Part 17. Sifar

105 23 28
                                    

*17.

***

🌱

A / n.

🌱 Sebagian isi part ini fiksi. Jika ada kesamaan kisah di dunia nyata itu bukan kesengajaan.

🌱 Bijaklah dalam membaca dan menyikapi. Ambil baiknya. Buang buruknya.

🌱

Indonesia

¤

Flashback masa lalu Kavinda Alwin-Arini

¤

Kavinda Alwin

Percayakah kalian dengan cinta pada pandangan pertama? Yang aku tahu, secara ilmiah itu mustahil. Meski jatuh cinta hanya butuh hitungan detik.

Cinta pada pandangan pertama adalah proyeksi dari keinginan diri sendiri yang merasa kagum ketika awal-awal melihat atau bertemu seseorang.

Jadi itu bukan cinta. Tapi hanyalah kagum. Ketertarikan pada awal pertemuan. Entah fisik. Ataupun non fisik. Semisal; smart, berhati lembut, punya jiwa sosial tinggi, absurd, keibuan, kebapakan, atau yang lain.

Karena dalam alam bawah sadar kita mempunyai chek list akan seperti apa kreteria pasangan kita. Dan bisa jadi dia masuk dalam chek list bawah sadar kita.

Seperti yang aku alami pada Arini. Berawal dari pandangan pertama. Lalu aku mengizinkannya untuk bertumbuh menjadi cinta yang tulus.

●●●

Aku parkir motor bututku di pelataran balai desa yang ramai. Rupanya ada pembagian sembako dari keluarga kaya raya di kotaku. Nyata spanduknya ;  Selamat datang keluarga besar R. Sastro Anggoro.

Kekuasaan dan kekayaan adalah adalah karakter dasar insan bumi. Karena Alloh memang telah memberikan taqdir berupa penguasaan terhadap manusia.

Apakah taqdir menurut kalian? Dalam pandangan tauhid kata taqdir adalah daya Tuhan. Yang diamanahkan kepada seseorang. Jadi qudroh, kekuasaan adalah milik Tuhan. Dan harus diarahkan dengan jalan Tuhan. Sederhananya; kekuasaan dan kekayaan itu perpanjangan tangan Tuhan. Untuk menolong sesama sesuai syariatnya.

Saat aku melangkah menuju kantor desa mataku terpuruk pada satu sosok yang tampak berbeda. Gadis remaja dengan seragam khusus salah satu SMK favorit kotaku. Hanya di rangkapi cardigan rajut warna terracotta. Tampak sibuk ikut membagikan sembako. Bibir tipis merah alaminya selalu mengulas senyum. Ada desiran halus di kalbuku saat waktu seperti melambat dan pemandangan di sekitar seperti blur. Yang ada hanya dia. Sedang sibuk membenahi rambut ikal kecoklatannya yang lepas dari ikatan.

Ada yang rontok di dadaku saat tanpa sengaja mata kami bersirobok.

Deg!

Hampir map berisi surat pengantar dari RT/RW untuk mengurus SKCK di tanganku jatuh saat dia mengangguk takzim dengan senyum. Dengan gelagapan aku membalas senyumnya. Saat itu belum ada SKCK online. Aku melanjutkan langkah Seiring dengan,

Dug!

Jidatku bersatu dengan pilar. Tawa yang meledak keras dari orang-orang yang melihat membuat entah seperti apa wajahku.

"Berani naksir, Al? Keluarga Sastro Anggoro itu." Pak Herman, kaur kesra meledekiku saat aku masuk kantor. Aku tersenyum kecut. Pantas dia ikut berjibaku. Ada damai di kalbu saat mengenang seraut wajah lembut nan ayu berkulit putih kemrusu itu. Adegan rambut berantakan di sisir angin dan berusaha ia benahi itu seolah tak lekang dari pelupuk mataku. Dia tidak berhijab. Tapi memakai rok seragam sopan dengan lengan panjang dan rok panjang.

ⓂⒺⓃⒹⒶⓀⒾ ⓀⒶⓀⒾ ⓁⒶⓃⒼⒾⓉ ②Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang