[14]. GODAAN

33 5 2
                                    

BEGITU sampai dihalaman depan rumah Ansel, Renata langsung melihat Regar yang sedang duduk diatas balkon kamarnya. Perempuan itu melambaikan tangannya meminta Regar untuk turun menemuinya. Regar tampak langsung beranjak untuk segera turun. Sementara Renata lanjut melangkahkan kakinya menuju teras rumah itu.

Renata mengedarkan pandangannya kesana-kemari, seperti ada yang kurang. Oh iya, Ayana, tumben sekali perempuan itu tidak terlihat batang hidungnya. Biasanya kalau ngga sama Regar, ya pasti berkeliaran dihalaman rumah. Ah entahlah, bukan urusan Renata juga kan.

"Rena," panggil Regar begitu keluar dari rumah. Ia langsung mempersilahkan Renata untuk duduk dikursi depan, dan bersebrangan dengannya. "Ada perlu apa? Bukannya Kamu mau pergi sekolah ya?" tanya Regar to the point.

Renata tersenyum cukup lama mendengar ucapan Regar. "Ngga ada, cuma pengen liat Kamu dulu sebelum sekolah. Gapapa 'kan?"

"Ya—ya..ngga apa-apa sih." Regar mengalihkan pandangannya.

"Yaudah, Aku sekolah dulu." Renata menarik tangan Regar untuk ia cium. Tentu saja Regar tertegun dengan perlakuan Renata. "Dadah my husband.." Renata melayangkan flying kiss sambil berjalan untuk pergi.

Regar mengadahkan tangannya, seolah-olah mendapatkan kiss yang Renata berikan. "Aku mikir apasih?!" omelnya menetralkan kembali tangannya.

Sementara Renata berjalan menuju gerbang, begitu sampai diluar gerbang Renata mendapati Ayana dengan wajah kesal. Renata menghampiri perempuan itu. "Permisi, Kamu kenapa? Kok kayaknya kesal gitu?" tanya Renata.

Ayana spontan menoleh, "E-eh, ada Mbak to—"

"Rena aja,"

"Iya maksud Aku itu. Itu loh ada Mas-Mas nyebelin yang Aku temuin kemarin di kampus." adu Ayana.

"Nyebelin gimana Na—em, gapapa kan Aku panggil nama?"

Ayana mengangguk pelan, "Itu, masa plat nomornya penyok dikit minta ganti rugi sepuluh juta. Dikira gampang apa, nyari uang sebanyak itu," kesal Ayana.

"Lah, lebay amat jadi laki! Gausah dikasih Na, di Jakarta tuh emang banyak orang yang kayak gitu. Kalau dia macam-macam hubungin Aku aja."

Ayana tersenyum merasa berterimakasih dengan niat baik Renata, "Hm makasih Ren. Oh iya Kamu udah ketemu sama Raga?"

"Udah, Aku nitip dia ya? Kalau gitu Aku berangkat dulu." Renata melenggang meninggalkan Ayana.

"Tanpa Kamu minta pun Aku akan jagain Raga, karena entah sejak kapan Raga mulai mengisi kekosongan hatiku, Ren."

***

"Baiklah, sampai disini dulu Ibu menerangkan. Oh iya, jangan lupa PR nya dikerjakan, besok dikumpul ya. Kalau salah satu dari anggota kelompok ngga ngerjain, seluruh anggota harus menanggung akibatnya ya.."

"Iya..Bu.."

Hampir seluruh penghuni kelas 12 IPS 4 menghela nafas begitu bu Firly keluar dari kelas. Pelajaran sejarah memang sudah menjadi pokok dari jurusan IPS. Namun tetap saja, memangnya tidak boleh diberi keringanan dikit—aja gitu? Sungguh penyiksaan tersendiri menjadi kelas 12 dengan jurusan pengetahun sosial.

"Guys, nugas dimana nanti?" tanya Saras pada teman-teman sekelompoknya.

"Gue sih ngikut," sahut Marina dengan santai.

"Gue sama Nadia juga ngikut," sambung Lyora.

"Dirumah gue, gimana?" saran Renata.

REGAR : Unfinished StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang