[04]. KENYATAAN

39 6 0
                                    

"Nyatanya memang hanya aku yang terlalu berharap ke kamu."
-Unfinished Story-

***

TERLIHAT beberapa orang sibuk berlarian menuju kantor polisi yang berada tepat disamping sebuah hotel, Moonlight Hotel. Renata digandeng oleh Saras antusias bergegas ke kantor polisi setelah mendapat kabar dari seorang detektif yang menangani kasus penculikan Regar. Sementara Bunda, Mama, Papa dan Ferdi terlihat menyusul dibelakang kedua perempuan yang ngacir lebih dulu.

Sampai didalam, Renata mengajak Saras ke ruangan detektif Rayhan. Didalam ruangan itu terdapat tiga orang detektif yang bekerja sama untuk memecahkan kasus penculikan yang dialami Regar. Renata berjalan tergopoh-gopoh menghampiri detektif Rayhan.

"Silahkan duduk." ujar detektif Rayhan mempersilahkan kedua wanita itu untuk duduk di kursi dengan meja tempat ketiga detektif itu biasa berdiskusi.

"Setelah mengidentifikasi postur tubuh dari wanita dan pria yang membawa Regar, kami akhirnya berhasil menemukan kediaman mereka. Jika kamu berkenan biar saya dan rekan-rekan ikut ke kediaman mereka." ujar detektif Rayhan menatap lekat Renata.

"Tentu saja pak detektif." tutur Renata kemudian memeluk Saras sembari tersenyum.

"Oke, berangkat sekarang."

Beberapa saat berlalu, dua mobil berwarna berbeda itu berhenti tepat didepan sebuah rumah sederhana yang dihiasi taman bunga diterasnya. Renata turun bersama-sama dengan kerabatnya yang berada dimobil yang sama dengannya. Sementara detektif Rayhan, detektif Pandu dan detektif Sena sudah memimpin jalan menuju pintu utama rumah itu.

Tok! Tok!

Detektif Rayhan selaku ketua yang menangani kasus ini mengetuk pintu dua kali. Tak lama kemudian pintu terbuka menampakkan seorang wanita paruh baya berdiri diambang pintu. Manik matanya menatap satu-persatu orang yang berada dihadapannya itu. Tidak ada seorang pun yang ia kenali.

"Maaf, kalau boleh tau anda semua siapa ya? dan ada perlu apa datang kemari?" tanya wanita itu menatap acak orang-orang didepannya itu.

"Menurut pemeriksaan yang kami lakukan, suami anda—pak Damar dan putri anda—Ayana, telah melakukan penculikan terhadap Regar—putra dari Ibu Regitta." jelas Rayhan membaca lembaran kertas yang berada ditangannya. "Jadi kami mohon kerjasama Ibu untuk tidak menyembunyikan kebenaran apapun yang Ibu ketahui mengenai Regar."

"Suami saya ngga mungkin melakukan hal semacam itu. Apalagi putri saya. Saya berani menjamin suami dan putri saya tidak mungkin melakukannya Pak." seru wanita itu menggebu-gebu. Matanya memerah tak kuat menahan sakitnya tuduhan dari orang asing itu.

Detektif Rayhan tampak mengeluarkan ponselnya dan mengotak-atik ponsel tersebut kemudian menunjukkan sesuatu ke wanita itu. Video rekaman CCTV jelas menampakkan postur tubuh Ayana dan Ayahnya. Wanita itu membelalakkan matanya sembari membekap mulutnya hampir tak percaya.

"Bagaimana Ibu menyangkal video ini? apa ini bukan suami dan putri Ibu?" tanya detektif Rayhan.

"Anda juga seorang Ibu, harusnya anda tau rasanya kehilangan buah hati yang anda besarkan dengan penuh kasih sayang. Bukannya menutupi kebenaran demi kepentingan anda sendiri!" seru Bunda tak tahan lagi mendengar wanita itu menyangkal mengenai penculikan Regar.

"Putri dan suami saya ngga nyulik anak anda!"

"Anda masih bisa menyangkal? anda benar-benar tidak punya hati nurani!" seru Bunda dengan emosi yang mulai menguasai dirinya. Untung saja ada Mama yang selalu membantu Bunda meredam emosi.

"Mohon tenang Bu. Saya tegaskan sekali lagi, jika anda menutupi kebenarannya maka anda lah yang akan mendapat masalah. Mohon pertimbangkan kembali." tegas detektif Rayhan.

REGAR : Unfinished StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang