#9 Titik Temu Konversasi

179 43 10
                                    

Uap panas mie goreng di atas piring yang baru saja dihidangkan digeletakkan begitu saja di lantai. Sementara pelakunya masih sibuk menyusun kesimpulan dari laporan observasi. Lelaki di sampingnya sibuk melahap habis mie meskipun masih panas, tetapi yang namanya lapar—apa saja bakal dimakan dalam keadaan apapun.

"Zel, makan dulu mienya. Keburu dingin, malah nggak enak."

"Iya, bentar. Kurang satu paragraf lagi, abis itu kelar."

Ajun cuma mendengus singkat, melanjutkan makannya sambil menggerutu pelan. "Awas aja kalo nggak dihabisin."

"Ih, brisik lo."

Ajun yang lagi niup uap panas, akhirnya ke offense, "Nggak sopan banget sama kating?"

"Oh, jadi lo mau sok senior di sini? Lagian tahun lahir kita sama."

"Emangnya lo kelahiran berapa?"

"2000. Kenapa?"

Lelaki itu agak kaget. "Harusnya kita seangkatan, dong?"

"Gue gap year."

Jawaban singkat Azelyn sudah cukup membuat rasa penasaran Ajun terpenuhi. "Oh, pantes Jinan deket banget sama lo."

Mendengar nama Jinan disebut, jemari Azelyn seketika terhenti melakukan aktivitasnya. Ia menoleh sepenuhnya ke arah lelaki itu. "Ya emang korelasinya apa kalo gue sama Jinan sama-sama gap year?"

Ajun mengedikkan bahu, "Ya karena kalian punya nasib yang sama aja. Eh, tapi gue nggak tahu, sih, alesan lo gap year gara-gara apa. Kalau Jinan, sih, karena dia tolol aja."

"Lo beneran nyebarin privasi Jinan ke orang asing, nih?"

"Emangnya lo bagi Jinan itu orang asing?"

Giliran Azelyn yang terpaku. "Emangnya
... engga?"

"Jinan itu gampang akrab sama orang-orang, bahkan sekalipun lo nggak mau interaksi sama dia, Jinan bakal tetep deketin lo buat ditemenin," Jeda, "makanya Jinan anggep lo bukan orang asing."

"Jinan selalu gitu, ya?" Azelyn mendengus geli.

"Kenapa?"

"Gampang akrab sama orang asing."

Terlihat anggukan kecil sebagai afirmasi. "Makanya lo jangan baper sama dia," Ajun ketawa kecil, "jatuh cinta sama cowok friendly itu malah tambah sakit ati. Nemplok sana-sini. Emangnya lo mau?"

"Terus, Yumna itu siapa?"

Ada jeda singkat mengisi keheningan. Entah jenis ekspresi apa yang Ajun tampakkan, Azelyn tidak bisa menebak.

"Itu juga salah satu alesan kenapa lo nggak bisa jatuh cinta sama Jinan," sahut Ajun pelan, "anggap aja Yumna itu first love-nya Jinan."

Jemari Azelyn mencengkram erat ujung laptop yang dipangkunya. Lalu tersenyum samar. "Tapi cinta pertama bukannya nggak pernah berhasil, ya?"

Dan Ajun tertawa kecil. "Lo bener ... Jinan nggak pernah berhasil sama cinta pertamanya, Jinan selalu gagal, tapi dia nggak pernah nyerah buat berhenti. Makanya gue selalu bilang kalau Jinan itu tolol. Semua orang juga anggep kalo Jinan itu tolol."

"Tapi bagi gue, enggak. Jinan itu keren."

"Gue bilang, jangan jatuh cinta sama Jinan."

Azelyn mendecih, "Gue nggak jatuh cinta sama Jinan. Cuma—"

"Peduli? Kalau lo punya respect sama Jinan, artinya lo lagi jatuh cinta sama dia. Jinan bukan orang tepat buat disukai sama lo. Mending cari cowok lain aja."

[✓] Hello, Goodbye! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang