🌿Bab 10

113K 6.1K 59
                                    

Happy Reading!

"Hamil?" kaget Andra lalu mengusap tengkuknya. "Dokter yakin?" tanya Andra tak percaya. Walau bagaimanapun ia dan Meylisa sudah sepakat menunda momongan hingga istrinya itu wisuda. Lalu apa yang terjadi dengan pil kb yang istrinya konsumsi?

"Saya yakin, pak. Usia kehamilan sudah memasuki 12 minggu." ucap dokter membuat Andra menggeleng panik.

"Lalu bagaimana kandungan istri saya? Tadi perutnya sakit dan ada darah yang keluar." tanya Andra cepat.

Dokter menghela napas. "Itu yang ingin saya sampaikan, pak. Pendarahan diawal kehamilan sangat berbahaya. Untuk saat ini kandungan istri bapak baik-baik saja namun jangan sampai pendarahan seperti ini terjadi lagi. Saya sarankan agar istri bapak istirahat total selama satu minggu. Pastikan fisik dan mental ibu tidak terganggu agar kandungannya sehat." jelas dokter panjang lebar membuat Andra mengangguk mengerti. Ia merasa lega sekaligus bersalah. Untunglah calon bayi mereka baik-baik saja. Kalau terjadi sesuatu, Andra mungkin tidak akan memaafkan dirinya sendiri karena secara tidak langsung telah menyebabkan pendarahan Meylisa hari ini.

"Baiklah. Terima kasih dokter." ucap Andra lalu pamit pergi dari ruangan dokter.

Andra masuk ke dalam ruang rawat istrinya.

"Apa kata dokter, nak? Benar Meylisa hamil?" Tanya Hasti begitu menantunya datang.

Andra mengangguk sambil menatap istrinya yang belum siuman. "Sudah tiga bulan." jawab Andra membuat Hasti tersenyum penuh rasa syukur.

"Terima kasih tuhan telah menitipkan anak untuk putriku. Terima kasih juga engkau telah menjaga mereka dari hal buruk yang mungkin terjadi." ucap Hasti lalu mengelus kepala Meylisa.

Andra hanya diam. Ia tentu saja senang. Sangat senang tapi harusnya kabar ini ia ketahui lebih cepat. Bayangan saat ia membuat sang istri berpikir keras untuk judul skripsi juga lelahnya saat menunggu untuk bimbingan membuat Andra merasa bersalah. Bagaimana bisa ia membuat wanita yang tengah berbadan dua melakukan hal melelahkan seperti itu.

Belum lagi jadwal tidur dan makan wanita itu yang kacau. Andra bahkan yakin istrinya telah kehilangan beberapa kg berat badannya.

"Ya Tuhan." gumam Andra lalu mengeluarkan ponselnya. Karena terlalu panik tadi ia hanya sempat menelpon mertuanya. Sekarang ia harus memberitahu orang tuanya dan menyampaikan kabar bahagia ini.

"Assalamualaikum, bunda."

"Waalaikumsalam, ada apa? Kalian baik-baik saja kan? Meylisa mana?"

Andra menghela napas.

"Meylisa ada di rumah sakit, bun." beritahu Andra.

"Apa? Sakit apa? Ini pasti kamu yang terus siksa menantu bunda kan? Iya kan?"

Andra mengabaikan tuduhan sang ibu dan memilih menyampaikan kabar bahagianya. "Meylisa hamil, bun. Andra akan jadi ayah."

"Hamil. Beneran, nak? Mantu bunda hamil?"

"Iya bun."

"Alhamdulillah_ di rumah sakit mana? Bunda mau ke sana?"

"Bunda ke sininya besok saja sekalian bawain baju ganti Andra."

"Oo benarkah. Tapi mantu bunda baik-baik saja kan?"

"Iya. Bunda tenang saja."

"Baguslah. Kalau begitu bunda tutup dulu telponnya mau ngabarin papa kamu tentang kehamilan Meylisa."

"Iya bun. Assalamualaikum.

"Waalaikumsalam."

Tutt

Andra menyimpan ponselnya. Bukan maksud berbohong tentang keadaan Meylisa pada bundanya. Hanya saja jika orang tuanya tahu bahwa Meylisa pendarahan gara-gara mau konsul skripsi ke lantai lima, Andra pasti akan habis dimarahi. Walau sebenarnya ia memang pantas untuk dimarahi.

"Mama pulang saja, biar Andra yang nemenin Meylisa di sini." ucap Andra namun Hasti menggeleng.

"Tapi__"

"Hari ini kan papa pulang dari Jawa, takutnya nanti papa bingung karena nggak ada orang di rumah." beritahu Andra membuat Hasti menepuk jidatnya.

"Ya Allah Ndra, mama lupa. Ya sudah mama pulang dulu nanti ke sini lagi sama papa."

"Ke sininya besok saja, mah. Lagipula kata dokter, Mey baik-baik saja hanya perlu istirahat saja." ucap Andra membuat Hasti terdiam sesaat.

"Benarkah. Baiklah tapi hubungi mama jika terjadi sesuatu." pesan Hasti yang langsung diangguki oleh Andra.

Setelah mengantar mertuanya ke depan pintu. Andra kembali duduk di kursi. Ia menatap wajah pucat Meylisa lalu mengulurkan tangannya ke perut wanita itu.

Andra bisa merasakan perut istrinya memang sedikit menonjol. Diusapnya perut itu beberapa kali hingga_

"En_air"

Andra segera berdiri dan menatap wajah istrinya.

"Sayang."panggil Andra dengan wajah penuh kelegaan.

"A_air" gumam Meylisa pelan.

"Air?" Andra bergegas mencari kasa tipis lalu membasahinya dengan air kemudian meletakkannya di antara bibir Meylisa.

Andra melakukan itu beberapa kali hingga tubuh istrinya kembali tenang.

"hhh" Andra menghela napas lega lalu kembali duduk.

"Ya Tuhan." Kaget Andra lalu segera mengambil ponselnya. Ia lupa bahwa besok harus pergi ke Surabaya. Ia tidak mungkin meninggalkan Meylisa dalam keadaan yang seperti ini.

Andra segera mengirim pesan pada panitia penyelenggara acara seminar untuk mengganti pertemuan yang semula offline menjadi online. Selain itu Andra juga mengirim pesan untuk mengatur jadwal lain pada mahasiswa yang harusnya seminar proposal tadi.

Sebenarnya di lantai lima ada 7 mahasiswa yang harusnya seminar proposal. Namun setelah empat orang selesai, para dosen diberi istirahat dan waktu itulah yang Andra gunakan untuk bimbingan proposal. Namun siapa sangka keputusannya melakukan bimbingan di waktu itu justru membawa petaka.

-Bersambung-

Oh_ My LectureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang