Bab 9 : Perasaan Yang Aneh

7.4K 361 8
                                    

Samudra menahan lengan Bulan yang akan masuk ke perpustakaan hingga membuat gadis itu merasa kesal. “Nagapain sih? Udah sana berjemur hukuman lo kan belum selesai.” ucap Bulan.

“Lo yakin nolak gue?”

“Iya.”

“Kenapa?”

“Karana gue gak suka sama lo.” jawab Bulan dengan santai.

Samudra tersenyum sinis, “Lo yakin gak suka sama gue.”

“Oh iya dong.”

“Tatap mata gue.” ucap Samudra yang membuat Bulan langsung menatap dalam manik mata Samudra dengan lamat. Keduanya masih dalam tatapan mereka, lama hingga pandangan Bulan beralih ke arah bibir tebal Samudra yang terlihat berwarna merah gelap. Kedua tangan Bulan mengepal kuat di rok abu abunya hingga ia menyudahi tatapan itu lebih dulu dan memalingkan wajahnya ke arah samping.

“Gue gak suka sama lo.” ujar Bulan dengan setenang mungkin.

“Okey, tapi lo harus tau kalo gue suka sama lo.” ucap Samudra dengan suara dinginnya.

“Gue enggak tuh, terus gimana?” tanya Bulan dengan kedua tangan yang terlipat di depan dadanya seakan menantang cowok didepannya itu.

Samudra mencondongkan badannya ke depan hingga kepalanya ada di samping kepala gadis tadi. “Nanti gue usahain supaya lo tergila gila sama gue.” bisik Samudra tepat di telinga kanan Bulan. Sedangkan Bulan yang mendengar hal itu sontak menatap tajam ke arah Samudra dan langsung berlari masuk ke dalam perpustakaan meninggalkan Samudra berdiri didepan pintu perpus dengan senyum smirknya.

“Gue gak main main sama ucapan gue, Rembulan Almeira.” gumamnya.

Sedangkan di dalam perpus, Bulan masih merasakan gugup denagn kejadian tadi. Jantungnya berdengup sangat kencang tidak seperti biasanya. Ada apa ini? Bulan menggelangkan kepalanya mengusir pemikiran buruk yang menghampiri otak cantiknya. “Gue kenapa sih? Kok jadi aneh gini??” gumamnya.

***

Pandangan lima remaja yang tengah duduk di kantin bersama yaitu Bagas, Gibran, Aksara, Darren dan Samuel menatap aneh ke arah Samudra yang tersenyum sendiri duduk di pojokkan sambil menatap layar ponselnya sendiri. “Ada apa ya kira kira? Tumben amat si tukang gamon itu senyum senyum sendiri?” celetuk Gibran yang membuat Bagas menahan tawanya takut kena amukan Samudra lagi.

Tadi ia sempat kena omelan Samudra kerana menertawakan cowok itu, dan juga Samudra sempat menjewer telinganya dengan keras. “Lagi seneng kali dia.” ujar Aksara yang diangguki oleh yang lainnya.

Sedangkan Samudra yang tengah menatap layar ponsel dengan sesekali tersenyum karena di layar ponselnya jelas menampakkan wajah dari sosok Bulan yang mana foto itu dikirim oleh teman dari Bulan sendiri, siapa lagi kalo bukan Amel.

“Cantik.” gumam Samudra pelan.

“Siapa yang cantik?” tanya Samuel yang sempat mendengar ucapan Samudra barusan.

“Seseorang.”

“Rembulan Almeira?” tebak Samuel yang diangguki oleh Samudra.

“Iya, dia.”

***

Samuel tersenyum melihat Samudra yang sedari tadi sibuk bersama dengan ponsel yang juga tengah tersenyum senyum sendiri, mungkin sedang berbalas chat dengan seorang gadis bernama, Rembulan.

“Bang El? Abang sadar gak sih?? Bang Samu tuh akhir akhir ini sering senyum senyum sendiri tau setiap kali liat hp.” celetuk Sahara ikut duduk di samping sofa kedua abangnya itu.

Samuel terkekeh mendengarnya. “Ra, Bang Samu itu lagi mengalami masa jatuh cinta untuk yang kedua kalinya.” jelas Samuel.

“Kedua kalinya? Maksudnya Bang El, Bang Samu jatuh cinta untuk yang kedua kalinya sama Kak Jingga?”

“Kok jadi Jingga si Ra?? Bulan dong kan Kak Jingga deket sama Bang El sekarang.” kesal Samuel.

“Oh iya, lupa. Beneran sama Kak Bulan tapi?” tanya Sahara yang lagi lagi di balas anggukan oleh Samuel.

“Semoga.”

“Kalian lagi bicarain apa sih kok pada ketawa ketawa dari tadi?” tanya Anisa yang ikut duduk bersama di sofa ruang keluarga.

“Ini nihh, ada yang lagi mau jatuh cinta lagi.” celetuk Sahara sambil melirik ke arah Samudra yang masih tersenyum menatap layar ponselnya.

“Oya? Siapa?”

“Biasa.” jawab Sahara sambil memberi kode pada mamanya untuk melihat Samudra dengan lirikan matanya.

“Ohh, perempuan yang namanya Rembulan itu ya?” tanya Anisa dengan sesekali menatap Samudra, sedangkan cowok itu yang mendengar langsung melirik ke arah mamanya. “Kamu beneran suka sama dia?”

“Mama, kenal sama Bulan?” tanya Samudra sedikit gugup.

“Kenal dong, kan Jingga yang kenalin sama mama.”

“Jingga? Kenapa harus Jingga yang kenalin sih?” gumam Samudra.

“Kamu mau coba deketin dia?”

Samudra menganggukkan kepalanya yakin, “Tapi, deketin dia itu susah banget kayaknya dia beneran gak suka sama aku.” ujar Samudra dengan lesu.

“Belum juga usaha, masa udah lemes aja sih?” celetuk Sahara.

 
***
 

Samudra menghela nafas berat ketika ia sudah duduk santai di depan tukang potong rambut, entah kenapa ia ingin merubah gaya rambutnya saat ini. Tadinya rambut cowok itu terlihat sangat tebal bahkan juga terlihat tak tertata, tapi kali ini ia ingin memotong rambutnya dan merapikan rambutnya.

“Udahh siap potong?” tanya tukang cukur rambut secara tiba tiba.

Samudra menganggukkan kepalanya setelah memejamkan matanya. “Okey, boleh dipotong.”

Langsung saja tukang cukur itu langsung melancarkan aksinya untuk memotong rambut pelanggannya itu. Samudra hanya bisa memejamkan matanya erat karena i takut jika hasil potong rambutnya itu tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan.

Beberapa menit berlalu hingga acara memotong rambut pun selesai, Samudra secara perlahan membuka matanya melihat hasil potongan ramhut yang menurutnya cukup baik tidak terlalu buruk. “Mau kaya gini, atau mau dipotong lagi?” tanya tukang cukur tadi.

“Gini aja, tapi ... lo yakin bang potongan ini model yang paling bagus di sini?”

“Iyalah, banyak cowok cowok kaya lo yang minta potongan begini buat deketin cewe.” jawab tukang cukur itu, dengan santai lagi pula tukang cukur itu juga kelihatannya masih muda.

“Terus gimana berhasil gak mereka?”

“Ada yang berhasil ada yang enggak. Tapi kalo misalkan gak berhasil biasanya tuh cowok datang lagi kesini.”

“Buat?”

“Botakin rambutnya.”

Samudra berdecak sebal. “Bangsat.” gerutu Samudra lirih sambil memejamkan matanya merasa kesal dengan jawaban sang tukang cukur.

***






Bersambung ...

GIRL : Leader's Girlfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang