🌿Bab 27

69.2K 5.4K 597
                                    

Happy Reading!

Andra menatap hasil usg istrinya lalu menghela napas. Sudah dua minggu dan ia baru diberitahu sekarang. Padahal ia ingin mendengar langsung dokter mengatakan jenis kelamin anak pertamanya. Andra ingin melihat gerakan anaknya dan mendengar detak jantungnya.

"Mas kenapa sih? Nggak senang anak kita laki-laki?" tanya Meylisa sambil menguncir rambutnya.

"Kamu pergi sama siapa ke rumah sakit?" tanya Andra menatap istrinya.

Meylisa bergerak naik ke atas tempat tidur dan duduk di samping suaminya. "Sendiri. Mas nggak perlu khawatir kok. Di sana banyak ibu-ibu yang pergi sendiri juga." ucap Meylisa membuat Andra meremas rambutnya.

"Setidaknya kalau tidak dengan mas, kamu harus ngajak mama atau bunda. Kalau terjadi sesuatu saat di jalan bagaimana?" omel Andra namun masih menahan emosinya.

Meylisa tersenyum sambil mengelus perutnya. "Jika memang ditakdirkan terjadi sesuatu ya akan terjadi meskipun perginya sama mas, mama atau bunda." ucap Meylisa membuat Andra melotot tajam.

"Bukan hanya pergi sendiri yang jadi masalah. Kamu kan juga tidak bilang ke mas saat pergi ke rumah sakit." ucap Andra membuat Meylisa menggeleng lalu menyentuh lengan suaminya itu.

"Bukannya mas harusnya senang ya? Aku nggak repotin mas, terus juga nggak ganggu saat mas sibuk." ucap Meylisa membuat Andra mengepalkan tangannya.

Meylisa tersenyum melihat reaksi suaminya lalu berkata. "Ini berkat kata-katanya mas satu bulan lalu loh. Mas kan ingin aku dewasa. Ya dewasa menurut aku adalah mengerjakan apapun sendiri, nggak repotin mas atau orang tua kita. Selama itu bisa dikerjakan sendiri kenapa enggak."

Andra mengusap wajahnya. "Maksud mas bukan itu. Kamu pah__"

Ting Nong

"Ahh pesanan aku kayaknya udah sampai." ucap Meylisa lalu segera turun dari tempat tidur.

Andra menghela napas lalu segera mengejar istrinya.

"Siapa?" tanya Andra.

Meylisa masuk dengan beberapa kantong plastik. "Makanan yang aku pesan." ucap Meylisa lalu melangkah menuju dapur.

Andra melihat istrinya mengeluarkan beberapa jajanan pasar lalu duduk dan mulai makan.

"Mas mau?" tawar Meylisa membuat Andra menggeleng.

"Setelah makan kita lanjut bicara." ucap Andra lalu melangkah kembali ke kamar. Sedang Meylisa hanya tersenyum tipis lalu lanjut makan.

Setelah membereskan bekas makannya, Meylisa kembali ke kamar.

"Jagung bakar enak kali ya." gumam Meylisa lalu duduk di atas tempat tidur.

Andra yang tadinya memeriksa tugas mahasiswa segera berdiri.

"Kamu baru makan dan sekarang mau jagung bakar?" tanya Andra melangkah mengambil kunci mobilnya.

"Iya. Namanya juga kepingin." gumam Meylisa fokus dengan ponselnya.

"Ya sudah. Mas beliin, selain jagung ada lagi?" tanya Andra membuat Meylisa mendongak menatap suaminya.

"Mas mau ke mana?" tanya Meylisa bingung.

Andra yang sedang memakai jaket segera melangkah mendekati istrinya. "Katanya mau jagung bakar." ucap Andra membuat Meylisa tertawa.

"Mas nggak perlu pergi. Aku sudah chat Afif minta beliin. Dia juga udah otw kok." ucap Meylisa membuat Andra menghela napas kasar.

"Siapa Afif?" tanya Andra tajam.

Meylisa menyilangkan tangannya di dada. "Masa mas lupa. Afif itu sepupu aku, anaknya tante Yuni. Selama mas sibuk aku selalu minta tolong dia beliin makanan yang aku mau terus dikasih upah deh. Lumayan kan buat jajan dia dan aku juga nggak perlu ribet nyari makanan." ucap Meylisa membuat Andra diam.

Meylisa tersenyum melihat suaminya tidak bisa berkata-kata lagi. "Jadi mas mau bicara apa? Aku sudah selesai makan." tanya Meylisa.

Andra berlutut dihadapan Meylisa. Tangannya memeluk pinggang istrinya. "Mas minta maaf." ucap Andra membuat Meylisa menyerngit.

"Kenapa minta maaf. Mas nggak salah apapun kok." ucap Meylisa.

"Banyak. Kamu pasti kesulitan dalam masa kehamilan tapi mas malah sibuk dengan pekerjaan." ucap Andra membuat Meylisa tersenyum lalu menyentuh wajah suaminya.

"Awalnya memang berat. Tapi semakin dijalani jadi biasa aja. Bahkan nih kalau mas mau sibuk lagi aku nggak papa. Aku nggak akan protes asal ada Afif. Hehe_ kayaknya aku mulai ketergantungan sama Afif deh mas. Soalnya gas habis aku manggil Afif, pokoknya semuanya yang kurang aku tinggal manggil Afif. Tapi ya gitu, mas harus kerja extra keras soalnya dia minta bayarannya gede." ucap Meylisa santai namun sukses membuat Andra gonjang gancing. Pasalnya selama satu bulanan ini ia tidak terpikir tentang gas, air dan isi kulkas. Karena Meylisa tidak mengatakan apapun ia jadi melupakan semuanya.

"Sayang_ itu kan tugas mas. Kenapa manggil Afif." ucap Andra tak terima. Padahal jika Meylisa bilang ia pasti meluangkan waktu sekedar untuk memasang gas dan melakukan hal kecil lainnya.

Meylisa menggeleng. "Mas kan sibuk sama bisnis baru terus urusan di kampus juga. Dan yang paling penting mas juga harus jemput dan antar bu Erika pulang setiap hari karena mobilnya dijual."

Deg

Andra menatap istrinya. "Dari mana_"

"Psstt!" Meylisa mengisyaratkan agar suaminya diam. "Mas nggak perlu khawatir. Aku nggak cemburu kok. Kan cuma sama rekan kerja." ucap Meylisa membuat Andra menggeleng.

"Itu karena rumah kita dan bu Erika searah dan__"

Meylisa segera menggeleng. "Mas nggak percaya kalau aku nggak cemburu. Sumpah mas aku tuh nggak marah. Bahkan anehnya aku lebih kesal saat lihat Afif bantu tetangga sebelah dibanding lihat mas antar jemput bu Erika." ucap Meylisa membuat Andra melotot.

"Say__"

Ting Nong

"Akh itu pasti Afif." Jerit Meylisa girang lalu segera keluar dari kamar. Meninggalkan Andra yang diam dengan segala pemikirannya.

-Bersambung-

Oh_ My LectureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang