"Huh, itu tak akan jadi masalah. Selama Duchess menggunakan identitasnya yang lain untuk menikahi Duke." Anne menyahuti kembarannya yang lebih tua beberapa menit itu.
Asta pun bungkam. Apalagi ketika Esmeralda berkata, "Benar apa yang Anne katakan. Itu bukanlah masalah, selama aku melakukan pernikahan dengan identitas yang lain."
"Lagi pula, pernikahan ini hanyalah kontrak semata. Aku menikahinya, hanya untuk menjatuhkan Eldrino." Esmeralda melanjutkan kalimatnya. Ia menatap lurus ke depan dengan sorot mata yang penuh akan kebencian.
Asta dan Anne pun mengernyitkan alis. "Pernikahan kontrak?" tanya keduanya, serempak.
Esmeralda mengangguk sambil mengulas senyum tipis di bibirnya. "Iya," jawabnya.
"Kalau hanya untuk menghancurkan Duke, kenapa Anda harus repot-repot untuk menjalin kontrak dengan Duke Olean? Kekuatan keluarga Anda, 'Count Reveille' setara dengan keluarga Kekaisaran!" Anne menggeleng-gelengkan kepalanya dengan ekspresi bingung.
"Benar!" Asta menyahuti kalimat sang Adik. Ia tak habis pikir dengan sang Duchess yang sampai jauh-jauh ke Utara, hanya untuk menjatuhkan sang Suami.
"Kehancuran itu memang mudah. Tetapi yang aku ingin lihat adalah penyesalan." Esmeralda berjalan ke arah vas bunga berukuran mini yang berdiri anggun di jendela. Setangkai bunga berwarna biru ditarik, lalu digenggam kuat kelopaknya hingga rontok dan menyisakan tangkai bunga seorang diri.
"Lagi pula, aku perlu memberikan sebuah pelajaran bagi orang yang tak pernah menghargai orang lain," tambah Esmeralda, menatap tangkai bunga di genggamannya dengan senyum seringai.
Asta dan Anne meneguk ludah merek dengan kasar, tapi mereka tak bisa mengalihkan pandangan dari Esmeralda yang tampak begitu memesona dan luar biasa.
***
Langit yang tadinya cerah, kini diselimuti oleh kehampaan yang begitu gulita.
Esmeralda dan Duke Olean, saat ini tengah duduk di meja makan dengan situasi yang tampak canggung. Hanya ada mereka berdua di ruangan itu, sementara pelayan-pelayan lain berjaga di luar ruangan.
Peralatan makan yang terlibat dari perak-tanda kebangsawanan-tengah bergerak masuk ke bibir mereka, menyuapkan sesendok lauk-pauk yang disediakan oleh para Chef.
"Pernikahan kita akan dilaksanakan, dua hari lagi." Di tengah-tengah suasana makan yang hening dan canggung itu, Duke Olean membuka suara.
Esmeralda pun sontak terbatuk-batuk mendengarnya. Ia langsung mengambil sapu tangan dan menutupi bibirnya.
Duke Olean mengernyitkan alis melihat reaksi Esmeralda yang tampak kaget. "Apa kau tak suka?" tanyanya, heran.
Kepala Esmeralda menggeleng. Ia lalu meraih gelas yang berada di dekatnya dan segera mengosongkan air putih di gelas tersebut.
"Terus kenapa kau tampak kaget dengan kata-kataku?" tanya Duke Olean, mengalihkan pandangannya pada daging panggang yang kini tengah dipotong jadi ukuran kecil oleh pisau peraknya.
Sejenak, Esmeralda terdiam. Ia berusaha menetralkan napasnya yang terengah-engah akibat tersedak makanan.
Merasa napasnya sudah normal, ia pun menatap Duke Olean dan berkata dengan jujur, "Saya hanya tak menyangka, bahwa pernikahannya akan begitu cepat."
Duchess berambut merah muda itu tampak tenang. Ia kembali memotong daging di piringnya dan melahap mereka, sesuai seperti table manner yang diajarkan untuk para bangsawan.
Duke Olean tersenyum tipis. "Oh." Ia menyahut singkat dengan senyuman tipis. Percakapan pun berakhir begitu saja, sampai waktu makan malam selesai.
"Setelah makan, datang ke ruanganku. Kita akan membahas kontrak yang akan mengikat kita, selama pernikahan ini berlangsung," kata Duke Olean, sebelum ia beejalan keluar dan meninggalkan Esmeralda seorang diri di ruangan.
Krieet! Pintu pun terdengar menutup, Esmeralda menghela napas panjang. "Jangan pernah menaruh hati lagi pada siapapun, Esmeralda," gumamnya, berbisik pada diri sendiri.
Cukup sekali hatinya dihancurkan oleh orang yang paling ia percayai. Jangan sampai ada kali kedua atau ketiga.
"Ini hanya pernikahan kontrak. Setelah tujuan masing-masing dari kami tercapai, maka kami akan segera bercerai," pikir Esmeralda. Ia meraih sapu tangan dan mengelap bibirnya, lalu bangkit dari meja makan tersebut.
Sesuai permintaan sang Duke. Ia langsung mendatangi ruangan kerja pria tersebut, usai makanannya habis.
Tok-tok-tok! Esmeralda mengetuk pintu sambil berkata, "Ini saya, Esmeralda."
"Masuk." Duke pun menyahut dari dalam ruangan.
Mendapatkan izin dari sang empunya rumah dan tanah, Esmeralda langsung melangkah masuk ke dalam ruangan.
Ia duduk di sofa, berhadap-hadapan dengan sang Duke yang terus-menerus menyunggingkan senyum tipis di wajah tampannya.
"Ini surat kontraknya," kata Duke Olean, meletakkan selembar kertas ke atas meja.
Pandangan yang semula tertuju pada wajah Duke Olean, beralih pada surat perjanjian yang diberikan oleh pria itu. Ia mengambilnya dan menatap setiap jengkal persyaratannya dengan penuh kehati-hatian.
"Semua syaratnya tertulis seperti yang tadi kita bicarakan," pikir Esmeralda, merasa puas dengan surat tersebut. "Tapi aku harus memperjelas pernikahan kontrak ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Simpanan
Roman d'amourBy Holy prince Mata dibalas mata. Pengkhianatan dibalas dengan pengkhianatan. Itulah moto hidup sang Esmeralda Persuella, Duchess Persuella. Ia tak tinggal diam, melihat perselingkuhan sang suami-Eldrino Persuella. Esmeralda, malah balik berseling...