Part 15. Swastamita dan Arunika

138 23 40
                                    

*15.

( A / n.

🌱 Tinggalkan story ini jika melalaikanmu ( sebagai muslim ) jadikan Al quran sebagai bacaan utama.

🌱 Sebagian isi part ini fiksi meski latar dan materi keilmuannya real.

🌱 Selalu kami tulis di author note karena kami tak ingin tokoh-tokoh dalam story kami dijadikan idol buta tanpa menyaring. Atau bahkan ingin seperti dia. Ingin mendapatkan pendamping seperti dia.

🌱 Sekali lagi, story ini hanya 65% yang nyata. Selebihnya, 35% adalah pemanisnya.

🌱 Bijaklah dalam membaca. Tokoh Arini bukan hanya karena faktor luck dapat masuk keluarga dokter Arkha. Tapi karena perjuangan dan memantaskan diri 🙏 ).

Marina coustal Expressway ( MCE ) / Tol bawah laut, Singapura

Arini Pradita Diningrum

Aku berusaha duduk tenang saat baru kali ini aku berdua saja dengan papa William, papa mertuaku. Menyusuri Marina Coustal Expressway, jalur cepat bawah laut sepanjang 5 km yang membelah Kalang-Paya lebar Expressway menuju Anyer Rajah Express way ( AYE ).

Jika dari hospital tempat kak Arkha menuntut ilmu pasti lewat tol AYE untuk pulang.

Tol bawah laut MCE ini adalah jalur cepat dari arah timur Singapura ke arah bagian barat Singapura. Kami dari Pasir Ris. Salah satu region di Singapura. Region adalah pembagian tata kota yang ditetapkan oleh Otoritas Pembangunan Kembali Perkotaan Singapura. Untuk membantu upaya penataan kotanya.

Meski kata kak Arkha region bukanlah subdivisi administratif.

"Singapura di bagi lima distrik, Dek. Masih dibagi lagi menjadi divisi yang diatur oleh dewan dan wali kota.

Subdivisi tidak sesuai dengan region. Region sifatnya tetap. Sedang distrik bisa berubah sesuai dengan redistriksi elektoral.

Sederhananya region itu wilayah, kawasan, daerah." Kak Arkha saat itu menjelaskan dengan gamblang. Saat itu aku hanya manggut-manggut. Namanya saja yang berbeda dengan Indonesia. Indonesia ada bagian barat, timur dan tengah.

Kali pertama kak Arkha mengajakku lewat tol bawah laut ini aku terpukau dengan kekaguman kecanggihan akses transport Singapura.

"Ini tepat di bawah laut Marina Singapura, Dek," Kak Arkha saat itu berucap dengan bangga. Aku hanya tersenyum sambil mengangguk. Menatap lampu-lampu di langit-langit dan rambu-rambu cahaya yang seperti berlarian seiring dengan mobil yang melaju.

Ada banyak CCTV yang terpasang. Kak Arkha hanya melajukan mobil 80 km/jam. Itu aturannya yang jelas tertulis.

Aku tidak dapat berpikir bagaimana cara mereka bisa menembus air laut dan bisa membangun tol di bawahnya?

"Indonesia juga sedang membangun kan? Untuk infrastuktur ibu Kota Nusantara yang menghubungkan dengan Balik Papan," tanggapku tetap dengan Nasionalisme. Kak Arkha tersenyum saat itu. Menoleh ke arahku sambil mengelus lembut punggung tanganku. Mengiyakan. Tinggal di Singapura tidak pernah membuatku melupakan Indonesia.

"Kamu menguasai microsoft excel terbaru, Rin?" Papa William tiba-tiba bertanya. Membuyarkan lamunanku tentang kak Arkha. Aku mengangguk takzim dengan senyum. Meski jelas tak terlihat karena cadarku.

ⓂⒺⓃⒹⒶⓀⒾ ⓀⒶⓀⒾ ⓁⒶⓃⒼⒾⓉ ②Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang