"Untuk tugas di rumah kalian bisa mengerjakan soal di buku cetak halaman 123 sampai 127, kumpulkan minggu depan. Jangan lupa dikerjakan ya!"
"Baik bu!" Sahut murid-murid, setelahnya guru itu pun meninggal kan kelas tersebut.
Haruto tengah mengemasi barang nya, berjalan melewati koridor kelas yang cukup sepi. Sampai di parkiran ia bertemu dengan Wonyoung yang sudah menunggu nya di salah satu mobil yang berjejer rapi.
"Hari ini hari rabu, lo ke apart bunda kan?" Tanya Wonyoung.
"Iya, mau ikut?"
"Iya dong!" Lalu kedua nya memasuki mobil hitam milik Wonyoung dengan Wonyoung yang menyetir mobil nya.
Ya, Wonyoung itu sudah terlalu dekat dengan Haruto sampai ia sering kali menumpang di apart bunda nya, bunda Haruto juga sudah menganggap Wonyoung itu putri nya.
Sampai di gedung yang menjulang itu, mereka berdua berjalan bersama sampai langkah nya berhenti di salah satu unit apartement. Haruto memasukan pin lalu setelah terdengar suara click pintu nya pun dapat dibuka.
"Bundaa! Wony dateng nihh!" Teriak Wonyoung, lalu berlari menyalimi tangan bunda nya, sementara Haruto menuju kamarnya sendiri guna mengganti pakaian nya. Setelah selesai dengan urusan nya, Haruto pun ikut bergabung dengan kedua perempuan berbeda usia itu.
Kedua nya tengah memasak di dapur, Wonyoung yang sedang mengaduk cairan puding yang ia buat dan bunda nya yang sedang memasak tumis sayur.
Haruto menyenggol lengan Wonyoung. "Lo bawa baju ganti kan? Ganti dulu gih, nanti puding nya asem kena keringet lo."
Wonyoung mendengus tak suka. "Ck, yaudah tuh di aduk-aduk lo aja sana." Kemudian perempuan itu pun berjalan ke arah ruang tamu mengambil paper bag berisi pakaian nya. Mengganti pakaian di kamar mandi lalu kembali bergabung dengan yang lain.
"Gimana sekolah nya tadi?" Tanya sang bunda setelah meletakkan piring berisi tumis di meja makan.
"Kalo aku sih bagus bun, kaya biasa." Wonyoung menjawab terlebih dahulu.
"Kalau haru gimana?"
Haruto menghela nafas kecil. "Gak bagus bun, cape banget. Masa di kasih tugas banyak." Sang bunda terkekeh seraya menggeleng pelan.
gue kira bakal cerita kejadian di kantin, batin Wonyoung.
"Nanti dikerjain ya, kalau susah cari jawaban di google aja hahaha." Gurau sang bunda.
Kedua remaja yang mendengar nya pun ikut tertawa. "Bunda bisa aja."
▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁
Petang sudah datang, Haruto dan Wonyoung sedang berada di kamar milik Haruto.
"Haruto, menurut lo kalau gue di masa depan gimana ya Har?" Tanya Wonyoung yang sedang berbaring di kasur milik Haruto, memandangi langit-langit kamar yang tertempel beberapa gumpalan kapas yang menyala terlihat seperti awan di malam hari. Sedangkan si pemilik kamar sedang dibuat sibuk oleh tugas yang di berikan gurunya.
"Ya mana gue tau? Gue bukan dukun apalagi cenayang won." Ucap nya terlalu malas menanggapi ocehan tak berbobot yang dilontarkan Wonyoung.
"Har, cita-cita lo waktu kecil mau jadi apa?"
"Jadi boneka beruang nya Kak Yoshi."
"Terus kalau pas sd mau jadi apa?"
"Jadi patung, biar kebal sama pukulan."
"Kalau waktu smp?"
"Jadi yang Ayah mau."
Wonyoung mendelik. "Kalau sekarang gimana? Cita-cita lo apa?"
Haruto menghentikan kegiatan menulis nya, lalu menghela nafas sejenak. "Jadi apa aja yang penting tetep hidup sampe ngeliat bunda bahagia."
"Lo juga harus bahagia dong!" Sahut Wonyoung. Haruto menjawab dengan deheman saja, kemudian sibuk lagi dengan kegiatan menulisnya.
Keadaan senyap, namun tiba-tiba Haruto berhenti dan menoleh ke arah Wonyoung. "Kalau lo dulu cita-cita nya apa won?" dirinya bertanya balik kepada Wonyoung.
Wonyoung mengetuk dagu nya seraya menatap ke atas, membuat pose berpikir. "Apayaa? Kalau waktu gue masih bocil sih pengen jadi barbie gitu, pengen jadi cantik."
"Waktu sd?"
"Jadi dokter hewan! Biar bisa ketemu banyak kucing sama anjing lucu!"
Haruto menggeleng. "Kalau pas dapet pasien buaya gimana tuh? haha." Lalu dirinya terkekeh sejenak.
Wonyoung mengerucutkan bibir nya. "Gatau, itu juga jadi alasan gue dulu berhenti cita-cita in dokter hewan, dulu gue mikir nanti pas pasien nya monyet nanti rambut gue di jambak-jambak gitu."
Haruto tertawa keras sambil memegang perutnya. "Haha.. aduh lo ada-ada aja won, terus waktu smp?"
"Masa smp tuh gue gak punya cita-cita, mikirnya yang penting cepet lulus aja."
"Kalau sekarang?"
Wonyoung tersenyum sumringah. "Kalau sekarang, gue pengen jadi bodyguard."
"Loh? Masa cewe jadi bodyguard?"
Wonyoung mengangguk kecil. "Iya jadi bodyguard, kan bodyguard kerjaan nya ngejagain orang, nah karena gue mau ngejagain lo jadi gue harus jadi bodyguard dulu dong!!" Setelah nya ia tersenyum manis sambil memandang Haruto.
"NGAWUR, gue cowo. Gue gak perlu di jagain, harusnya gue yang jagain lo. Karena lo udah gue anggep adek gue sendiri. Lo kalau ngantuk mending tidur, ucapan lo udah ngelantur."
"Nanti ah harr, masih belum ngantuk."
"Oh ya!" Wonyoung berseru sembari terduduk dengan tiba-tiba, membuat Haruto sedikit terkejut di buat nya.
"Apa?"
"Lo udah gak papa kan?" Tanya Wonyoung ketika ingat kejadian tadi siang di kantin.
"Ya, udah gak kenapa-kenapa. Lagian mimisan doang won. Udah gak pusing kok." Jawab Haruto tanpa menoleh dari buku nya.
"Lo gak usah inget-inget ucapan nya si bakongan tadi ya har! Tuh bocah udah gue kasih tamparan cintahh dari gue."
"Kalau dia berulah lagi tinggal lapor ke gue ya! Nanti gue kasih jurus seribu tamparan cintahh deh!!" Lanjut nya.
"Iya terserah lo deh won. Btw, gue minta tolong seragam gue lo cuciin kalau pulang ya? Gak mungkin gue nyuci di sini, nanti bunda nge interogasi gue lagi."
Wonyoung berpose hormat. "Siapp bos! Akan saya laksanakan perintah anda." Wonyoung berdiri lalu membungkuk 90° ke arah Haruto.
Haruto menggeleng pelan dengan tingkah Wonyoung. "Dah, sana ke kamar! Udah mulai sinting lo."
"Iya deh iya, gue tidur duluan, lo juga ya! Jangan begadang. Good night Haruto ku sayang! Muah." Sebelum menutup pintu kamar Haruto, Wonyoung melayangkan kiss bye kearah Haruto, tak lupa dengan kedipan genitnya.
Haruto hanya menatap datar ulah sang teman yang sudah ia anggap Adik kecil nya. Terbiasa berperilaku aneh saat sedang gabut, heran Haruto tuh.
Kembali mengerjakan tugas yang hampir selesai. Setelah selesai ia pun merapihkan kembali buku-buku yang ada di meja dan menata bukunya ke dalam tas yang akan di bawa besok ke sekolah.
Berjalan ke kamar mandi, mencuci kedua tangan dan kaki nya lalu menggosok gigi-gigi nya. Berjalan keluar ke arah dapur lalu meminum satu gelas air putih. Lalu kembali ke kamar nya dan menutup matanya, berharap tenggelam dalam mimpi yang membahagiakan. Walaupun hanya sebatas mimpi.
TBC
[Revisi, 30 juni 2023.]
disini yang di revisi dikit doang, cuma nambah sedikit teks sama meriksa kapitalisasi huruf. hiks hiks.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME: The Disappointed [jeongharu]
FanfictionIbarat sudah mati setengah, Haruto hanya memiliki setengah nyawa lagi untuk bertahan di tengah kekacauan hidupnya. ©2023, afhrudite