Part 19. Terjebak Dalam Tragedi Mei ( 1 )

91 23 12
                                    

*19.

( A. n.

Sebagian isi part ini fiksi. Meski seluruh setting dan historisnya real.

🌱 Mengandung unsur sensitif peristiwa kelam 12-14 Mei 1998. Untuk yang memiliki pengalaman kelam yang sama bijaklah dalam menyikapi. Untuk yang tidak mengalami semoga ada hikma dari peristiwa ini

🌱 Tidak bermaksud meng -judge ataupun memihak apapun dan siapapun. Hanya sebagai reminder ; bahwa kita semua sama di mata Tuhan. Tidak memandang etnis, agama, kaya atau kurang mampu.

🌱 Part ini kami dedikasikan untuk almarhum ayahanda kami.


Flashback masa kecil Arkha- Arini

Arkha Bamantara

Jakarta, Indonesia

Selasa, 12 Mei 1998

Butuh keberanian untuk mengenang apalagi mengulang peristiwa di bulan ini; Mei. Hanya tiga huruf. Tapi ribuan bahkan jutaan kalimat terukir dari peristiwa di bulan tiga huruf itu.

Bersimbah darah dan air mata. Asap yang membubung tinggi. Kobaran api. Suara tembakan, suara kaca pecah. Jerit histeris meregang nyawa, tawa pongah yang bertahta di atas mayat-mayat yang bergelimpangan. Suara sirine yang meraung-raung. Berbaur dalam melodi sedih tanpa dawai.

Dan,

Dari sinilah cerita kelam kami di mulai.

Kami di Jakarta sejak hari minggu. Karena tanggal 14 Mei adalah ulang tahun uncle Pratama. Lidahku belum bisa memanggilnya daddy ataupun ayah. Meski beliau sangat baik padaku tapi lidahku keluh untuk memanggilnya ayah. Bagaimana mungkin aku bisa punya dua daddy? Papa William bagaimana?

Sebetulnya aku malas ikut mama ke Jakarta.  karena aku lebih mementingkan sekolahku. Tapi mama memaksa akhirnya aku mau. Dengan satu syarat. Arini harus ikut. Karena aku bisa bayangkan betapa betenya aku tanpa Arini.

Dan keputusanku mengajak Arini bersama kami adalah keputusan yang aku sesalkan sepanjang hidupku. Andai saat itu aku tidak bersikeras mengajak Arini? Andai saat itu aku tidak membiarkan dia ikut maka dia tidak akan menyaksikan tragedi kelam negeri ini dengan mata kepalanya sendiri. Tragedi kelam bangsa yang di mata dunia terkenal akan keramah tamahannya. Tapi pada hari itu berubah menjadi makhluk terkeji yang pernah aku temui.


Aku masih berjibaku dengan kepingan tazosku saat mama dan papa sibuk berdebat di sambungan telfon internasional. Papa telfon dari Singapore. Tazos adalah kepingan-kepingan bulat yang bisa di temukan pada salah satu merk snack. Jenis mainan dari selembar plastik hologram, yang memiliki sejumlah sudut renggang  pinggiran luar. Mainan era 90-an.

Cara memainkannya dengan cara tos. Jadi membutuhkan dua orang yang saling mengadu tazos mereka. Bila gambar tazos terbalik ke belakang maka pemiliknya kalah dan harus memberikan tazos kepada yang menang. Aku sering ribut dengan Mario karena jika kalah dia tak sudi memberi tazos pokemon yang aku minta. Padahal itu kesukaan Arini.

 Padahal itu kesukaan Arini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ⓂⒺⓃⒹⒶⓀⒾ ⓀⒶⓀⒾ ⓁⒶⓃⒼⒾⓉ ②Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang