah tak terhitung berapa kali Asrafi mengantarnya, bukannya Asrafi terlalu baik melainkan karena Febri yang memaksa dengan berbagai cara. Dan entah kenapa cara Febri selalu berhasil. Seperti kali ini, sejak kembali dari Bengkulu pagi tadi Febri menginap dirumah Asrafi dan siang ini memaksa diantar pulang. Memang sangat halal disebut beban bukan?

"Ngga masuk dulu lo Raf? ngopi kita ngopi.." ujar Febri menaik-turunkan alisnya.

"Ogah. Lo bau."

"Dih, gini-gini gue mandi tau."

"Kapan?"

"Kemarin."

"Tuh, kan, dahlah gue balik."

"Yaudin hadijal yachh.."

"Hadijal apaan? nama gue Muhammad Asrafi, bege."

"Hati-hati dijalan, elah. Lo mah ngga gaul."

Jika terus meladeni Febri maka situasi seperti ini tidak akan berakhir. Asrafi melengos dan langsung menjalankan motornya meninggalkan Febri yang masih ngomel disana.

"Oalahh..woy Raf minimal rungok ke sek to aku ngomong ki.." omel Febri menggerutu sendiri.
(dengerin dulu dong gue ngomong)

"Ngopo to le? teko bukane gek ndang mlebu, kok malah ngomel nang kunu. Wes gek ndang mlebu." suara wanita terdengar dari belakang Febri. Laki-laki itu menoleh mendapati wanita dengan daster warna kuning bemotif bunga-bunga sedang menunggunya.(Kenapa sih? datang bukannya masuk, malah ngomel disitu. Udah buruan masuk.)

REGAR : Unfinished StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang