Chapter 4

98 12 0
                                    

Suara ini , aroma ini , kenapa ? kenapa ? aku bisa berada di tempat ini lagi ..
Tidak ..tidak .. aku harus pergi , aku tidak mau lagi mengalami ini untuk yang kesekian kalinya
Papa .. Mama... Tolong Aku
Aku sedang berusaha menggerakan seluruh tubuh ku , tapi nihil , bahkan mata ini enggan membuka
Tuhan .. kali ini saja biarkan aku pergi , ku mohon tuhan ...

Ahhhhh ... sakit .. tidak .. tolong lepaskan !!!

Suara itu .. aku mengenali suara itu , aku harus menolong nya aku harus membebaskan nya dari ini semua .
Bangun bodoh... kenapa aku masih saja tidak bisa membuka mataku ataupun menggerkan badan ku.
Sial... obat sialan... aroma obat ini benar2 membuatku jijik .
 sekuat tenaga , aku memaksa mataku untuk segera terbuka .

Aku hampir saja mati melihat apa yang ada di depan ku dan sekelilingku.
Anin , desy , sisca , mereka ......
aku menangis , aku berteriak sekuat tenaga ku memanggil nama mereka , tapi suaraku seperti tak terdengar oleh siapapun .

Bangsat...Biadab.... anjing..... aku mengumpat apapun kata yang terbesit di kepalaku.
Aku melihat teman2 ku sedang di operasi terang2an di depan mataku , bagaimana bisa ? mereka kenapa ? apa yang akan orang2 lakukan pada mereka.

Harusnya aku melihat diriku sendiri yang bahkan tidak bisa bergerak , karena banyak sekali selang dan kabel2 kecil menancap di tubuhku.
Kenapa ? kepalaku terasa sakit sekali , mataku ingin menutup kembali sebelum akhirnya aku masih bisa melihat si tua bangka itu berjalan ke arah ku dan membisikan sesuatu padaku.

" Ore tachi no sensō no guntai ni naru " dia memberikan senyuman itu lagi , aku membenci mu tua bangka , aku membenci wajah mu dengan senyum jelek itu , aku mengutuk mu dalam doa ku dan aku bahkan berjanji akan membunuh mu dengan tangan ku sendiri.

sedikit lagi .. aku sudah bisa menggerakan tangan kiriku , sebelum mata ini terpejam kembali akan ku pastikan aku membunuhmu tua bangka sialan....
yah aku bisa memegang bajunya , sedikit lagi .. aku harus mengumpulkan semua tenagaku , jika setelah ini aku mati tak apa , asal aku bisa membunuh tua bangka ini.

Ck...bahkan dia masih setia menunjukan senyum menjijikan itu...cih..
.
.
" yakkkk shani lepaskan , jangan memaksa gue melepaskan tembakan " 
" ryu tenanglah " 
" Shani lepaskan ryujin , shanii ..... INDIRA ...Bukk ( anggap aja suara pukulan )...."

Yeji memukul shani tepat di wajahnya , dan itu membuat shani seketika tersungkur kebelakang.
Posisinya yang tadi berada di atas ryujin dengan tangan satunya memegang baju ryujin dengan erat dan tangan satunya mengepal kuat akan meninju ryujin itu seketika berubah saat yeji lebih dulu memukul shani.

Shani jatuh dengan wajah menempel di lantai , dan shani masih dengan posisi yang sama belum juga bangun atau ingin beranjak dari posisinya itu.
yeji dan ryujin yang khawatir , mulai membalikan tubuh shani , darah segar sudah membanjiri wajah cantik nan mulus shani .

" Yak hwang , kau membunuhnya "
" paboya .... jangan seenak nya berkata , sebaiknya bantu gue bawa dia ke dokter cepat"
.
.
Shani masih berada di dalam ruangan itu , dan sudah hampir 30 menit lamanya belum juga ada tanda2 dokter yang menangani shani keluar dari ruangan.
Ryujin dan juga yeji , mondar mandir di depan ruangan shani.

Ada rasa takut yang sedang meyelimuti mereka berdua , terutama yeji .
fikiran yeji benar2 kalut , ia takut apa yang ia lakukan tadi benar2 bisa membunuh shani , dengan cepat yeji menggelengkan kepalanya , dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang ia lakukan tadi hanya sekedar memukulnya saja.

" ne , hwang , apa yang terjadi tadi ? " tanya ryujin dan mulai mendudukan dirinya di kursi tunggu yang ada di samping ruangan shani di rawat.
" Molla Shin , mata shani berubah tadi , dan itu membuat gue gemetaran , yah shin apa lu lihat mata shani tadi ? sejak kapan dia memakai lensa dengan warna yang mencolok ?"
" Lu benar , yang gue tau shani enggan sekali memakai lensa mata , tapi gak mungkin kan warna matanya berubah sendiri ?"

Mafia In The MorningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang