#3 Tentang Jinan dan Ceritanya

276 55 2
                                    

Namanya Jinan Wihayudha.

Jinan menyukai basket dan musik. Baik tribun ataupun venue bakal ramai kalau nama Jinan disebut. Kalau dalam bahasa kekiniannya, Jinan itu si paling social butterfly. Anaknya easy going, bisa berbaur sama siapa aja.

Bahkan anak preman atau anak ustadz sekalipun, bakal Jinan temenin. Contohnya kayak Jaden yang anaknya agamis banget bisa luluh sama Jinan cuma gara-gara Jinan punya boneka harimau di kamarnya. Agak aneh sih.

Jinan juga bisa berteman dengan Ajun yang dikenal sebagai si paling apatis. Anaknya jarang ngobrol, sering menghabiskan waktu cuma buat nge-game sama nonton waifu-nya di Netflix. Nama lengkapnya Arjuna Wisastra. Kalau kalian biasa bertemu lelaki Hoodie merah muda di depan Alfamart sambil ngasih makan stray cat, bisa saja dia adalah Ajun.

Pertemanan mereka sudah berjalan hampir enam tahun, dihitung dari kelas sepuluh semester dua.

Pertemanan mereka yang membuat Jinan dan Yumna menjadi lebih dekat.

Kalau kata Ajun, sih, Yumna itu cinta pertama Jinan. Jinan jauh lebih jinak kalau lagi papasan sama Yumna—yang entah ketemu di koridor SMA, kantin, atau perpustakaan.

Awal mulanya sih gara-gara Jinan lupa bawa bolpoin waktu di perpustakaan buat mengisi daftar kehadiran sebagai tanda bukti kalau Jinan pernah datang ke perpustakaan, terus pinjam ke Yumna yang ada di belakangnya sedang mengantri.

Dari situ saja, Jinan sudah jatuh cinta.

Jika ditanya kenapa, Jinan juga bingung mau menjawab apa. Yang jelas, Yumna itu manisnya tidak membosankan seperti gadis pada umumnya. Yumna memiliki daya tarik tersendiri yang membuat Jinan jatuh hati.

Proses Jinan buat mendapatkan atensi Yumna juga tidak bisa dibilang mudah. Ada saja effort lebih agar bisa dicapai. 

"Kalau lo bisa dapet peringkat dua setelah gue, kita pacaran."

Hal itu tentu saja membuat Jinan jadi lebih kompetitif. Katakanlah Jinan itu bucin tolol yang mau-mau saja disuruh sama gebetannya. Jadi waktu Yumna bilang, Jinan harus belajar, lelaki itu untuk pertama kalinya memegang buku-buku mata pelajaran yang sama sekali dulunya tidak pernah disentuh.

Karena Jinan tidak suka belajar.

Dua tahun setengah Jinan berusaha, akhirnya mendapatkan hasil. Nilai ujiannya unggul satu poin dari Yumna. Ditengah keramaian anak-anak waktu acara kelulusan, Jinan memberanikan diri untuk menyatakan perasaan lewat lagu yang dibawakan diatas panggung pada malam hari.

"Sorry kalau kesannya gue jadi benalu dikehidupan lo. Gue juga nggak terlalu berharap lebih, sih. Kalau lo terima gue sebagai pacar, cukup tepuk tangan aja. Tapi kalo lo nolak, lo bisa lari dari gue."

Sorak sorai semua tertuju pada satu titik dimana Yumna berdiri tepat di hadapan Jinan yang masih memegang mic serta sebuket bunga yang didominasi warna merah. Kepalan tangan Yumna seketika menguat di ujung dress coklatnya.

Gadis itu tersenyum getir dan berkata, "Gue nggak bisa jawab sekarang. Jadi, lo mau nunggu gue, kan?"

Sekali itu Jinan sama-sama tersenyum, hingga sadar bahwa senyum tersebut merupakan kali terakhir sebelum akhirnya Yumna terbujur kaku di rumah sakit.

Kamar 203. Jinan masih mengingatnya.

"Lo tidur aja masih cantik, Na."

Suara mesin pendeteksi detak jantung masih konstan berjalan, menandakan bahwa Tuan Putrinya tengah larut dalam mimpi-mimpi panjang yang entah mau bangun kapan.

Lagi-lagi Jinan menghela napas, merapatkan selimut sampai dada. Jinan juga sering memijat kaki Yumna agar ketika bangun, Yumna tidak merasa pegal.

Hampir tiga tahun Yumna koma. Terhitung semenjak gadis itu terjun dari lantai tiga di rooftop sekolah. Hal itu juga yang membuat Jinan gap year untuk menemani gadis itu kalau-kalau ibunya Yumna tengah sibuk melayani klien di pengadilan.

bersambung





l

et's me introduce visual cast of  "hello, goodbye!":

et's me introduce visual cast of  "hello, goodbye!":

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] Hello, Goodbye! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang