Kini Kenzie dan Christy sudah sampai ditempat apartement mereka, mereka mulai memasuki bangunan apartement tersebut. Namun setelah mereka berada didepan kamar apartement mereka, Kenzie belum juga masuk pada kamarnya. "Kenapa belum masuk?" Tanya Christy. Kenzie pun tersenyum kearahnya.
"Mau numpang tidur dikamar kamu" jawab Kenzie sembari cengengesan.
"Oh, mau tidur dikamar aku?" Kenzie pun mengangguk pelan, berharap Christy menerimanya.
"Ayo!" Christy menarik tangan Kenzie. Namun bukan masuk kedalam kamarnya, melainkan mendorongnya sampai tubuh Kenzie menempel pada pintu. "Ayo masuk ke kamar kamu! Enak aja mau tidur dikamar aku!" Lanjut Christy. Kenzie pun mendengus kesal.
"Yahh...kok gitu sih!"
"Udah sana masuk! Aku mau tidur, besok aku harus kerja!" Ketus Christy. Setelahnya, ia masuk pada kamar apartement miliknya. Membiarkan Kenzie yang masih mengomel sendirian.
Christy sekarang sedang melakukan pemeriksaan pada pasien-pasiennya, dalam ruangan khusus yang ada didalam rumah sakit tersebut. Raut wajahnya tampak sangat serius mendengarkan keluhan-keluhan pada pasiennya.
Tak lama dari itu, ia dikagetkan dengan kedatangan seseorang berbadan tinggi tersebut. Christy mengerutkan kedua alisnya, bingung maksud kedatangan dari orang tersebut. "Kenapa?" Ujarnya.
"Mau periksa lah, emang mau ngapain lagi kalo kerumah sakit?"
"Maksudnya, kenapa kesini?. Emang kamu sakit apa? Perasaan udah sembuh dan sekarang sehat-sehat aja" Tanya Christy lagi. Perasaan laki-laki itu sudah sembuh dari sakitnya, lantas mengapa datang lagi ke rumah sakit?
"Iya, sakit kepala aku. Daritadi malem pusing banget" ujar orang tersebut.
"Kenapa bisa pusing?"
"Ngga tau. Sampe sekarang masih pusing, gara-gara mikirin kamu" jawabnya, sembari tersenyum.
"Udah ah sana! Kenzie...aku tuh lagi kerja, ngga usah ganggu deh!" Kesal Christy. Iya, orang yang sedang berbicara dengan Christy itu adalah Kenzie. Laki-laki itu dengan kegabutannya, datang ke rumah sakit. Entahlah, niatnya untuk apa.
"Dih orang aku mau periksa juga, kenapa diusir?"
"Keluar ngga?!" Christy menatap tajam kearah Kenzie. Bolpoint yang berada ditangannya, ia todongkan kearah Kenzie.
"Iya deh, aku tunggu dikantin ya!" Ujar Kenzie bangkit dari duduknya.
"Aku masih lama Kenzie..."
"Yaudah, aku tunggu sampe kamu selesai. Bye..." Kenzie akhirnya keluar dari ruangan tersebut. Christy hanya bisa pasrah, menghadapi tingkah random Kenzie itu. Bisa-bisanya Kenzie bertingkah seperti itu, padahal dirinya masih sibuk dengan pekerjaannya.
1 jam berlalu, sekarang sudah memasuki jam istirahat Christy. Wanita itu segera membereskan meja kerjanya dan bergegas untuk menuju ke kantin yang ada dirumah sakit. Christy sudah melakukan telfon tadi pada Kenzie dan laki-laki itu ternyata masih berada di area kantin rumah sakit.
"Hai, maaf ya lama" ujar Christy, ia duduk dikursi yang berhadapan dengan Kenzie.
"Gapapa kok, aku juga lagi libur hari ini. Jadi daripada bosen dirumah, mending kesini nyamperin kamu" jawab Kenzie. Memang hari ini dirinya tidak pergi ke kantornya.
"Kenapa libur? Ini kan weekdays?" Christy mengerutkan dahinya, bingung dengan perkataan Kenzie barusan.
"Yaaa...mau aja, anak kantor juga semuanya aku liburin hari ini"
"Iya deh...pemilik tahta tertinggi dikantor mah, bebas yaaa..." Kenzie hanya tersenyum, sembari menyeruput minuman teh dingin yang sudah ia pesan sedaritadi.
"Kamu mau pesen apa? Bilang aja, biar aku yang bayar hari ini" ujar Kenzie, ia ingin mentraktir Christy hari ini.
"Gausah, makasih. Aku kan bisa bayar sendiri"
"Udah lah, biarin aku yang traktir calon istri aku" Kenzie memelankan suaranya, pada akhir perkataannya. Membuat Christy samar-samar mendengarnya.
"Traktir apa?"
"Ngga itu, kamu mau pesen apa? Cepet, nanti kamu keburu masuk jam kerja lagi" Kenzie dengan gugup, langsung mengalihkan topik pembicaraan mereka.
Setelah 5 menit mereka menunggu pesanan datang, mereka pun mulai memakan makanan tersebut. Kenzie tak henti-hentinya mencari topik pembahasan, supaya tidak terlalu canggung acara makan siang mereka.
"Orang tua kamu, kapan kesini lagi?" Tanya Kenzie tiba-tiba. Christy pun mengurungkan niatnya, saat sendoknya baru saja akan masuk pada mulutnya.
"Ngga tau sih, belum ada kabar. Emang kenapa?" Jawab Christy. Jujur, dirinya juga tidak tau kapan orang tuanya akan kembali berkunjung ke jakarta.
"Mau minta restu"
"Hah?" Christy membulatkan mulutnya, ia bingung dengan maksud dari perkataan Kenzie.
"Iya mau minta restu, buat nikahin anaknya!" Jawab Kenzie dengan santai.
Blush...
Christy mematung, ia sangat kaget dengan perkataan Kenzie tersebut. Christy tidak bisa berbohong, wajahnya kini memerah. Malu akan perkataan Kenzie tersebut."Ngga lucu, sumpah!" Christy memalingkan wajahnya kearah lain, yang tadinya ia fokuskan pada Kenzie.
"Dih, siapa yang ngelucu disini? Orang aku serius juga" ujar Kenzie memutar bola matanya malas. Kalau sudah membahas hal tersebut, selalu saja wanita itu menganggapnya sebuah candaan.
"Aku belum terpikirkan kearah itu Zie..." ujar Christy, ia hanya masih ingin fokus dengan kerjaan impiannya menjadi dokter ini.
"Kan aku ngga maksa kamu buat nikah sekarang, Christy. yang pasti...aku mau minta izin dulu sama orang tua kamu, buat nikahin anaknya"
"Pacaran aja belum, udah mau ngajak nikah aja" gumam Christy, tentu saja Kenzie masih bisa mendengarnya.
"Kemarin aku udah ngajak buat pacaran beneran, tapi kamu tolak." Keluh Kenzie, tangannya sembari memainkan makanan yang berada didepannya.
"Ya masa caranya kayak gitu!" Ketus Christy. Pikirannya kembali teringat momen kemarin, ketika Kenzie mengajaknya untuk tidak lagi menjadi pacar pura-pura.
"Mau gimana lagi, orang aku aja belum pernah deketin cewek!"
*
*
*
yaudahlah, aku gabisa maksa kalian untuk selalu vote cerita ini. Padahal, vote dan komen kalian yang ngebuat lebih semangat buat ngetik. Huhu :(TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA 🙏🏼
TERIMAKASIH JUGA SUDAH VOTE 🙏🏼See U Next Chapter! 👋🏼
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau Rumahku
Romance[CHRISZEE] [COMPLETED] "Kau bagaikan rumah bagiku..." "Tetap bersamaku ya..." Mengisahkan seorang pria bernama Kenzie, menemukan seorang wanita yang dia anggap rumah. Pertemuannya cukup konyol, mereka bertemu dirumah sakit. Kenzie yang saat itu seda...