Perjanjian

288 29 0
                                    

Esmeralda tersenyum tipis sembari menganggukkan kepala, tanda bahwa ia menerima hormat tersebut.

Langkahnya yang anggun, diiringi dua pelayan cantik. Membuat para pelayan Duke Olean terpukau. Tanpa terkecuali kepala pelayan.

Esmeralda masuk, dituntun oleh Kepala Pelayan menuju ruang kerja sang Duke.

Tok-tok-tok! Si Kepala Pelayan mengetuk pintu. "Duke, saya mengantar Duchess Persuella," ujar Kepala Pelayan dengan penuh sopan santun.

"Masuk." Suara serak-serak basah, menyahut dari balik pintu. Perempuan biasa yang mendengar, pasti akan meleleh mendengarnya. Tetapi tidak bagi Esmeralda, Asta dan Anne.

"Silahkan masuk, Duchess. Saya akan membuatkan Anda teh," pinta Kepala Pelayan dengan hormat.

"Terima kasih," balas Esmeralda. Ia kemudian melangkah masuk dan berhenti di depan meja Duke Olean. Tentu saja, Asta dan Anne tak ikut.

Asta bersama Kepala Pelayan, membuat teh di dapur. Sementara Anne berdiri di sisi pintu, bagaikan seorang prajurit.

"Silahkan duduk di sana." Duke yang tengah fokus dengan lembaran kertas tanpa batas, menghentikan kegiatannya.

Duke Olean beranjak dari kursi, duduk di sofa. Posisinya berhadap-hadapan dengan Esmeralda.

"Apa maksud dari isi surat ini?" tanya Duke Olean, mengeluarkan selembar surat yang sebelumnya diantar oleh seekor merpati abu-abu.

Senyum menyeringai terukir di bibir Esmeralda. Namun ia menyembunyikannya menggunakan kipas lipat berwarna putih, senada dengan warna gaunnya saat ini.

"Sesuai intinya. Saya menawarkan perjanjian untuk menghancurkan Duke Eldrino, Suami saya," ungkap Esmeralda, to the point.

Tatapan Duke Olean menjadi tajam. Ia ragu bahwa wanita berumur 21 tahun itu benar-benar mengkhianati suaminya.

"Kenapa kau ingin menghancurkan suamimu sendiri?" tanya Duke Olean, mencondongkan badannya ke depan. Ia berniat memberi tekanan. Tetapi ia salah orang.

Esmeralda menepis tekanan itu dengan mengatakan, "Moto hidup saya adalah darah dibalas darah. Mata dibalas mata."

"Saya sudah memberikan seluruh kehidupan saya. Namun Eldrino malah mengkhianati saya," lanjut Esmeralda, "dia memiliki seorang selingkuhan. Tentu saja saya akan menyelingkuhinya juga."

Kipas lipat yang ada di tangan Esmeralda, kembali tertutup dengan rapat. Keseriusan yang terpancar di wajah Esmeralda, menarik perhatian Duke Olean.

"Menarik. Jadi rumor bahwa Duke Eldrino berselingkuh itu benar," pikir Duke Olean.

Meskipun Duke Olean telah tertarik. Ia tak langsung memperlihatkan ketertarikannya itu. Apa yang Esmeralda bawa adalah bisnis. Jadi harus ada keuntungan yang setara dan tidak merugikan pihak lain.

"Intinya, Anda mau membuat Duke Eldrino sakit hati. Dengan cara, berselingkuh bersama musuh bebuyutannya. Begitukan maksud Anda?" tanya Duke Olean, menyimpulkan.

Esmeralda mengangguk. "Saya tau, Anda itu tidak bodoh. Pasti Anda paham dengan kalimat saya," kata Esmeralda dengan tenang.

"Keuntungan apa yang saya dapatkan, dengan menjadi selingkuhan Duchess Persuella?" tanya Duke. Ia beranjak dari tempat duduknya dan berpindah ke samping Esmeralda.

Tatapan keduanya saling tertaut dengan intens satu sama lain.

"Kehancuran Duke Eldrino. Tentu saja itu akan membuat kawasan Anda menjadi bebas dan damai. Tidak lagi diganggu oleh prajurit Duke Eldrino," jawab Esmeralda, to the point.

"Dan saya akan memberikan bantuan, berupa strategi yang akan membuat Anda menang di perang panjang ini," lanjut Esmeralda, tersenyum tipis.

"Penawaran yang sangat menarik. Bukankah itu sangat tidak adil bagi Anda, jika saya hanya harus menikahi Anda saja. Bukankah harus ada syarat lain agar ini imbang?" Duke Olean kembali bertanya. Ia mendekatkan wajahnya ke Esmeralda. Hingga napas mereka saling terasa satu sama lain.

Merasa bahwa Duke Olean tengah menggodanya. Esmeralda pun membalas, "Jadilah Suami Simpananku." Jari-jemari kanannya menyentuh rahang tegas milik sang Duke dengan lembut. Ia berniat mengatakan kalimat itu dengan sebagai candaan, tidak untuk dijadikan sebuah keseriusan. Tetapi Calon Suami Simpanannya berpikiran lain.

Perlahan, jari-jemari kanan Esmeralda bergerak menyusuri telinga hingga berhenti di tengkuk Duke Olean. "Saya rasa Anda pasti tidak setu-"

Belum sempat Esmeralda menyelesaikan kalimatnya. Duke Olean keburu memotong, "Saya setuju. Hanya perlu menikah bukan? Saya akan menurutinya."

Tangan besar Duke Olean meraih jari-jemari kanan Esmeralda, yang sekarang meraba tengkuknya. Kemudian menciumnya dengan lembut.

Wajah Esmeralda memerah. Ia kaget dan malu di saat yang bersamaan. Kaget karena tak menyangka bahwa sang Duke akan menerima tawaran pernikahannya. Malu karena posisinya begitu intim.

"Siapapun yang akan melihat posisi kami, pasti akan salah paham," pikir Esmeralda, merona malu.

Sedetik setelah Esmeralda berpikir seperti itu, Anne, Asta dan Kepala Pelayan masuk ke dalam ruangan sang Duke tanpa izin.

Mereka bertiga terkejut, melihat posisi intim antara sang Duchess Esmeralda dan Duke Olean.

Seusai pembicaraan tadi, Esmeralda diantar ke kamar yang telah disediakan oleh Duke Olean.

Sekarang, Esmeralda tengah duduk di pinggir kasur. Sementara Anne dan Asta berdiri di depan Esmeralda, sembari melipat kedua tangan di depan dada. Mereka berdua meminta penjelasan dari sang Duchess, tentang posisi intim tadi.

Esmeralda pun menjelaskan tujuannya. Membuat Anne dan Asta saling bertatap-tatapan. Napas keduanya tercekat di tenggorokan, mendengar rencana balas dendam sang Duchess.

"Hebat!" Awalnya, Esmeralda mengira bahwa Anne maupun Asta akan menceramahinya. Ternyata tidak! Mereka berdua malah takjub dan memujinya.

"Belum sehari kita datang. Duchess sudah berhasil meluluhkan Duke Olean yang sedingin salju Utara itu!" seru Asta, kegirangan.

"Saya pernah berpikir, wanita hebat mana yang akan meluluhkan Duke Olean? Ternyata wanita hebat itu adalah Majikan saya!" lanjut Asta, menutup mulut tak percaya.

"Berarti, sebentar lagi Anda akan menikah dengan Duke Olean?" tanya Anne, mengerutkan keningnya.

Esmeralda memandang wajah Anne dan tersenyum masam. "Entahlah. Padahal aku hanya berniat menggodanya balik. Kukira dia akan menolaknya. Ternyata ... diterima." Nada bicara Esmeralda menjadi semakin lirih di akhir kalimat.

"Anda sungguh hebat. Tapi masalahnya adalah peraturan Kerajaan kita. Dalam pasal pernikahan, perempuan dilarang memiliki suami lebih dari satu. Hanya laki-laki saja yang diperbolehkan." Semua pasang mata tertuju pada Asta, yang baru saja mengucapkan kalimat tersebut.

Suami SimpananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang