[18]. INDOMIE SPESIAL

23 4 1
                                    

RUANGAN kelas 12 IPS 4 terlihat tenang karena ada infomasi penting yang akan disampaikan oleh wali kelas mengenai ujian nasional yang akan diadakan seminggu lagi. Tentu saja banyak sekali yang harus dilengkapi sebelum mengikuti ujian tersebut. Seminggu ini akan banyak diadakan ulangan untuk melengkapi tugas-tugas materi yang belum terkejar.

"Karena seminggu lagi kalian akan menghadapi ujian nasional, tolong dipelajari materinya dirumah. Kalau rasanya tidak ingat minta bantuan temannya yang ingat ya..nanti biar Ibu yang minta modul ke guru mapel," ujar Bu Tika selaku walikelas 12 IPS 4.

"Oh iya urusan tugas juga jangan sampai lupa, Ibu capek tau tiap hari ditanyain sama guru mapel. Baru aja Ibu sampai, pasti langsung ada pengaduan soal anak-anak 12 IPS 4 tugasnya masih belum lengkap."

"Kemungkinan besar minggu ini juga akan banyak diadakan ulangan, Ibu harap kalian mempersiapkan diri sesiap mungkin untuk menghadapi ujian nasional. Semoga semuanya lulus dengan nilai terbaik ya.."

"Amin.."

"Ya sudah kalau begitu Ibu permisi dulu. Ketua, amankan kelas ya,"

"Baik Bu."

Sepeninggalan Bu Tika kelas itu langsung kembali gaduh seperti sebelum Bu Tika masuk tadi. Satya sebagai ketua kelas bukannya mengamankan malah mapan tidur dengan menggunakan tas sebagai bantal.

***

Ayana baru saja pulang dari kampus, kebetulan hari ini mata kuliahnya pagi jadi pulangnya ngga terlalu sore. Ia mendudukkan dirinya dikursi halte. Matanya menatap keatas melihat mendung yang berkumpul seperti hendak turun hujan. Rasa khawatir mulai menghampiri perasaan Ayana, jika ia nekat jalan kaki juga bakal kehujanan karena seperti tinggal menunggu hitungan detik saja hujan akan turun.

Benar saja tetesan air mulai turun membasahi bumi. Dimulai dari gerimis sampai bertambah lebat. Nasib sekali Ayana harus terjebak disana sendirian. Semilir angin berhembus menusuk pori-pori kulit Ayana yang hanya menggunakan kemeja oversize. Kebiasaan Ayana tidak membawa jaket, padahal tadi pagi Mas Ansel sempat mengingatkan karena cuaca tak menentu. Ayana memeluk tubuhnya merinding karena cuaca semakin dingin. Langit masih gelap tertutup awan hitam.

Ayana melihat aliran air hujan yang menuruni jalanan didepannya. Tiba-tiba saja sebuah mobil datang dari arah berlawanan membuatnya menoleh. Matanya menyipit mencoba melihat siapa pengemudi mobil itu. Namun nihil karena hujan terlalu deras. Sampai pengemudi mobil itu membuka pintu disusul dengan payung bening kemudian pengemudi itu turun menghampiri Ayana.

"Ngapain lo masih disini?" tanya laki-laki dengan almameter yang sama dengan punya Ayana. Hanya saja Ayana menaruh almameternya didalam tasnya.

"Ya terserah saya dong. Ini kan tempat umum. Kamu ngga bisa larang-larang saya ya.." sahut Ayana sedikit nyolot. Karena kalian tau, pengemudi itu adalah Bumi. Sebenarnya Ayana sedikit was-was kalau laki-laki itu tiba-tiba menagih hutang sementara Ayana tidak memiliki penghasilan sama sekali semenjak tinggal dirumah Mas Ansel. Kalau masalah uang jajan Mas Ansel yang nanggung. Itupun Mas Ansel ngasihnya diakhir bulan.

"Dih, nyolot! Biasa aja kali." Bumi meletakkan payungnya dan ikut duduk disamping Ayana.

"Kamu sendiri kenapa ngga pulang? Kamu kan bisa nerobos hujan ngga bakal basah juga kan?" tanya Ayana.

"Males aja. Dirumah sepi, om sama tante pasti pada ke cafe, Renata juga masih disekolah." ucap Bumi seadanya. Sepertinya laki-laki narsis itu merasa kesepian haha..

REGAR : Unfinished StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang