"Ba-baik Duchess!" seru Anne dengan penuh semangat.
Esmeralda pun tersenyum lembut, meski hatinya hancur dan menangis.
"Duchess, apa yang akan Anda lakukan jika bertemu dengan Duke Olean itu?" tanya Asta. Mata emasnya berbinar cerah, penuh keingintahuan.
Sayangnya, Esmeralda tak menceritakan idenya. Ia hanya berkata, "Rahasia." Sembari menempelkan jari telunjuk di bibir, dan mengerlingkan sebelah mata.
"Ayolah Duchess! Saya sangat penasaran." Asta memasang ekspresi memelas. Terlihat begitu menggemaskan, bagaikan kucing.
"Tetap tidak. Aku akan memberitahukannya, ketika kita sudah sampai," tegas Esmeralda, membuat Asta bungkam.
Kereta kuda pun bergerak maju melewati Gate. Dalam sekejab, mereka yang ada di daerah Duchy Persuella di selatan Kekaisaran. Berpindah tempat ke Duchy Tervacana di Utara Kekaisaran.
Hawa dingin daerah Utara begitu luar biasa, sampai-sampai masuk ke dalam kereta kuda. Asta pun sampai harus menggunakan sihir api, di dalam kereta kuda.
Bagian Utara dikenal dengan nama Salju Abadi, karena salju yang menyelimuti wilayah itu tak pernah mencair. Justru semakin menebal.
Esmeralda memandang ke luar jendela. Tangannya bergetar, memikirkan keputusan yang sedang ia ambil.
Matanya terpejam. "Tidak, aku tidak boleh ragu. Ini adalah keputusan yang aku pilih!" serunya dalam hati, menepis keraguan yang hadir dalam benaknya.
Ia membuka mata. Namun sorot matanya menjadi lebih yakin dan tegas.
Kereta berjalan memasuki gerbang Duchy Tervacana, yang dikelola Duke Olean.
"Hahahaha!"
"Kejar aku, kejar aku!"
"Maa, bonekaku diambil!"
Baru saja ia memasuki gerbang. Suara keceriaan para penduduk, terdengar begitu hangat dan lantang di tengah suasana dingin ini.
"Sepertinya, Duke Olean itu baik. Rakyatnya hidup bahagia," ujar Asta, melihat ke jendela.
Anne pun ikut melirik ke jendela. Ia mengangguk setuju. "Rumor tentang Duke Olean yang kejam, sepertinya hanya rumor belaka," timpal Anne.
Esmeralda terdiam. Ia teringat dengan rumor yang mengatakan, bahwa Duke Olean adalah penguasa kejam. Berdarah dingin. Tak kenal ampun. Beringas. Wajahnya juga jelek. Wilayah yang dikelola olehnya dingin.
"Apa benar itu hanya rumor?" pikir Esmeralda.
"Kalau rumor benar. Pasti orang-orang yang ada di sini berpakaian lusuh. Wajahnya kusam. Dan tak ada canda-tawa anak-anak," kata Asta, menyunggingkan senyum manis untuk Esmeralda.
Diam-diam. Esmeralda mengangguk setuju dalam hati.
Apa yang Asta katakan itu masuk akal. Sebagai pengelola Duchy Persuella. Ia pernah meninjau wilayah para bangsawan lain.
Mereka yang hidupnya sengsara, tak akan bisa tertawa seperti apa yang dilakukan oleh penduduk Duchy Tervacana.
Krieeet! Kereta terhenti tiba-tiba. Esmeralda terlempar ke depan. Namun tubuhnya tak membentur dinding atau furniture lain di dalam kereta, sebab Anne dan Asta menahan tubuh sang majikan dengan sigap.
"Ada apa kereta berhenti secara tiba-tiba. Apa Kusir itu ingin membuat Duchess celaka?" Asta berseru-seru kesal.
Tatapannya menjadi penuh kebencian. "Terima kasih sudah menahan tubuhku," ujar Esmeralda menghela napas lega dan mengelus dada.
Ia kembali duduk dengan tenang ke posisinya semula.
"Itu adalah tugas kami, Duchess," ungkap Anne dengan sopan. Ia kemudian melirik ke arah jendela dan berkata, "Saya izin untuk memeriksa keadaan di luar, Duchess."
Esmeralda mengangguk. "Berhati-hatilah," balas Esmeralda, agak khawatir.
Rona merah mewarnai pipi putih Anne, ketika ia mendengar balasan sang Duchess. Padahal balasannya singkat, tapi ia begitu tersipu malu.
"Baik Duchess," balas Anne tanpa memandang wajah sang majikan.
Ia pun keluar dan mendapati beberapa prajurit menghalangi kereta.
"Ada apa ini? Kenapa kalian menghalangi kereta Duchess Persuella?" Anne mendekat dengan ekspresi datar.
Telapak tangannya sudah menempel di gagang pedang. Bila memang nanti diharuskan untuk berkelahi, maka ia siap mengayunkan pedang kesayangan yang diberikan oleh Esmeralda.
"Oh, jadi kereta ini dari Duchess Persuella?" Salah satu dari enam prajurit melangkah maju. Ekspresinya begitu sombong.
Nada bicaranya terdengar merendahkan, membuat Anne geram.
"Tenang. Ini bukan wilayah Duchy Persuella. Gak boleh buat masalah, atau Duchess akan kesulitan," pikir Anne, menghirup napas dalam-dalam untuk meredakan emosinya.
"Ya," jawab Anne, singkat. "Apa kalian ada masalah?"
Prajurit satu pun tertawa kencang. "Kalian bertanya ada apa?" Tawanya langsung terhenti ketika ia bertanya. Ekspresinya jadi penuh kebencian.
"Duchy Persuella adalah bangsawan paling kejam dan tak berperikemanusiaan! Beberapa waktu lalu, ia mengirim beberapa pasukan untuk membantai desa di perbatasan. Bahkan sampai detik ini, Duchy Persuella masih belum berhenti!" teriak prajurit satu.
Ujung pedangnya menghadap wajah Anne, yang terlihat tak percaya. "Tidak mungkin!" sahut Anne membelalakkan mata.
"Kami tak pernah mengirim pasukan ke manapun!" lanjut Anne, membantah kalimat si prajurit satu.
"Jadi, selain tidak berperikemanusiaan dan sifatnya kejam. Orang-orang di Duchy Persuella itu gak tahu malu, ya?" sindir si prajurit dua.
Esmeralda yang berada di dalam kereta, langsung keluar. Ia memasang ekspresi bingung, melihat kondisi Anne dan beberapa prajurit Duchy Tervacana.
"Ada apa ini?" tanya Esmeralda.
Di samping Esmeralda, Asta berdiri dengan tegak nan angkuh.
Para prajurit Duchy Tervacana langsung menoleh. Ekspresi mereka begitu sinis. Pedang si prajurit satu yang tadi mengarah ke Anne, berganti arah ke wajah Esmeralda.
"Jadi ini, Duchess Persuella?" ujar prajurit satu tersebut. "Kudengar, Duchess-nya anggun, cantik dan kuat. Aku penasaran, apakah rumor itu benar?" lanjutnya, tersenyum menyeringai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Simpanan
RomanceBy Holy prince Mata dibalas mata. Pengkhianatan dibalas dengan pengkhianatan. Itulah moto hidup sang Esmeralda Persuella, Duchess Persuella. Ia tak tinggal diam, melihat perselingkuhan sang suami-Eldrino Persuella. Esmeralda, malah balik berseling...