#6 Korelasi Frasa

199 49 4
                                    

"Gue nggak tau kalau lo kuliah di sini juga, dan ternyata kita seangkatan. Cuma beda jurusan aja," celetuk Jinan setelah memberikan fresh milk ke Azelyn di salah satu meja kantin fakultas ilmu keguruan. "Ini, jangan lupa diminum."

Azelyn terasa canggung karena ini kali keduanya mereka berinteraksi. Gadis itu hanya tersenyum kikuk, "Anak FIK juga? Jurusan apa?"

"PGSD, sama kayak cowok yang tadi ngobrol sama lo di perpus."

Azelyn hanya manggut-manggut saja. "Btw, makasih buat fresh milk-nya."

Terdiam sejenak mengamati Azelyn meminun fresh milk tersebut, akhirnya Jinan mendengus kecil. "Lo nggak suka fresh milk, kan?"

"Hah?"

"Lo suka apa?"

Genggaman pada gelas Azelyn menguat, ia tersenyum kaku. "Gue suka kopi."

Mendengar itu, Jinan langsung beranjak dari tempat duduk—tetapi dicekal Azelyn seolah matanya bertanya 'lo mau apa?'. Jadi, Jinan hanya tersenyum tipis. "Maaf, gue nggak tanya dulu lo suka apaan. Biar gue beliin kopi kaleng dulu, ya?"

Azelyn hampir terlonjak dari tempat duduknya, "EH, JANGAN! Gu-gue bisa beli sendiri, kok. Lo nggak usah repot-repot."

Jinan masih melirik tangannya dicekal Azelyn dan berakhir gadis itu tersadar, lalu melepasnya dengan diakhiri tawa canggung.

"Nggak apa-apa. Gue beliin, ya? Jeda waktu makul selanjutnya sampe jam setengah tiga, kan?"

Azelyn mengedipkan mata beberapa kali, hingga akhirnya mengangguk saja. Jinan tersenyum kecil, beranjak ke konter Mas Bagas.

Bohong jika Azelyn tidak merasa senang dengan perhatian kecil dalam bentuk peduli yang tidak pernah didapatkan sebelum bertemu dengan Jinan.

Ini pertama kalinya.

Jadi jika sewaktu-waktu Azelyn jatuh cinta dengan Jinan, maka hal tersebut adalah mutlak. Bahkan gadis mana yang tidak akan jatuh cinta dengan perlakuan Jinan yang manis kepada semua orang.

Semua orang, dan Azelyn sadar diri.

Dunia Jinan sangat ramai. Azelyn bisa melihat sendiri di konter Mas Bagas, Jinan mengakrabkan semua orang—termasuk kakak tingkat yang dinilai garang oleh Azelyn. Jinan bisa mendekati mereka dengan satu tepukan di pundak, kemudian lanjut bicara. Apa saja. Seolah Jinan sudah bisa merangkai kata-kata untuk konversasi ringan.

Sementara Azelyn saja sulit untuk berinteraksi. Mulutnya terasa kaku untuk berbicara, atau jika sedang gugup—orang-orang tidak akan pernah paham kalau Azelyn sedang membicarakan soal apa. Tetapi jika berbicara dengan Jinan, Azelyn merasa aman tanpa tatapan intimidasi seperti orang-orang pada umumnya.

"Maaf nunggu lama."

Tiba-tiba Jinan datang, duduk di hadapan Azelyn seraya menyodorkan kopi kaleng yang masih dingin. Reflek Azelyn tersenyum tipis, melihat itu—Jinan hanya mendengus kecil.

"Lo jangan terlalu baik gini, Ji."

"Kenapa?"

"Orang-orang bakal salah paham sama apa yang lo lakuin kayak sekarang."

Jinan tertawa gemas, "Gue cuma ngasih kaleng kopi doang?" Jeda, "i know, cewek kayak lo sering salting sama hal ginian, kan?"

"Iya. Biar cowok resek kayak lo gampang nyari perhatian ke gue."

Entah kenapa mulut Azelyn tiba-tiba berbicara seperti itu, Jinan yang mendengarnya sedikit tertegun. Lalu untuk mengakhiri kecanggungan, Azelyn yang pertama kali tertawa kecil. "Elah, canda doang, Ji," sambung Azelyn masih tertawa.

[✓] Hello, Goodbye! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang