『 10 』

75 8 0
                                    

"Kau bercanda? Hahaha"

Suara nyaring Bangchan yang sedang menelpon kerabatnya membuat Minho tak fokus belajar.

"Ck papa berisik banget" Minho berdecik kesal dan akhirnya memilih belajar di teras rumah sembari menikmati udara dingin tengah malam.

Waktu menunjukkan pukul setengah 11 malam dan ia tidak bisa tidur karena lusa adalah ujian akhir semesternya. Saking fokusnya ia belajar sampai mengeluarkan bunyi gesekan nyaring di buku pelajarannya.

"Dek Minho, belum tidur?" Bibi yang awalnya ingin berjalan menuju dapur malah jadi menghampiri Minho.

"Belum bi, lagi belajar buat ujian lusa" kata Minho.

Bibi hanya menangguk dan duduk menemani Minho diluar. Minho sudah menganggap Bibi dan pak sopir seperti orang tuanya sendiri, mereka juga menemani dan menjemput Minho setiap hari.

Minho bersyukur memiliki orang yang masih bisa memahami perasaannya, dan bisa menjadi teman curhat dikala ia sedih atau senang.

"Bibi juga gak tidur, kenapa gak istirahat?" Minho meletakan buku yang ia pelajari dan merebahkan lehernya karena terlalu lama menunduk.

"Bibi sebenarnya mau tidur, tapi lihat kamu gak tidur yaudah bibi temani saja"

"Minho abis ini juga tidur, liat bibi kayaknya capek banget" ia merapikan semua buku dan menaruhnya dikamar. "Bi, masuk yuk udah malem"

"Dek, bibi mau nanya" Minho mendadak berenti di tengah ruang dapur dan mrnghampiri bibi. "Kenapa bi?"

"Dek Minho udah punya temen selama pindah sekolah?" Kata bibi yang sedang menyiapkan air panas untuk mengisi botol.

"Temen mungkin sedikit ada beberapa, tapi Minho punya bestie yang bener-bener Minho sayang"

"Siapa? Kenapa adek gak ngajak dia main ke rumah?"

"Memangnya boleh? Apa papa gak marah kalo aku ajak kesini?" Kata Minho memiringkan kepala binggung. "Selama papa kamu kerja, bibi ijinin kamu buat ngajak main ke rumah sama temenmu"

"Beneran? Emang papa bakalan keluar kota lagi?"

"Sepertinya iya, papamu selalu sibuk dengan urusan kerjanya" pikiran bibi masih teringat pertama kali bekerja menjadi asisten disaat Bangchan dan Mina masih mengandung Minho. Disitu bibi sedikit trauma dengan perlakuan Bangchan dengan Mina saat itu.

"Andai saja bibi tidak meninggalkan mama kamu di ruangan, pasti papamu tidak akan menyiksanya"

"Maksud bibi?" Kini pandangan Minho kosong, seluruh ruangan menjadi sunyi.

"Bibi yang salah, bibi menyesal saat itu bibi ninggalin mamamu dan sering nangis di makam mama kamu saat masih kecil" suara bibi melirih karena menahan air mata karena kejadian masa lalu. "Bibi anggap mama kamu itu anak sendiri, karena bibi udah gak punya siapa-siapa lagi, nak."

"GAK MUNGKIN, BIBI GAK SALAH!!! PAPA YANG SALAH, PAPA MEMANG JAHAT SAMA MAMA" Minho menguatkan hati bibi yang juga sama merintih tangisan dengan hati yang terpukul.

"Bibi udah ngelakuin yang terbaik buat mama, Minho berterima kasih sama Bibi karena udah jaga Mama" lanjutnya.

"Terima kasih nak, beruntung kamu punya sifat baik seperti mamamu" bibi memeluk erat Minho dengan lega.

"Sama-sama bi, Minho udah anggap Bibi itu ibu sendiri"

"Eh udah tengah malem kita malah cerita sedih kek gini" Bibi mengakhiri topik dan mengantar Minho ke kamar. "Makasih bi, udah mau nemenin Minho" ia meninggalkan Bibi dan menutup pintu.

Lalu? Ia tidak langsung tidur, tapi nangis dulu baru beranjak ke ranjang dan tidur :)

EYE TO EYE || 「MINSUNG」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang