🌿Bab 14

90.8K 5.3K 60
                                    

Happy Reading!

Meylisa mendorong piringnya ke arah sang suami.

"Kenapa? Mau makan yang lain?" tanya Andra. Pasalnya istrinya bahkan belum memakan setengah dari makanan yang ada di piring.

Meylisa menggeleng pelan lalu mengambil air minum.

"Habiskan makanannya, nak. Mubazir itu dibuang." tegur Hasti.

"Kan mas Andra yang habisin, mah." ucap Meylisa lalu meletakkan gelas yang sudah kosong.

"Iya ini mas yang habisin. Tapi kamu makan yang lain ya." bujuk Andra namun Meylisa langsung menggeleng.

"Nggak mau. Nggak selera."

Andra diam menatap semua masakan yang ada di atas meja. "Ya sudah. Habis ini kita keluar, cari makan yang kamu suka." ucap Andra namun Meylisa tidak menyahut, ia memilih beranjak dari meja makan dan melangkah menuju kamar.

"Maklumin saja, namanya juga ibu hamil. Mungkin lidahnya lagi sensetif." ucap Hasti pelan membuat Andra mengangguk.

Selesai makan, Andra langsung kembali ke kamar.

"Mau makan sesuatu?" tanya Andra mendekati istrinya.

Meylisa menggeleng pelan lalu menarik selimut.

"Aku ngantuk banget, mas." ucap Meylisa membuat Andra menghela napas.

"Baiklah. Tapi kalau mau makan sesuatu cepat bilang, ya." ucap Andra namun tidak mendapat balasan apapun dari Meylisa. Mungkin istrinya benar-benar mengantuk.

Tepat tengah malam, Andra terbangun lalu melirik istrinya.

"Tumben pakai selimut tebal." gumam Andra lalu berniat mengecup pipi istrinya, namun_

Panas.

Andra segera menyentuh wajah, leher dan tangan Meylisa.

"Sayang." panggil Andra lalu bergegas bangun mencari termometer.

"Emmpp_dingin." gumam Meylisa membuat Andra yang sudah kembali dengan termometer di tangannya dibuat panik.

Andra meletakkan termometer di ketiak istrinya.

Setelah beberapa saat, Andra langsung memeriksa suhu di termometer.

"Ya tuhan." gumam Andra. Di sana tertulis 40°C. Suhu yang tidak aman untuk ibu hamil.

"Shhh_"Lenguh Meylisa. Wanita itu sadar tapi matanya tertutup.

Andra segera bangun dan memanggil ibu mertuanya. Sungguh Andra tidak tahu harus melakukan apa. Ia takut, ini memang bukan pertama kalinya Meylisa demam. Tapi demam saat mengandung ini hal pertama. Andra tidak berani memberi istrinya obat penurun demam sembarangan.

Tok tok

"Mah, pah." panggil Andra sambil mengetuk pintu agak keras.

Tok tok

"Sebentar."

Andra mengusap kedua tangannya tak sabar saat mendengar sahutan dari ayah mertuanya.

Ceklek

"Pah, Meylisa demam tinggi." beritahu Andra setelah mertuanya membuka pintu.

Faisal langsung panik dan segera membangunkan sang istri. Sedang Andra bergegas kembali ke kamar.

Hasti masuk dengan air putih dan kain bersih.

"Matikan AC dan lepas selimutnya!" titah Hasti yang langsung dituruti oleh Andra.

"Apa kita ke rumah sakit saja, mah. Andra takut terjadi sesuatu sama Meylisa." ucap Andra kalut.

"Kita kompres dulu. Kalau besok pagi masih demam baru ke rumah sakit." ucap Hasti yang dengan sigap membasahi kain bersih yang tadi ia bawa lalu melap wajah, leher dan tangan putrinya.

Faisal datang dengan segelas air putih. "Bangunkan Meylisa. Biar dia minum air putih." ucap Faisal membuat Andra bergegas membangunkan istrinya. Dari beberapa gumaman Meylisa, Andra yakin istrinya itu tidak tidur.

Sedang Faisal dengan telaten memijat kaki putrinya.

"Sudah cek suhunya?" tanya Faisal.

Andra mengangguk sambil membantu Meylisa minum. "40°c pah."

"Dinginn mass." Keluh Meylisa meminta selimut.

"Jangan pakai selimut nanti demamnya nggak turun." cegah Hasti yang masih mengompres tubuh Meylisa.

"Shhh" Ringis Meylisa membuat Andra dengan sigap mengusap kepala sang istri.

"Pusing?" tanya Andra yang dibalas anggukan oleh Meylisa.

"Nggak papa, sayang. Biar mas pijat." ucap Andra yang mulai memijat kepala istrinya.

Meylisa diam memejamkan matanya namum perutnya malah bergejolak.

"Huekk"

Andra segera berdiri dan bergegas mencari wadah di kamar mandi.

"Cepat Ndra!" teriak Hasti yang membantu mengusap punggung putrinya.

Andra berlari keluar dan segera membantu istrinya muntah.

"Hueekk_ug_huekkk" Meylisa memuntahkan kembali air putih yang tadi ia minum.

"Huekk_hiks"

"Jangan menangis." bujuk Andra lalu mengambil tisu untuk membersihkan bibir istrinya.

"hiks dinginn." Isak Meylisa membuat Andra meletakkan wadah berisi muntahan istrinya di lantai.

"Biar mas peluk." ucap Andra lalu memeluk istrinya erat.

Hasti dan Faisal menatap putri mereka cemas. Namun Hasti tidak tahan untuk terus diam.

"Ini pasti karena tadi kamu pergi ke luar padahal sudah di larang." ucap Hasti membuat Meylisa menangis semakin keras.

Kenapa Meylisa yang harus mengerti mereka semua? Kenapa bukan mereka yang berusaha mengerti dirinya.

-Bersambung-

Oh_ My LectureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang