-11- Awal Baik (Sudut pandang Gema)

209 34 8
                                    

"Terimakasih sudah membuat Bandungku jauh lebih indah dari apa yang telah ada sebelumnya."
-Hagema Suravi Pramuja

(Part ini, akan lebih banyak gambar)
[Happy reading]

Akhirnya, malam sebelum acara wisuda tiba juga, malam penuh dengan kegiatan sibuk. Aku dan tim sponsorship masih berkumpul di ruang rapat panitia, mengatur detail terakhir, memastikan semua sponsor telah menyerahkan kontribusi mereka, dan memeriksa daftar tamu undangan. Meskipun sudah larut malam, semangat tetap tinggi karena kami tahu acara tersebut akan menjadi momen bersejarah bagi semua yang terlibat.

Menit demi menit berlalu, akhirnya rapat selesai, namun aku terdampar di kampus tanpa beranjak. Tiba-tiba aku menemukan diriku berada di tengah lapangan, di antara kerumunan anak-anak Fsrd yang sibuk dengan gawe mereka. Gawe yang dimaksud adalah kerjasama antar mahasiswa untuk menciptakan sebuah float spektakuler yang akan dipamerkan saat arak-arakan wisuda nanti. Selaku anggota himpunan, setiap hari pula aku mengabdikan diri di lapangan, tanpa memedulikan seberapa lelah tubuhku yang setengahnya sudah disumbangkan untuk kepanitiaan terpusat.

Malam itu, di atas pukul dua belas, aku dan teman-teman terus bekerja keras. Kami tertawa, bercanda, dan merasa bahagia bisa berkontribusi pada kesuksesan acara wisuda ini. Aku merasa bersyukur menjadi bagian dari komunitas yang solid dan memiliki semangat gotong royong tinggi.

"Gem, Eta di luar aya yang nyari maneh," Tiba-tiba, seorang teman memanggilku, dan aku menoleh ke arahnya. Ia memberitahuku bahwa ada seseorang yang mencari diluar.

"Saha??" (Siapa??), jawabku, penasaran.

"Urang mah teu apal, tapi meni geulis. Kabogoh maneh?" (Aku tidak tahu, tapi cantik banget. Pacar kamu?), katanya sambil tertawa. Aku hanya mengerutkan kening bingung, apakah dia mengibul? Bagaimana mungkin aku bisa memiliki pacar dalam waktu sehari saja?

Ketika melirik jam tangan yang sudah menunjukan pukul setengah satu malam, mataku tiba-tiba melebar, apakah itu hantu yang menyamar jadi manusia dan mencariku? Haruskah aku menemuinya sekarang? Kurasa tidak!

"Buru atuh, Geus nunggu dari tari ceunah jalma na teh." (Cepet atuh, udah nunggu dari tadi kata orangnya) Sambungnya lagi, membuatku beranjak dan berniat menemui orang yang berada di balik gerbang fakultas.

Baiklah, Tidak perlu khawatir, malam ini kampus sedang ramai, mana mungkin makhluk halus berani menampakan diri. Lagian, aku tidak takut dia, hanya berjaga-jaga karena tadi tidak sholat magrib saja.

Aku keluar dan mencarinya, Tapi ketika melihat punggung wanita yang katanya cantik itu, detik-detik kebingungan mulai melanda sekujur tubuhku. dia menatap sesuatu di depan sana dengan rambut cepol berserta kaos over size dan celana pendek yang hampir tidak nampak.

Saat aku mendekat, perasaan ini menjadi campur aduk. Tanganku terangkat untuk menepuk bahunya, Namun tiba-tiba saja dia menoleh, menatapku dengan jarak yang terbilang dekat. Senyumnya yang indah memukau, Membuatku terkejut setengah mati.

Bibirku kelu, seolah terpesona, dan tanganku yang hendak menepuk bahunya membeku. Dia hanya memberikan sebuah kabel di antara jari-jariku begitu saja.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ROMANTIKA BUMI PASUNDAN | LEE HAECHAN |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang