Part 1. Cinta di Giethoorn ( tentang mindset / positive thingking )

326 30 42
                                    

*1.

( Tentang : mengapa sikap mental positif perlu dibangun sejak dini )



( A/n. Story ini kami persembahkan untuk readers setia / yang ingin Mendaki Kaki Langit dilanjut. Juga untuk  readers baru yang menyukai cerita objektif, dekat dengan keseharian, dengan diselipi pengetahuan tentang psikologi yang dikemas lebih ringan.

Seperti Mendaki Kaki Langit 1, story ini bisa dibaca terpisah perpart. Karena hanya berupa penggalan-penggalan kehidupan sehari-hari. Diselipi permasalahan psikologi dan cara mengatasi. Meski lebih baik dibaca semua agar lebih memahami.

Semoga apa yang kami sajikan secara objektif dan dekat dengan keseharian dapat memuaskan readers. Dan ada hal positif yang bisa diambil.

Ada yang dm mengapa kami selipkan religi sedikit padahal sosok Arini bercadar? Readers kami random bukan cuma muslim. Jadi kami berusaha menghadirkan toleransi. Mohon dimaklumi.

Semua materi medis dan psikologi yang tertuang di sini adalah request, bukan terinspirasi dari materi story manapun.

Latar yang kami ambil adalah real dekat dengan keseharian kami. Tentang kehidupan keluarga random dari berbagai etnis. Jadi untuk yang memiliki fanatisme tertentu bijaklah dalam menyikapi.

Terima kasih atas apresiasi kalian berupa vote dan komen yang memberi energi positif bagi kami untuk berusaha terus produktif menulis ditengah kesibukan. Bisa dibaca secara terpisah dari MKL. Meski lebih baik dibaca semua.)

♡♡♡♡♡

Giethoorn - Overijssel - Belanda

Sepasang mata Arini merebak berkaca-kaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sepasang mata Arini merebak berkaca-kaca. Menapaki tempat yang mendapat julukan Venice of the Nederland. Inilah tanah kelahiran mama mertuanya, mama kandung dr. Arkha Bamantara, ibu Aneeleis.

Berkali mulut mungil di balik cadar itu berguman Masya Alloh. Ternyata ada syurga negara yang pernah menjajah tanah airnya lebih dari 3,5 abad itu.

Setelah hampir 19 jam di pesawat dan perjalanan panjang dari Amsrerdam, naik kereta jurusan Stasiun Amsterdam Central menuju stasiun Steenwijk selama 2,5 jam, lanjut naik bus jurusan Giethoorn. Akhirnya mereka sampai di kanal dengan deretan Fluisterboot.

Arini biarkan Arkha, sang suami yang menyewa kano itu untuk bisa mencapai rumah kakek neneknya yang telah almarhum, dan kini di huni keluarga jauh. Paman Albert dan bibi Belinda.

"Gimana, Sayang?" tanya Arkha sang suami yang merangkul erat bahunya. Senyumnya mengembang melihat ketakjuban di mata indah istrinya.

Meyusuri kanal dengan kano. Yang ia sewa dengan harga 15 Euro perjam. Bila di rupiyahkan sekitar Rp 240.000, karena 1 Uero = Rp 16.000. Dan kano Ini adalah jenis fluisteerboot. Arini tersenyum haru, menyandarkan kepalanya di bahu sang suami. Jemari mereka masih erat menyatu dalam genggaman. Ini honeymoon yang Arkha janjikan. Lebih indah dari Kapadokia.

ⓂⒺⓃⒹⒶⓀⒾ ⓀⒶⓀⒾ ⓁⒶⓃⒼⒾⓉ ②Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang