🌿Bab 15

91.5K 5.1K 42
                                    

Happy Reading!

Andra menghela napas lega lalu mengecup kening istrinya. Untunglah demamnya sudah turun.

"Mas nggak ke kampus?" tanya Meylisa pelan.

"Nanti siang mungkin baru mas ke kampus. Ada apa? Mau nitip sesuatu?" tanya Andra lembut.

Meylisa menggangguk. "Mas bantu kembaliin buku-buku yang aku pinjam di perpustakaan ya." ucap Meylisa membuat Andra tersenyum.

"Iya, sayang. Tapi sebelum itu lebih baik kita sarapan. Kamu mau makan apa?" tanya Andra membuat Meylisa diam lalu menggeleng.

"Mas nggak mau dengar alasan apapun. Pokoknya pagi ini kamu harus makan sesuatu." tegas Andra lalu segera beranjak memasuki kamar mandi.

Sedang Meylisa hanya diam lalu bangun dan melangkah menuju meja belajarnya. Meja yang menjadi saksi betapa bekerja kerasnya dirinya selama ini.

Meylisa menghela napas pelan lalu mulai mengumpulkan satu persatu buku yang ia pinjam di perpustakaan.

"Aku mendapatkan buku ini setelah rebutan dengan mahasiswa lain." gumam Meylisa lalu tersenyum kecut. Ia merapikan buku-buku itu lalu memasukkanya ke dalam paper bag.

Setelah meletakkan paper bag tadi di atas meja kerja suaminya. Meylisa kembali ke meja belajarnya lalu mulai merapikan beberapa kertas yang berserakan di sana.

Meylisa mengelus proposalnya kemarin yang berisi banyak coretan lalu melemparnya ke bak sampah.

"Tidak berguna." ucap Meylisa lalu mengambil semua alat tulisnya kemudian juga membuangnya ke bak sampah.

Hiasan meja, kalender pengingat dan bahkan jam kecil juga tak luput dari sasaran kekesalan Meylisa.

"Semuanya tidak berguna hiks" isak Meylisa lalu mengosongkan semua yang ada di atas meja dan memindahkannya ke dalam bak sampah.

Bukk

Bak sampah kecil yang kelebihan muatan itu akhirnya jatuh hingga semua beban di dalamnya berserakan keluar. Melihat hal itu membuat Meylisa menutup wajahnya kemudian mulai menangis.

"Hikss_hikss tidak bergunaa hikss"

Andra yang sedari tadi menyaksikan apa yang istrinya lakukan hanya bisa diam. Ia tahu Meylisa kecewa saat ia meminta wanita itu untuk menunda skripsinya. Bukan hanya menunda skripsi karena nyatanya secara tidak langsung Andra juga menunda wisuda wanitanya juga.

Enggan mengganggu, Andra memilih kembali masuk ke dalam kamar mandi. Mungkin dengan menangis beban yang istrinya rasakan bisa sedikit berkurang.

Satu jam kemudian barulah Andra keluar dari kamar mandi.

"Mas mandi lama banget." keluh Meylisa. Sepertinya wanita itu sudah selesai menangis.

"Mas bersihin kamar mandi, sayang."ucap Andra lalu melangkah mengambil baju ganti di lemari.

"Buku-bukunya di dalam paper bag itu ya mas." beritahu Meylisa lalu melangkah keluar dari kamar.

Andra segera memakai pakaiannya lalu keluar dari kamar. Istrinya mungkin sedang makan.

"Bagaimana Ndra, demam Meylisa sudah turun kan?" tanya Hasti yang sedang membereskan meja makan.

Kenapa mama mertuanya bertanya. Memangnya tadi istrinya tidak ke sini.

"Meylisa tadi nggak makan sama mama?" tanya Andra membuat Hasti menggeleng.

"Mama pikir kalian masih tidur." ucap Hasti membuat Andra bergegas melangkah menuju pintu.

Jika tidak di dapur lalu dimana?

Andra segera memakai sendalnya lalu mulai berkeliling. Untungnya ia ingat bahwa di dekat rumah ada taman kecil yang biasanya dipenuhi para pedagang makanan.

"Bang, tambah lagi ya."

Andra menghela napas lega saat mendengar suara istrinya. Ia buru-buru melangkah menuju tempat istrinya duduk.

"Harusnya beritahu mas kalau mau makan di sini." ucap Andra membuat Meylisa melotot kesal. Padahal ia ingin makan sendiri untuk menenangkan diri. Takutnya jika ia melihat wajah suaminya itu rasa marah dan kesalnya akan muncul kembali.

"Aku mau makan sendiri. Mas ngapain sih ke sini." omel Meylisa lalu segera berdiri mendekati penjual sate.

"Bang satenya bungkus saja." ucap Meylisa.

"Mas mau beli bubur, kamu mau?" tawar Andra membuat Meylisa menggeleng.

"Mas sana deh mendingan. Meylisa tuh malas lihat muka mas." ucap Meylisa membuat Andra diam. Ia tidak menyangka akan menerima perkataan seperti itu dari istrinya sendiri.

Setelah pesanan satenya selesai. Meylisa langsung bayar lalu melangkah pergi. Ia akan mencari tempat sepi lain untuk makan. Yang jelas untuk hari ini, Meylisa tidak mau berkomunikasi dengan siapapun. Entah itu suaminya atau keluarganya sendiri.

-Bersambung-

Oh_ My LectureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang