Pakek racun? «⁰⁶»★

2 2 0
                                    

Persimi alias permisi bertemu lagi dengan saya buakakak ayamm...

Saya mohon jangan menjadi pembaca gelap!!

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

***

"Yakin, gak bakalan marah?" tanya Aksa pada Annya.

Hari mulai gelap, mereka berada di pekarangan rumah Annya mengantar Annya pulang.

"Udah resiko." Hela Annya pasrah.

"Rumah lo di sini? Agak beda perasaan," sungut Anala.

"Banyak yang mau aku ceritain sama kalian, tapi gak mungkin sekarang." Annya membenarkan rambut yang menghalangi pandangannya.

"Kalo ada waktu, lo harus ceritain semuanya, selama kita gak bertemu sama lo." Ucapan Atma penuh penekanan, dengan mata yang membutuhkan jawaban.

Plakk...

Kepala Atma terkena timpukan dari Agbian, "Pemaksaan lo!"

"Uda—"

Ceklek...

Ucapan Annya terpotong kala mendengar suara pintu terbuka.

"Ada apa ini rame-rame?" tanya Anes kaget, dia sedari tadi mendengar suara keributan dia kira itu dari tetangga julit-nya.

"Eh, Tante, gimana kabarnya? Sehat?" tanya Agra menyalimi tangan Anes dan Andrew.

Agra merasa aneh, mengapa Andrew begitu berbeda, apa karena sudah lama tidak bertemu? Biasanya Andrew begitu menghormati kita dengan sambutan yang begitu asyik.

Andrew hanya berkacak pinggang menatap mereka satu persatu. Mereka semua tidak berbicara, hanya menunjukan senyum terpaksa mereka.

Anala berbisik pada Atma, "Sejak kapan Tante Anes punya tahi lalat di dagu?" tanya Anala.

"Ndak tahu, kok tanya saya."

"Teu nyaho, meureun urang geus lila teu papangih, jadi poho weh." Atma membalas bisikan Anala, mereka berusaha berpikir positif saja.

[Teu nyaho, meureun urang geus lila teu papangih, jadi poho weh. "Gak tahu, mungkin kita udah lama gak ketemu, jadi lupa deh."]

"Ya udah Tante. Kami pamit pulang dulu," ujar Arsha tersenyum paksa, dia menarik lengan Aksa mengode untuk pulang.

"Assalamualaikum!" ucap mereka serempak.

Anes enggan menjawab, begitu pula dengan Andrew yang hanya menyernyitkan alisnya.

"Waalaikumussalam ...," jawab Annya, menatap kepergian orang-orang yang begitu menyayanginya pergi setelah sekian lama berpisah akhirnya dia di pertemukan kembali.

Terpikir dalam benaknya, dia tidak sudi jika mereka menghilang lagi seperti dulu, itulah alasan mengapa Annya berubah seperti sekaran, berpribadi seorang pendiam dan cuek.

Tidak seperti dahulu, Annya itu periang dan selalu ada senyum yang terbit di bibirnya, namun sekarang senyuman bahagia itu begitu jarang sekali terlihat.

Andrew lebih dulu masuk ke rumah, "Cepat, masuk?!" perintah Anes nyalang, emosinya naik pitam kala dia melihat Annya bersama mereka tadi.

Kaina dan Agra sudah lebih dulu pulang dari pada mereka, sebab tidak itu mereka tidak ikut ke rumah Annya. Annya menguntit dari belakang, dia sudah pasrah dan sudah tahu apa yang akan terjadi.

REPEAT STORY || [On Going+Revisi]™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang