5. Cousin

24 1 0
                                    

Ben berjalan menuju lab komputer, cara terakhir ia mengecek apa yang terjadi. Dengan amarah yang masih menggebu-gebu, raut muka kesal dan mengepalkan tangan. Orang orang yang melewati Ben merasa takut. Penampilan Ben seperti ingin memukul semua benda yang lewat di hadapan nya.

Ben mendobrak pintu lab, dan ia tersadar pintu lab tidak di kunci.

"Kenapa kau disini?"

"Waaaa!" Ben hampir memukul orang yang ada di lab itu. Ia sempat berpikir ada orang iseng mengagetkan dirinya. Tapi ternyata bukan.

"Harusnya aku yang nanya, kenapa kamu disini?"

"Habis mapel IPTEK"

"Oooo nggak langsung ke kelas"

"Bukan urusan lo, tapi ngapain kau kesini?"

"Ada deh dan bukan urusan mu" Ben mengcopy kata katanya. Orang itu menghela nafas. Kalau saja Ben bukan sepupunya ia sudah meng smack down Ben keluar jendela. "Selesai urusan lo, rapiin seperti semula dan jangan lupa kunci" Dia menyerah kan kunci lab kepada Ben. Ben hanya tersenyum. Ia melupakan segala kekesalannya hanya melihat wajah sepupu nya itu. Ya, wajah seorang Choi Anastasia Damian, bagi Ben melihat mukanya saja sudah menaikan mood.

Ana melihat Ben dari ujung kepala sampai ujung kaki. Bagai Robot kesehatan memindai ia bertanya "mimpi buruk apa yang membuat mu kayak mayat hidup?"

"Wah cenayang nih, selain jadi peramal ternyata double job jadi cenayang keren juga" Ben melupakan fakta kalo Ana termasuk jajaran orang yang tau detail dirinya selain orang tua dan kakaknya. Ana memukul kepala Ben, selain Ben memiliki sifat menyebalkan, mulutnya kadang suka ngawur. Walau mungkin yang diucapkan Ben tidak sepenuhnya salah.

"Kau bukan tipe orang suka begadang kalo nggak penting, dan kau bukan tipe gamer yang suka main game dari langit gelap sampai matahari bersinar, ujian akhir juga belum mulai" Ana menatap Ben dengan raut serius sekaligus mengintimidasi

"Selain karena OSIS sudah jelas kau mimpi buruk, kau juga tidak sesibuk itu mengurus Study Tour besok, karena kau anggota pengurus lama, So seburuk itukah mimpimu, tidak tidur berapa hari?" Selain tau banyak detail dari seorang Choi Benjamin Enzo, Ana lebih banyak tau mengenai dirinya ketimbang kakak dan keluarganya. Bahkan hanya dengan mendengar Ben bernafas saja.

Ben melihat sekitar dalam dan luar lab komputer, waspada takut ada yang menguping. Segera Ben menutup pintu lab kemudian menjawab "Aku tidak pasti, tapi mimpi itu terus berulang ulang, seperti sebuah pesan yang ingin disampaikan kepada ku. Mimpi itu tidak menakutkan hanya saja membuat ku frustasi, entah seakan pikiran ku dibuat memikirkan nya sepanjang waktu, hal itu membuat ku tidak tenang dan aku tak tidur sudah hampir seminggu"

"Semacam pesan dari masa depan lewat mimpi?" Ben mengangguk.

Ana terdiam sesaat. Entah apa yang dipikirkannya. Ben segera melewati Ana menuju salah satu komputer, agar urusannya cepat selesai.

"Hati hati, mimpi semacam itu bukan sembarangan kau dapatkan, dan ini bisa membantu mu tidur makan 1 pil sehari jangan overdosis" Ana melemparkan botol pil putih kepada Ben. Ia menangkap dan mengucapkan "Thanks" Kepada Ana.

"Jaga dirimu baik baik jangan lupa menjaga kakak dan teman teman mu, oh iya titip salam juga ke mereka" Ana tersenyum tipis dan beranjak keluar lab menuju kelasnya.


.



Keluar dari lab komputer, Ben menghela nafas. Usahanya mencari bukti dari kebakaran gudang tidak berhasil. Ia kembali berjalan dengan memasukkan tangan ke saku, masih memikirkan cara gudang itu terbakar, Ben ingin masuk ke gudang dan mengecek nya secara langsung. Tapi jangankan masuk ke dalam, melihat nya dari jauh saja tidak bisa.


THE EKS(X)PERIMEN(T) | txt feat. 01LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang