#12 Gradasi Tiga Warna

159 42 3
                                    

Kedai Mie Ayam Om Lukman memang sering menjadi langganan anak kampus ketika menunggu jam mata kuliah selanjutnya dengan jeda lumayan panjang. Namun mereka bertiga sedang tidak menunggu jam mata kuliah, hanya menunggu satu dari mereka mengajak bicara.

Tentu Jinan yang tidak betah suasana hening, lantas memecahkannya dengan vokal suara tandas. "Buset. Gue ganggu orang lagi pacaran, kah?"

Sementara Azelyn yang tengah mengaduk kuah mie ayam setengah niat hampir saja tersedak air liurnya. Bahkan Ajun saja sudah bombastic side eyes ke arah Jinan yang cengengesan. "Nggak usah fitnah lo," elak Ajun secepatnya mengklarifikasi.

Jinan cuma ketawa saja. "Abisnya lo berdua deket banget kayak perangko. Gue kira lo homo, Jun, gara-gara nggak pernah deket sama cewek."

"Ngomong sekali lagi, gue sihir lo jadi bakul nasi." Ajun sudah kepalang sinis. "Siapa aja lo bilang couple."

"Yakali aja lo ajak gue kesini buat traktir karena kalian udah official."

Ajun sudah muak cuma bisa menirukan gaya bicara Jinan yang diganti dengan huruf vocal 'i'.

Azelyn semakin canggung karena tidak tahu harus menjawab apa. Hal ini normal dirasakan ketika seseorang sedang jatuh cinta, jadi Azelyn hanya terdiam dan sesekali tersenyum tipis. Azelyn juga mengubah cara makannya secara pelan-pelan agar tidak terkesan rakus. Ia juga sesekali membenarkan helai rambut meskipun tidak menutupi kelopak mata, sesekali juga mengusap ujung bibir menggunakan tisu meskipun tidak ada bekas kuah mie ayam.

Karena ketika sedang jatuh cinta, adakalanya seseorang tidak bisa menjadi diri sendiri. Lalu hal tersebut dirasakan Azelyn saat ini.

"Eh malem Minggu, lo mau—"

"Azel udah gue kasih tau," tukas Ajun cepat. "Dia mau kesana, asal sama gue."

Jinan mengangguk, "Bagus, sih. Ajak Jaden sekalian sabi, lah? Siapa tau kecantol sama anak FISIP."

Ajun mendecih, "Jaden idamannya anak DKV, tolol. Sefrekuensi. Lagian lo aneh, Jaden kuliah di Waseda, ngapain nyari jodohnya di FISIP? Mending sama cewek Jepang sekalian, lah."

"Gila. Semarang - Shinjuku mau ajak collab, lo?"

"Keren." Ajun nyengir, "Lumayan gue punya ponakan anak Tokyo juga. Ntar lebaran mudiknya ke Tokyo sekalian."

"Zel, jangan dengerin. Wibu jamet emang suka nggak jelas. Idupnya diisi sama Sawako - Sinchan doang Ajun itu," kata Jinan yang langsung dijitak Ajun saking kesalnya. Azelyn yang dipanggil cuma mendengus kecil tanpa berniat menyahut. "Ih, lo diem doang, sih? Kenapa? Obrolan kita nggak nyambung di elo, ya? Emang lo suka apa? Biar kita ganti topik."

"Dia taunya Fujii Kaze sama Yuuri doang."

"Eh, serius?!" Jinan tampak antusias, "gue juga suka lagunya Yuuri yang Betelgeuse. Kemarin collab sama group K-Pop cowok, loh. Siapa namanya? Gue lupa."

"Jay Enhypen bawain lagu Dry Flower, kan?" sahut Azelyn dengan vokal suara setenang mungkin, "gue udah dengerin. Apalagi perpaduan suara Jay lumayan husky ditambah sama Yuuri. Keren, sih."

Sementara Ajun giliran diam mengamati mereka mengobrol.

"Iya! Keren banget pokoknya. Lo juga harus dengerin lagu-lagu Jepang lainnya, sih. Yang Subtitle bagus, terus One Ok Rock juga." Jinan semakin antusias ketika membicarakan genre musik yang digemarinya. Bahkan jika bukan lawan bicaranya Azelyn, Jinan akan tetap antusias. "Lo kemarin ke HITC, nggak? YOASOBI ke Jakarta, loh."

"Gue masih ada tugas mepet deadline, jadi nggak bisa." Azelyn ketawa manis dan sedikit canggung.

"Kapan-kapan gue kasih iPod yang isinya playlist lagu-lagu Jepang, deh."

Ajun begitu mendengar, langsung tersedak kuah mie ayam. "Anjir banget, kemarin gue mau pinjem malah nggak dibolehin."

"Ya elo bisa dengerin lewat YouTube, kan? Premium lo belum abis, jangan manja," sahutnya enteng.

Mendengar itu, Ajun mendecih pelan. "Katanya mau dikasihin ke Yumna?"

"Yumna kan belum bangun, please?! Ini niatnya mau membuka luka lama atau gimana, bajing?" Jinan ngegas. "Lagian kalo gue ngasih iPod ke Azel nggak bakal dijual Azel, kan?"

Azelyn yang ditanya cuma ngangguk canggung. Brengsek, nama cewek ini lagi. Azelyn jadi kemusuhan sama namanya.

"Iya, deh. Kesian Yumna dapet cowok friendly kayak lo," cecar Ajun sambil misuh.

Jinan ketawa garing sambil lanjut ngomong, "Zel, ntar gue ajak kenalan lo sama Yumna, deh. Mau, kan?"

"Sinting," sahut Ajun.

Bahkan Azelyn sendiri tanpa sadar mengangguk, mengiyakan. Padahal dalam hati sudah misuh-misuh sendiri.





bersambung

[✓] Hello, Goodbye! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang