6. Worries

23 2 0
                                    

Hujan deras mengguyur kota dan seisinya. Biasanya orang orang akan berteduh di tempat kering dan hangat, membalut diri dengan selimut, makan minum berkuah dan hangat, menonton TV, tidur, ataupun merenung sambil menatap rintik hujan di luar jendela. Mungkin itulah yang ingin Ben lakukan saat ini. Tidur nyenyak dan bangun di keesokan hari berharap hari kemarin hanya lah sebuah mimpi buruk.


Dunia ini tidak adil.



Ben berdiri menghadap nisan yang baru dibuat beberapa saat lalu. Dibawah rintikan hujan mengenakan jas hitam. Bersama teman teman dan kakaknya. Ben masih belum mau beranjak dari sana ketika semua orang pergi kembali ke rumah. Ia masih ingin menemani sahabat masa kecilnya itu.


Orang bilang saat ingin menangis, menangis lah dibawah hujan, maka orang lain tidak tau bahwa kau sedang menangis. Hujan akan menutupi linangan air mata yang kau jatuhkan. Menutupi isakan tangis dengan dentuman rintik saat jatuh ke bumi.


Ben melepas payung hitam yang menutupi dirinya. Membiarkan rintik hujan membasahi tubuhnya. Jatuh terduduk, berteriak meluapkan emosi tertahan di dalam diri. Ben ingin menyalahkan takdir. Masalah yang tak henti datang. Rasa sakit yang tak kunjung sembuh bertambah. Lelah secara fisik dan mental. Orang yang dapat membantu nya kini sudah pergi sangat jauh sampai tidak dapat digapai. Kenapa dunia begitu kejam? Ben hanya manusia biasa yang akan berhenti saat lelah, akan tetapi kenapa dia tidak dapat masalah mengatasi selama ini.


Setelah kejadian menewaskan Choi Anastasia Damian. Ben tidak pernah terlihat lagi di sekolah. Di hubungi tidak ada jawaban, mengecek rumah sewanya pun kosong. Bagai setan bisa ngilang bisa muncul dalam sekejap. Kak Nola notabene nya sebagai kakak Ben, juga tidak diketahui keberadaan nya.
















































































































"Aku tau kau punya otak, berpikirlah sedikit, kau baru saja membunuh orang walau tidak secara langsung. Bahkan orang yang kau mintai tolong bagai hilang ditelan bumi" Kai tersentak. Ia sedang membaca mading sekolah, langsung di roasting. Siapa lagi kalau bukan siswa rambut merah.


"Bukan kah berarti kita seri?" Kai tersenyum bagai malaikat. Si rambut merah menghela nafas. Penasaran kenapa bisa Kai tersenyum seperti itu. Beberapa saat kemudian, si rambut merah pergi meninggalkan Kai menuju kelas.


"Ya tunggu!" Kai menyusul si rambut merah.



















































Disisi lain...



Notch menghela nafas. Setelah selesai membantu Madava menarik uang kas kelas, walau masih sepertiga anak yang mau melunasi nya. William menjadi babu para guru, disuruh suruh memindahkan buku, membersihkan lapangan setelah dipakai dan sebagai nya. Sebagai sanksi untuk mengurangi poin kenakalannya sekaligus membantu tugas Ben. Heaven menghadiri rapat OSIS menggantikan Ben. Ketiga sejoli ini serempak membantu tugas Ben, semenjak ia menghilang dan tak bisa dihubungi. Termasuk memimpin kelas selagi ketuanya pergi. Meskipun mereka bertiga tidak terlalu bisa mengatur para murid di kelas nya sih.



"Sebenarnya kemana si bacot Bear Ben pergi, sudah seminggu lebih nggak keliatan perawakannya" William meminum soda, setelah selesai membersihkan perpustakaan. Sungguh melelahkan sebetulnya, tapi demi lulus sekolah, William akan melakukan nya.



THE EKS(X)PERIMEN(T) | txt feat. 01LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang