『 07 』

93 11 0
                                    

Pagi yang cerah dengan jalanan lembab dan basah, seperti biasa Jisung melangkahkan kakinya untuk menuntun ilmu.

Dari kejauhan, Minho menarik pandangan tupai kecil itu dan berlari meninggalkannya.

"Hehe ayo Sung, kejar aku kalo bisa"

Jisung yang berada di belakangnya juga ikut mengejar sembari tertawa. Sepanjang jalan mereka terus berlari hingga sampai di gerbang sekolah.

"Kenapa ngajak aku main kejar-kejaran?" tanya Jisung yang kewalahan berlari seharian akhirnya duduk dibawah pohon.

"Hhh sengaja biar kamu gak jalan terus" jawab Minho dengan napas terengah-engah sembari mengusap bulir-bulir keringat di kening Jisung.

Sial. Sentuhan Minho membuat jantungnya berdegup kencang.

"Masih kuat berdiri?" tanya Minho.

"Huum" lalu ia menarik tangannya dan mengandengnya menuju ruang kelas.

"Bro, lu abis ngapain sama Jisung?" tanya San, teman dekat yang tau semua rahasia Minho.

"Sst...abis marathon, tau kan?" bisik Minho sambil menutup mulut San dengan jari telunjuknya.

San mengganguk paham, dan menepuk bahu Minho isyarat menyemangatinya.

Sementara di kantor bangchan...

"Tuan, apakah masih ada berkas lain?" Tanya Nayeon, sekretaris di sebuah perusahaan milik Bangchan.

"Tidak, tidak ada. Kau boleh pergi sekarang." Jawab Bangchan yang sedang mengemas barang-barangnya.

"Baik tuan."

Namun belum sampai ke depan pintu, langkahnya sudah berhenti membelakangi Bangchan.

"Ada apa lagi?" tanya Bangchan yang sadar saat Nayeon berdiri di depan pintu.

"Hmm kalo boleh tau anak tuan tinggal di Namsan ya?"

"Iya, kenapa?"

"Ah tidak apa saya hanya bertanya saja, baiklah permisi tuan." Nayeon dengan cepat meninggalkan Bangchan.

"Hm dia kenapa?" Batin Bangchan.

Namun di belakang pintu ruang kerjanya, ia segera menelpon anaknya.

...

"Betul dugaan mama nak, ternyata Minho itu anak Bangchan"

"Sungguh? Ini sangat mudah untuk mendapatkan hati Minho dan Om Bangchan, Ma."

"Doakan mama untuk bisa merebut hati tuan Bangchan dan kita bisa kaya raya hahaha"

Ternyata ide busuk Nayeon dan anaknya sudah direncanakan, ia hanya menginginkan harta dari Bangchan dan ingin mewariskannya ke Nayeon sendiri.

BRUK-

Suara badan Jisung yang terlempar menyentuh tanah membuat ia merintih kesakitan dan terasa remuk.

"Hah lu demen banget nempel sama Minho, asal lo tau Minho itu suka sama gw!" kata Yeji, cewe famous sekaligus pembully Jisung itu membuat ia lemah berdaya di tempat sampah.

"Maksudmu apa? Aku hanya bertema- ARGHH"

Belum sempat menyelesaikan perkataannya, Yeji menginjak mulut Jisung.

"Omong kosong! Buang dia"

Anak buah Yeji mengangkat badan lemahnya itu ke belakang tong sampah dan menutupnya sehingga tidak ada yang mengetahui Jisung ada disitu.

"HAH TOLONG AKU!"

Malangnya teriakan Jisung tidak terdengar oleh siapapun.





3 jam kemudian...

"Jisung!"

Jisung terbangun dengan keadaan badannya dipeluk Minho dan menangis di tekuk lehernya. Minho menemukannya saat pulang sekolah dan sejak jam pelajaran ia tak kunjung datang.

"M-minho?.."

"Hah kamu ngapain? Kena bully lagi?"

"Tidak, kamu gak usah khawatir"

"GAK USAH KHAWATIR BAGAIMANA DENGAN KONDISIMU SEPERTI INI BODOH!" kata Minho menampar pelan pipinya.

"Aku sudah terbiasa seperti ini..." jawab Jisung dengan mengusap pipi basahnya.

"Aku akan mengantarmu pulang" Minho langsung mengendong Jisung ke cafe kakaknya dan menceritakan apa yang terjadi.

.
.

"Hah...memang seperti itu, namun terima kasih telah membawa dek Jisung kesini" kata Changbin sambil membawa mangkuk besi berisi air hangat dan handuk kecil untuk mengompres Jisung.

"Seharusnya saya yang berterima kasih telah merawat Jisung dari keluarganya"

"Hah? Bagaimana kau tau tentang itu?"

"Umm Jisung yang beritahu kak, yasudah saya permisi pulang kak" kata Minho sambil membungkuk lalu meninggalkan Changbin.

"Jarang sekali Jisung bercerita seperti ini ke temannya" batin Changbin.

TBC.

EYE TO EYE || 「MINSUNG」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang