[10]. SEBUAH HUBUNGAN

38 6 0
                                    

BUNDA dan Renata kembali kerumah Bunda setelah sebelumnya dari rumah Ansel. Tadi Bunda sempat menanyakan apakah bisa berkunjung kerumah Ansel untuk bertemu Regar, dan untungnya Ansel memperbolehkan. Jadi, mulai sekarang Bunda ataupun Renata tidak perlu khawatir lagi untuk bertemu dan mengobrol dengan Regar.

Renata memapah Bunda sampai diruang tamu. Disana sudah ada Alina yang tentu saja panik melihat Bunda nya lemas seperti itu. "Bunda kenapa, Ren?" tanya Alina pada Renata.

"Regar menolak untuk tinggal sama Bunda, lagi, Kak." ujar Renata berterus terang.

"Kok gitu? Emang bener-bener tuh bocil!" omel Alina mendengar cerita Renata. Ia tidak ikut Bunda karena kondisi kandungannya yang lemah. Jadi harus banyak istirahat dirumah.

"Bukan salah Regar Kak. Itu, tuh, orang yang udah nolong Regar yang ngotot. Dan entah kenapa Regar malah milih tinggal sama tu orang!" gerutu Renata sembari mengadu ke Alina. "Tapi kalau kita mau ketemu Regar disana, boleh kok Kak. Tadi Bunda udah ngomong sama pemilik rumahnya." sambung Renata.

"Oh ya, bagus dong. Siapa tau kalau sering kita kunjungi, ingatannya bisa balik kan." ujar Alina. Benar juga. Ada kemungkinan seperti itu.

"Hm iya Kak." Renata tersenyum bahagia mendengar asumsi Alina yang sangat masuk akal. "Bunda, Rena ambilin minum ya?" Bunda mengangguk lemah.

Renata beranjak menuju dapur untuk mengambilkan segelas air. Tak lama kemudian ia kembali dengan segelas air bening untuk Bunda. Dengan hati-hati Renata membantu Bunda untuk minum secara perlahan.

"Bunda, percaya deh sama Rena. Secepatnya—ingatan Regar akan pulih."

***

Ayana membuka pintu kamar tamu yang ditempati Regar. Penampilan perempuan itu terlihat rapi dari biasanya. Manik matanya sama sekali tidak menangkap sosok Regar disana. Namun ia melihat jendela menuju balkon kamar tersebut terbuka. Ayana melangkah menuju balkon. Ternyata dugaannya benar, laki-laki yang sedang ia cari berada disana. Lebih tepatnya, Regar sedang berdiri didekat pembatas balkon.

"Raga.." panggil Ayana membuat laki-laki itu spontan menoleh, "Kamu liatin apa?" Ayana melangkah lebih dekat dengan Regar.

"Ah ngga ada, Na. Cuma cari udara segar aja." ujar Regar diakhiri dengan senyuman.

Ayana tampak manggut-manggut. "Oh iya, hari ini Aku mau ke kampus buat tes. Kamu, gapapa 'kan Aku tinggal?" tanya Ayana dengan hati-hati.

"Gapapa kok. Semoga tesnya sukses ya..fighting Ayana!" Regar mengangkat kedua tangannya yang terkepal memberikan semangat kepada perempuan didekatnya itu.

Ayana tersenyum melihat tingkah Regar. Entah kenapa hatinya menjadi hangat melihat laki-laki itu tersenyum bahagia seperti ini. "Yaudah, Aku berangkat dulu ya."

"Iya, Na. Hati-hati ya.."

***

Sore ini matahari sudah mulai tergelincir ke barat, membuat panasnya menjadi tidak terlalu menyengat kulit. Renata mendapatkan waktu yang pas untuk berkunjung ke rumah Ansel. Tak sendirian, ia bersama Saras dan juga Lilis. Mungkin saja kucing betina itu merindukan pemiliknya. Pagar besi menjulang langsung menyambut kedatangan mereka berdua. Renata memencet bel yang terdapat pada beton pinggir pagar tersebut.

Tingtong!

Beberapa saat kemudian, pintu pagar terbuka menampakkan Pak Gani yang berdiri disana. "Mau nyari siapa ya?" tanya pria itu.

"Reg—maksud saya Raga, Pak." hampir saja Renata lupa, kalau pak Gani 'kan taunya Raga bukan Regar.

"Oh iya iya. Raga ada ditaman belakang kayaknya, soalnya tadi nanyain pakan ikan ke saya." jelas pak Gani, "lewat situ ya." pria itu menunjuk sisi kanan rumah tersebut untuk sampai ke taman belakang.

"Terimakasih pak." Renata tersenyum sopan, kemudian menarik tangan Saras supaya ikut dengannya.

Begitu sampai ditaman belakang, Lilis melompat dan langsung berlari menghampiri Regar. Kucing betina itu mendusel manja dikaki Regar seolah menyalurkan kerinduan yang sudah lama dipendam. Regar sontak berjongkok dan mengelus lembut kepala kucing betina itu.

Renata dan Saras berjalan menghampiri Regar. Keduanya tampak tersenyum melihat Lilis yang bahagia karena bisa bertemu kembali dengan pemiliknya. "Kamu ingat dia Gar?" ujar Renata menanyai laki-laki itu. Spontan Regar menggeleng, "Dia Lilis. Kucing peliharaan kamu." Renata menghela nafasnya. Menunggu sejenak untuk menyampaikan sesuatu, "Dulu Aku benci banget sama Lilis. Karena dia lebih Kamu perhatiin daripada Aku."

Regar mendongak sejenak. Setelahnya, laki-laki itu kembali mengelus Lilis dengan lembut membuat kucing betina itu semakin manja kepadanya.

"Tapi sekarang Aku sadar, cuma Lilis yang bisa mengingatkan Aku tentang Kamu, Gar." tutur Renata. Saras menoleh ke sahabatnya itu, ia langsung membawanya kepelukan hangatnya.

"Regar, kenapa lo ngga tinggal sama Renata, lagi? biar amnesia lo cepet sembuh?" tanya Saras yang sejak tadi membaca suasana.

"Aku—Aku belum bisa percaya sama—Renata." tutur Regar sembari perlahan mendongak menatap keduanya.

"Apalagi yang harus Aku lakuin, biar Kamu percaya sama Aku, Gar?" sentak Renata dengan beruraian air mata. Sungguh tidak habis pikir lagi. Apa katanya, dia ngga percaya sama Renata?

"Aku butuh waktu Ren. Aku ataupun Kamu ngga bisa mengembalikan ingatan yang hilang secepat yang Kamu inginkan." ucap Regar sembari beranjak dari jongkoknya. "Aku juga mau ingatanku segera balik. Tapi—semua itu butuh waktu. Kamu mau 'kan menunggu?"

"Oke, Aku mau. Tapi—" Renata mengeluarkan sesuatu dari tas kecilnya. "Kamu simpan ini ya," Renata memberikan nota kecil berwarna hijau. Tunggu—itu buku nikah!

"Kalau ingatan Kamu sudah kembali, Aku harus menjadi orang pertama yang mengetahuinya." ujar Renata penuh harapan.

>> To Be Continue <<

Uhuyy update lagi nih...
Maaf ya kelamaan updatenya, Buna lagi sibuk panen padi😀😅😭

Jangan lupa follow :
Tiktok : wp.queenrii
Instagram : queenrii.wp

See you lagi yaa~

Padang Sumatera Barat
04 Juni 2023

REGAR : Unfinished StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang