-08- Kehilangan (Sudut pandang Gema)

229 38 8
                                    

"Aku biasanya tidak suka kalah, tapi kali ini aku memilih untuk mengalah."Hagema Suravi Pramuja

。°✩。⋆☾☼

[ Cerita dari Hagema ]
[Happy reading]

Beberapa minggu berlalu ketika waktuku lebih banyak di habiskaan di kampus daripada di rumah, akhirnya hari ini aku kembali menggeliat di atas kasur nyamanku saat sinar matahari pagi yang cerah memaksakan dirinya masuk melalui tirai jendela. Matahari itu memancarkan panasnya dengan penuh semangat, memaksa sang empunya membuka mata karena merasakan silau yang menyentuh kulit tubuh.

Samar-samar, Aku mendengar keributan yang berasal dari ruang makan, Keributan yang hampir tidak pernah terdengar. Bukan karena bertengkar atau peristiwa mengejutkan lainnya, melainkan lebih seperti sebuah perdebatan ringan. Suara itu pasti berasal dari Zara. Ya, Zara, adik satu-satunya yang selalu berhasil membuat hidupku tak pernah sepi.

Kalian mungkin sudah kenal dengan Zara. Dia siswi SMA yang masih labil dan kadang-kadang membuatku gila. Selain hobi mengganggu, dia juga mahir dalam beradu mulut. Terkadang, menyebalkan adalah kata yang tepat untuk menggambarkannya.

"Aa!!!" Aku menggerutu kesal ketika mendapati tirai di kamarku seperti biasa telah melompong lebar, memperlihatkan pemandangan jalanan dan rumah para tetangga yang seharusnya tidak terlihat.

"Bajuri ilang," Rengek Zara menarik-narik selimut yang sedang berbalut di tubuhku.

Untuk menanggapi, Maaf, aku sedang tidak berminat. Biasanya juga kucing itu tidak hilang, malainkan hanya bermain di sekitar komplek. Bocah itu saja yang terlalu posesif dan dikit-dikit menginfokan kehilangan.

"Ayo, Bantu cari dulu." Rengekannya kini telah berganti dengan tangisan yang di buat-buat.

"Gak mau!! Cari sendiri sana," aku mendengus sambil menutup kembali wajahku dengan selimut. Namun Zara, si bocah rewel itu semakin tidak mau diam. Dia dengan penuh semangat naik ke atas ranjang dan mulai meloncat-loncat di sana.

"Ah, Minggir!?!" teriakku sambil mencoba menarik selimut lagi, tapi hasilnya selimut malah terbuka, dan Zara tertawa dengan gembira atas kemenangannya

Aku bangkit dari tidur, dengan muka yang sebal bukan main. Hari mingguku kacau oleh Zara. Ayolah, ini masih pagi, aku juga baru tertidur di pukul 3 tadi.

Lagi-lagi Zara tertawa, Aku melayangkan tatapan dengan mata merah dan muka acak-acakan. Dia tidak pernah peduli tentang Kakaknya ini yang kurang tidur atau lebih dari itu.

"Ayo," Zara menarik paksa tanganku agar segera enyah dari kasur, Dan dengan kantuk yang masih teramat, aku mengikuti langkah semangatnya sambil terhuyung-huyung.

"Ma, aku sama si Aa mau nyari Bajuri keluar rumah" ujar Zara, yang hanya di balas anggukan mengerti oleh Mama.

Zara berhasil menuntunku hingga saat ini kami berdua berada di ruang makan. Sembari mengumpulkan nyawa, Aku duduk dan mengambil sebuah gelas, lalu menuangkan air dari dalam teko jadul itu.

"Semalem balik jam berapa, a?" tanya Mama sembari menghampiri dengan sepiring pisang goreng kesukaanku.

Dengan mood yang mulai sedikit naik, aku mengambil pisang goreng itu dan melahapnya dengan eksperesi yang membuat Mama tersenyum.

ROMANTIKA BUMI PASUNDAN | LEE HAECHAN |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang