-13- Kebahagiaan Bulan Juli(Sudut Pandang Gema)

235 27 4
                                    

"Selamat menyandang gelar yang tersemat, semoga kuat untuk hidup di dunia yang sesungguhnya"—Romantika Bumi Pasundan

[Happy Reading]

Hatiku masih berbunga-bunga mengingat segalanya tentang Naila malam tadi, bagimana kita berboncengan dari jalan Ganesha lalu melaju ke jalan dago dan Ir. H. Juanda, setelahnya berbelok ke jalan Cisitu lama, sampai akhirnya sampai di warung indomie sadikin sebelum melanjutkan perjalanan dan menurunkan Naila dengan selamat di depan kost yang begitu aku kenal. Benar, kost yang sudah tidak asing karena jadi tempat berkumpulku bersama teman-teman.

Seharian ini Naila terus melekat di pikiranku tanpa mau pergi sedikitpun. Menjagaku dari tidur untuk terus mengulang-ngulang kaset yang isinya hanya tentang dia dan senyumannya. Dari sepulang mengantar Naila malam tadi, aku tidak kunjung terlelap sampai hari ini yang sudah menunjukan pukul lima pagi. Aku melirik sekeliling, ada dua temanku tertidur pulas di kanan dan kiri. Malam ini, kami beristirahat di dalam masjid Salman setelah begadang menyelesaikan persiapan wisuda. Sisanya mungkin tidur di studio, kursi, atau bahkan di atas semen FSrd yang dingin.

Kedua mataku terbuka, diserbu oleh kenyaringan lagu Metallica dari alarm ponsel yang terdengar dari kejauhan. Aku membenamkan tanganku untuk meraih ponsel, menghentikan alunan musik yang memecah keheningan pagi. Sebelum benar-benar bangkit untuk memulai aktivitas yang akan berlipat ganda lelahnya, aku beralih menatap ponsel dengan notifikasi yang menyadarkanku akan ulang tahun Zara. Dengan pandangan singkat ke kalender pada ponsel, aku menyadari bahwa hari ini ternyata tanggal 11 juli di tahun 2019, Satu hari sebelum Zara berulang tahun dan memasuki usia 17 tahun.

Pertama-tama aku membuka ruang obrol yang bernama "Kreatif," sebuah tempat yang secara ironis diartikan sebagai Kere dan Aktif, meskipun tidak sepenuhnya mencerminkan semua anggotanya. Di sini, suasana beragam, ada yang kere tapi tidak aktif, ada yang aktif tapi kere, bahkan ada yang kaya tapi dengan riang mengaku kere. Ha Ha Ha. Group ini adalah tempat dimana aku bersama teman-teman selalu berbagi informasi, menggosip atau bahkan membahas link tidak jelas yang selalu di kutip Jendral dari Aplikasi tiktok ataupun Instagram.

Aku menggulir gelembung-gelembung itu sambil membacanya sekilas, Keningku mengerut tanpa diundang saat satu gelembung dari Jendral memunculkan pembahasan menarik tentang kunjungan seorang gadis padaku di gerbang Fakultas, bahkan sampai pada tahap mengantarnya pulang di tengah malam. Naka juga turut menyelipkan cerita tentang Kang Ariel dan kejadian tak biasa di warungnya semalam.

Teman-temanku tahu bahwa aku menyukai salah satu mahasiswi milik sekolah farmasi bernama Naila, namun sepertinya tahap kami pulang bersama hingga makan di warung langganan itu bukanlah hal yang wajar, mengingat lengkahku mendekati Naila terkesan pelan dan tidak tergesa-gesa. Ntahlah, aku juga tidak tau bagaimana gosip itu sangat cepat tersebar di antara mereka, Yang jelas, sekarang aku tak ingin membahas apapun di grup, memilih untuk menceritakannya nanti saat bertemu secara langsung.

Selesai menelusuri pesan-pesan aneh teman-temanku, jariku beralih membuka grup WhatsApp keluarga yang beranggotakan Mama, Ayah, dan Zara. Senyumku merekah ketika membaca obrolan yang dimulai oleh Mama, mengenai ulang tahun gadis perempuan kami. Pasti malam ini akan ada tiup lilin di tengah malam seperti biasanya, mungkin juga perayaan sederhana yang tergelar, tentu saja, aku berencana memberikan hadiah kecil dan lukisan seperti yang selalu aku lakukan sejak usiaku 13 tahun, di mana pensil berserta teman-temannya sudah jadi teman baikku saat itu.

Tak heran, di dalam blinder milik Zara, terhampar puluhan gambar tak jelas yang selalu aku berikan padanya di setiap tanggal 12 bulan Juli. Dari sekian banyak karya itu, tidak ada satupun dirinya yang aku abadikan dengan indah, hanya ada Zara dengan mimik muka menyebalkan tertangkap apik di sana. Dan tahun ini, tekadku adalah memberikan karya yang tak hanya memukau, tapi juga pasti akan memicu kemarahan bocah itu, seperti sebelumnya.

ROMANTIKA BUMI PASUNDAN | LEE HAECHAN |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang