#18 Hello, goodbye!

372 47 8
                                    


Tidak jarang seorang anak kecil mengatakan menjadi dewasa adalah hal paling menyenangkan. Dulu Azelyn juga bakal mengira seperti itu. Namun, lambat laun malah semakin kentara bahwa menjadi dewasa adalah hal paling menakutkan seumur hidup. Bertemu pagi, kemudian malam baru beristirahat. Tidak ada tidur siang dan bersantai menonton siaran televisi kesukaan.

Hal ini yang dilakukan Azelyn setiap hari. Meskipun merasa muak, tetapi life is goes on. Dia tidak bisa menghentikan waktu, jika bisa pun—Azelyn bakal melakukannya saat dirinya hendak dilahirkan ke dunia.

Azelyn benci hidup, tetapi Azelyn juga tidak suka kematian. Mungkin lebih tepatnya, Azelyn hanya ingin hidup yang tidak membawanya pada pemikiran "ingin berhenti sampai sini".

Kemudian Azelyn pernah merasakannya pada titik itu, meskipun sebentar saat bertemu Jinan Wihayudha. Lelaki itu pernah dijadikan alasan kenapa Azelyn harus bertahan hidup.  Tentang jembatan penyebrangan jalan, kedai mie ayam, dinding rumah sakit, atau pukul sepuluh malam di samping gerobak soto.

Namun kata "bertahan" sepertinya bakal sia-sia, karena Azelyn bukan rumah bagi Jinan. Azelyn selalu tahu diri dan bisa memposisikan diri.

Memposisikan diri. Tanpa sadar, Azelyn tertawa kecil —membuat seisi ruangan memperhatikannya. Tak terkecuali dosen killer juga menatap Azelyn penuh tanda tanya.

Aya yang ada di samping Azelyn kini menyenggol lengannya sampai gadis itu tersadar dalam posisi terpojok.

"Mbak Azel, coba sebutkan cara kerja perencanaan pembelajaran tematik integratif kurikulum 2013 itu apa saja, beserta penjelasan terkait masing-masing perencanaan tersebut?"

Damn. Azelyn gelapan sendiri membolak-balik buku catatannya, kemudian secara insiatif Aya memberikan buku catatan kepadanya secara diam-diam.

"Perencanaan dibagi menjadi tiga. Ada progresivisme yang berarti membentuk kreativitas, konstruktivisme yang berarti mengkonstruksi pengertiannya melalui interaksi dengan objek, dan terakhir ada humanisme yang berarti —"

"Oke, cukup," Pak Irsyad tersenyum simpul, "terimakasih, Mbak Aya, sudah memberikan contekan kepada Mbak Azel. Sekarang, silakan kalian berdua membuat Jurnal soal pembelajaran tematik."

Azelyn seketika memejamkan mata, menghela napas pasrah, kemudian melirik Aya yang ikutan pusing. Gadis itu memberikan gestur meminta maaf kepada Aya.

"Baik. Karena waktu sudah habis, kita cukupkan pertemuan hari ini. Minggu depan, silakan persiapkan pemateri selanjutnya dengan dua kelompok sekaligus, soalnya saya dua minggu lagi ada visitasi di TK sekitar Jogja." Pak Irsyad tersenyum cerah, tatapannya kembali pada Azelyn, "Jangan lupa tugas yang saya berikan, ya, untuk kalian berdua. Nanti kirim saja dalam bentuk file ke email saya. Terimakasih."

Dosen sudah pergi meninggalkan kelas. Azelyn menarik napas dalam-dalam, masih ragu untuk menyapa Aya. Sementara rasa ragunya membawa Aya ikut pergi meninggalkan kelas, dan Azelyn merasa tidak enak dengan situasi seperti ini.

Tiba-tiba Ellia datang menghampiri bangku Azelyn, menyodorkan makalah kelompok mereka yang penuh revisi. "Ini nanti lo revisi aja, ya. Soalnya gue udah bikin makalah plus materinya."

Boro-boro ikutan nyari, dikasih pembagian materi aja Ellia cuma diam-diam group WhatsApp terus tiba-tiba langsung ngirim file PDF. Giliran revisi aja males.

Tapi sekali lagi, Azelyn tidak mengatakannya kepada Ellia. Justru dia tersenyum kecil dan menyanggupi permintaan Ellia dengan merevisi hasil kerja keras teman sekelompoknya.

"Kalo bingung, tanya Mira aja biar dia nggak jadi beban kelompok," ungkap Ellia yang masih bisa didengar Mira.

Sementara yang disindir cuma mendengus kecil, padahal posisinya sama seperti Azelyn. Mereka tidak diberitahu apa saja bagian-bagian yang harus dicari. Lalu seenaknya Ellia bilang kalau mereka adalah beban kelompok. Padahal kalau Azelyn disuruh secepatnya, juga bakal dikerjakan, kok. Cuma, ya—sudahlah.

[✓] Hello, Goodbye! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang