Pandangannya beralih menatap Duke Olean. "Aku ingin membatasi waktu pernikahan kita," kata Esmeralda, meletakkan kertas itu kembali ke atas meja.
Bingung dan marah. Dua perasaan itu terpancar jelas melalui sorot mata Duke Olean yang tajam.
"Apa maksudmu?" tanyanya. "Kau ingin bercerai?"
Esmeralda menganggukkan kepalanya dan berkata, "Aku ingin pernikahan ini hanya berlangsung selama setahun. Jika bisa, pernikahan kita akan langsung putus begitu kau menang perang dan aku puas dengan kehancuran Suamiku."
Raut Esmeralda begitu tegas ketika ia mengutarakan keinginannya.
Setiap patah kata yang lolos dari bibirnya, membuat Duke Olean mengatupkan bibir rapat-rapat dan memasang telinga dengan benar.
"Jadi, niatnya murni hanya untuk menghancurkan suaminya ya," pikir Duke Olean.
Sudut bibir kanannya tertarik ke atas. "Baiklah jika begitu, sesuai keinginanmu, Duchess."
Perjanjian di antara mereka pun direvisi, sampai mereka sepakat dan merasa situasi "win-win" untuk diri mereka masing-masing.
Dua hari berselang setelahnya ....
Hari pernikahan pun datang. Esmeralda duduk dengan anggun di depan cermin, menatap wajah yang baru saja selesai dirias oleh Anne dan Asta.
Tangan mereka berdua begitu terampil, sebagaimana mahirnya mereka ketika menebas leher orang bagaikan memotong tahu.
Wajahnya sedikit diubah, jadi tampak lebih tirus. Tetapi tak menghilangkan kecantikan alami yang ia miliki.
Rambutnya yang semula berwarna merah muda, kini diganti dengan warna perak mewah menggunakan sihir Anne.
Kulitnya menjadi sedikit lebih gelap, tapi tetap berwarna putih. Pas sekali dengan warna gaun pengantin yang ia kenakan.
Bagian bawahnya mengembang dengan motif mawar merah yang dijahit menggunakan benang emas. Bagian punggung tampan terbuka, menonjolkan betapa indahnya punggung yang ia miliki-meskipun ditutupi oleh untaian halus rambut peraknya.
"Lady Airel, ini waktunya keluar." Seorang pelayan perempuan dengan sopan berjalan masuk, memberitahukan bahwa mereka harus segera mengantarkan sang pengantin menuju pelaminan.
Anne dan Asta yang juga menyembunyikan wajah asli mereka, kini tampak bahagia dengan pernikahan kedua sang Duchess.
"Ayo, Duchess. Saya dan Asta akan mengiringi Anda dalam setiap langkah menuju kehidupan baru." Anne berujar sembari meletakkan sebuah penutup kepala yang panjang dan transparan.
Tak mungkin wajah pengantin ditutup. Mereka juga ingin memamerkan hasil make over mereka, terhadap sang majikan. Mereka ingin membuatnya terlihat perfect dan semakin dipuja oleh kaum Adam.
"Iya." Esmeralda yang menyamarkan namanya menjadi Airel, bangkit dari duduk. Ia berjalan dengan anggun, melewati pintu yang ditahan oleh dua pelayan wanita di masing-masing sisi.
Lokasi pesta pernikahan, kali ini dilangsungkan pada taman depan mansion Duke Olean.
Bangsawan-Bangsawan yang menjadi tamu undangan, tampak duduk dengan elok si kursi yang telah disediakan. Mereka menunggu kedatangan pengantin wanita sambil menatap sosok Duke Olean yang tampak begitu rupawan.
Lelaki yang menjadi kontributor utama dalam perang itu, tampak dibalut oleh tuxedo putih dengan lambang keluarga yang dibordir benang emas pada bagian jubah, pundak, serta bagian kerahnya.
Ia berdiri di depan Imam Besar yang sengaja diundang dari Kuil Suci, untuk menjadi saksi utama pernikahan ini.
Suasana di taman itu hening dan tegang. Hanya ada alunan musik indah yang mengiringi tegangnya suasana.
Ketegangan itu digantikan rasa kagum, tatkala kaki Esmeralda mulai memijak karpet merah yang terhampar menuju altar pernikahan-tempat di mana ia dan Duke Olean akan melantunkan janji suci pernikahan.
Tangan Esmeralda tampak menggenggam sebuah buket bunga yang terdiri dari segala macam bunga berwarna kuning serta pink. Warna yang mengartikan kebahagiaan, cinta dan keharmonisan.
"Dengan ini, siapapun akan mengira bahwa kami benar-benar saling mencintai," pikir Esmeralda, menggenggam erat buket bunga yang ia genggam.
Matanya melirik ke kanan-kiri, mengamati ekspresi takjub para tamu undangan. Bibir mereka bahkan sampai terbuka lebar, seakan terpesona dengan kecantikan yang Esmeralda miliki.
"Sayang, raih tanganku." Duke Olean langsung mengulurkan tangan, begitu Esmeralda menginjak anak tangga pertama. Kalimat yang keluar dari bibirnya, penuh dengan kasih sayang. Ekspresinya pun tampak begitu rapi.
"Baik, Sayang." Esmeralda pun membalas dengan intonasi lembut.
"Awww!" Sontak saja, tingkah romantis mereka mendapat respon berupa pekikan iri dari para Lady bangsawan yang masih lajang.
Mereka secara serempak berharap, bahwa calon suami mereka bisa sekaya, setampan, dan seromantis Duke Olean.
Keduanya berdiri berdampingan di atas altar, menghadap sang Imam Besar yang tengah memegang kitab suci kuilnya.
"Apakah Pengantin Pria bersedia untuk sehidup-semati, menemani sang Pasangan baik suka maupun suka?" tanya sang Imam Besar, menatap Duke Olean.
"Saya bersedia," jawab Duke Olean, tanpa keraguan sedikit pun.
Pertanyaan yang sama kembali terulang, tapi wajah sang Imam Besar beralih pada Esmeralda. Ia menunggu jawaban wanita tersebut.
"Saya bersedia." Emeralda menjawab dengan teguh.
Senyum terukir di bibir sang Imam Besar. Ia menutup buku sucinya dan menatap sepasang suami-istri baru dengan ekspresi bahagia.
"Sekarang, kalian berdua telah sah. Silahkan mencium pasangannya," ujar sang Imam Besar.
![](https://img.wattpad.com/cover/333911796-288-k838597.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Simpanan
RomanceBy Holy prince Mata dibalas mata. Pengkhianatan dibalas dengan pengkhianatan. Itulah moto hidup sang Esmeralda Persuella, Duchess Persuella. Ia tak tinggal diam, melihat perselingkuhan sang suami-Eldrino Persuella. Esmeralda, malah balik berseling...